Sekarang Rio sedang berada di supermarket bersama Zilar, sedangkan Kendrick pergi karena ada urusan.
Mereka membeli camilan dan beberapa bahan masakan untuk restock apartemen.
"Kak," panggil Rio sambil menarik ujung jaket Zilar.
"Huh, kenapa?" tanggap Zilar.
"Kebelet, pengen ke toilet," jawab Rio.
"Mau Abang anter?"
"Nggak usah, Rio sendiri aja, tapi tolong tanyain mbak kasirnya letak toilet di mana."
Zilar tertawa mendengar ucapan Rio dengan ekspresi yang polos dan pipi memerah.
Sedari awal mereka datang memang si kasir yang berjaga terus menerus mengamatinya. Ia mengambil permen, snack, minuman, si kasir terus saja memperhatikan pergerakannya.
"Sini," ajak Zilar menggandeng tangan sang adik.
Zilar kemudian bertanya letak toilet ketika keduanya sampai di depan kasir.
Kasir cewek itu menjawab, "Di luar yang sebelah Timur. Ada penjaganya kok."
Ketika menjawab kasir itu masih mengamati Rio dengan pandangan yang sulit di artikan.
Rio buru-buru pamit dan keluar dari dalam supermarket untuk pergi ke toilet.
Zilar tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. Dia lanjut berkeliling rak untuk mengambil snack-snack yang ia inginkan.
Setelah selesai kencing, Rio keluar dari dalam bilik. Saat ia hendak keluar ternyata ia berpapasan dengan Atlas yang baru saja keluar dari bilik sebelah.
"Eh, Atlas?" sapa Rio ceria.
"Rio," balas Atlas datar, "Ayo ikut gue."
"Kemana? Tapi Rio kesini sama Kak Zilar, Rio Izin-"
"Gausah, ntar gue yang bilang ke dia."
Atlas membawa Rio keluar dari toilet dan berjalan ke arah parkiran motor. Ia naik dan menghidupkan mesin motornya.
"Naik!" suruh Atlas.
"Rio izin sama Kak Zilar dulu, ya? Please..." Mohon Rio memelas.
Atlas menghela nafas dan mengangguk. Ia mematikan mesin motornya lalu turun.
Mereka masuk ke dalam supermarket.
Zilar yang sedang mengobrol dengan kasir selagi menunggu Rio langsung menoleh ke arah keduanya.
"Lah, kok ada lo?" tanya Zilar.
"Rio pergi sama gue, izinin." Ucap Atlas to the point.
"Maksud apa ya, Dek? Omongan lo kayak biji jambu, susah dicerna."
Atlas menoleh ke arah Rio.
"Maksudnya, Atlas mau ngajakin Rio pergi. Boleh?" ucap Rio men'translate' ucapan Atlas.
"Boleh aja, sih, tapi cium dulu," jawab Zilar sambil menaik turunkan alisnya.
"UHUK!!"
Mereka bertiga serentak melihat ke arah kasir cewek yang sedari tadi memperhatikan Rio.
"Keselek, Mbak?" tanya Zilar.
"Udah liat masih nanya?" tanya balik mbak kasir.
Zilar tersenyum palsu.
Atlas langsung saja merangkul Rio untuk keluar.
"Heh! Balikinnya jangan malem-malem! Awas lo!" Teriak Zilar dari dalam yang kemungkinan besar tidak didengar oleh keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GHALI
Teen FictionGhali pemalu dan kurang interaksi dengan dunia luar. Dia anak tunggal dan hanya hidup bersama bundanya, karena ayahnya telah tiada. Nasib malang menimpa Ghali yang berniat menolong sahabatnya justru merenggut nyawanya. ~ Jerio Killian Damaston, put...