Tes , tes gimana sama part sebelumnya, suka gk ??
Maaf yaww baru bisa update soalnya lagi sibuk urusan kuliah heheheBerhubung bnyk yg bilang lanjut part ny jadi bantu ramein lapak aku ini dong , sepi banget kaya nya:)
Jangan lupa tambahkan cerita ini ke perpustakaan kalian biar setiap aku update part selanjutnya notifikasi ny masuk di kalian yahh
Sebelum lanjut baca jangan lupa vote dan komen banyak " yawww,komenan kalian adalah penyemangat untuk akuuu ..
Peluk Arkana sampai ending
Ydh gk usah lama " lagi cungg baca
Cerita kuu 😘😘😘
ʕ'• ᴥ•̥'ʔ
Sepertinya pagi ini pagi yang indah bagi liaa , mengapa tidak ? Ia tidak telat bangun pagi justru malah ia bangun lebih awal
🕠 05:30 WIB
"Hoaammm" Lia menguap sambil mengucek matanya agar dapat melihat jam di dinding nya.
"Baru jam 05:30, kecepatan gue bangun nya" batin liaa dan mencoba untuk mengumpulkan nyawanya.
Setelah beberapa lama mengumpulkan nyawa Liaa beranjak dari kasur dan menuju kamar mandinya, untuk membersihkan seluruh tubuh nya itu.
Selang beberapa menit ia sudah rapi dengan seragam yang menempel pada tubuhnya yang mungil itu.
Ia pun segera turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama kedua Orang tuanya dan Abang nya."Pagi Mah, pagi Bi ".ucap liaa pada mamah dan bibi nya yang sibuk berkutat dengan masakan mereka .
"Pagi juga Non" balas bi Ijah
"Pagi sayang, tumben kamu cepet bangun nya" balas sang mama yang heran dengan putri bungsunya itu, bagaimana tidak heran , hari pertamanya sekolah saja dia telat dan hampir di kunci oleh satpam sekolah nya.
"Gapapa Mah , Liaa gak mau telat lagi ". Sahut liaa .
"Ohh ya udah bagus kalo gitu" Sambung sang mamah
Liaa hanya menggelengkan kepalanya.
Ketika liaa baru saja ingin duduk di kursi meja makan, papah dan Abang Abang nya juga sudah datang menghampiri nya di meja makan itu.
Cup.
"Pagi sayang". Sapa sang papa sambil memberikan kecupan hangat di pucuk kepala liaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkana Mahesa Birawa [On Going]
Teen FictionHamil dari seorang kakak kelas sendiri? Hal itu membuat Aurelia Crish Angel ingin menghilang selamanya dari muka bumi ini, sungguh begitu pukulan yang berat. Tak pernah terbayangkan semua kejadian itu terjadi begitu cepat. Berawal dari perjanjian, d...