One Last Moment

9 1 0
                                    

Di tengah gelap dan dinginnya pagi dimana matahari masih bersembunyi di belahan bumi yang lain, ruang kelas itu nampak dari depan gerbang sekolah sudah berbinar-binar dengan cahaya lampunya yang begitu terang. Dengan penerangan yang minim diselingi suara dengkuran pak satpam yang begitu keras, aku melangkah menuju kelas itu dengan perlahan. Dari depan pintu nampak sudah ada dua orang yang menunggu di dalam kelas lengkap dengan wajah kesal mereka.

"Lho daf kok baru kamu toh, ah yang lainnya ni lho suruh datang pagi kok susah banget," ketus Faridha yang nampaknya sudah sangat kesal karena belum ada teman-teman yang datang padahal sudah melewati jadwal.

"Iyae pada di chat gak ada yang bales, ngeselin banget mereka ni," tambah Rajwa disampingnya.

"Lha ku kira udah rame lek, kok malah aku yang baru dateng," jawabku.

Hari ini kami akan melaksanakan pentas teater kelas untuk yang pertama dan terakhir kalinya, mengingat pada tahun ajaran depan kami sudah tidak akan bersama lagi karena pengacakan kelas sesuai dengan minat pelajaran kami masing-masing. Maka dari itu hari ini merupakan momen penting untuk kelas kami.

Sesuai dengan perjanjian seharusnya kami sudah berkumpul disekolah sejak jam setengah 4 pagi tadi tapi sekarang sudah hampir setengah 5 pagi baru kami bertiga yang hadir. Kami harus melakukan persiapan dengan cepat karena kami yang akan pertama kali tampil nanti. Asal kalian tahu tidak mudah untuk mendandani para aktor menjadi tokoh yang mereka perankan.

"Yaudah kamu dulu daf yang di make-up sini," pinta Rajwa.

"Belum subuh wa, aku nanti aja habis subuh," ucapku.

"Iiiih gak selesai-selesai ini kerjaan kita nanti, keburu waktunya habis," Rajwa nampak kesal.

Beberapa saat kemudian Citra datang ke kelas, "Lha kok masih sepi ini."

Kami tak mengucapkan satu patah kata pun tapi ekspresi kami sudah menggambarkan rasa kekesalan kami, Citra mungkin juga sudah paham apa yang ingin kami katakan maka dari itu ia tidak berkata apa-apa lagi.

Akhirnya beberapa menit sebelum masuk waktu subuh orang-orang mulai berdatangan, tanpa basa-basi mereka yang tidak melaksanakan sholat langsung bersiap mendandani diri mereka sesuai karakter yang mereka perankan. Meskipun beberapa malah ada yang tidur di pojok kelas dan tentu saja langsung kena omel teman-teman yang lain.

Aku melihat jam dinding di kelas terdengar pula suara kumandang adzan dari luar sekolah, sudah masuk waktu subuh sepertinya. Seperti biasa ku ajak yang lainnya untuk segera melaksanakan sholat meskipun yang tidur di pojokan tetep gak bangun sih. Tapi tetap ku segerakan untuk mengajak yang lainnya melaksanakan sholat agar semua orang bisa segera berdandan mengingat waktu kita yang semakin sempit.

Selesai sholat subuh semua orang kini mulai sibuk berdandan, aku juga mulai memakaikan make up yang kemudian diikuti oleh riasan wajah yang di gambar oleh Faridha. Setelah itu Syasya memanggilku untuk segera memakai kostum.

Di ufuk timur sana matahari sudah mengintip malu-malu melihat dunia, jam sudah menunjukkan hampir pukul 06.30 pagi sedikit lagi waktu persiapan yang tersisa. Tapi beberapa orang sudah siap dengan kostum dan make-upnya.

"Yang sudah siap langsung berangkat aja yuk," perintah Dandy sang pimpinan produksi.

Teman-teman yang sudah siap langsung mengikuti Dandy untuk segera berangkat ke gedung Societet Militair termasuk aku tentunya. Tanpa berlama-lama setelah semua naik Dandy langsung tancap gas menuju ke gedung. Ia bahkan mengemudi lengkap dengan kostum rajanya karena nanti ia juga harus langsung tampil di panggung.

"Dan ini nanti kalo di berhentiin polisi kita jawab apa pake kostum beginian?" tanyaku dengan maksud bercanda.

"Jawab aja mau ibadah ke kuil," ucap Dandy menahan tawanya melihat kostum biksu yang kupakai.

One Last MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang