Prolog

13 4 1
                                    

Ara berdiri di depan sebuah pohon besar. Ia menatap kosong pohon yang sudah tidak ada lagi rumah kecil disana. Rumah pohon yang kembali mengingatkannya pada saat ia bermain petak umpet bersama teman-temannya.

Tanpa sengaja, ia menemukan rumah pohon yang dihuni oleh anak laki-laki seusianya yang sedang menangis sendirian.

Ara kecil tidak mengerti apa itu takdir. Ia terlalu dini untuk mengerti bagaimana alam semesta bekerja. Ara hanya tau yang harus ia lakukan adalah bersembunyi dari penjaga petak umpet.

Waktu berlalu begitu cepat. Lagi-lagi, Ara belum menyadari, atau semesta memang sengaja tidak menyadarinya agar ia dapat berjalan dengan tenang?

Jika saja waktu bisa diputar kembali, jika saja ia menyadarinya lebih awal, mungkinkah semua akan kembali seperti awal? Mungkinkah ia dapat bersama Mahesa sekarang? Sayangnya, hidup tidak berjalan mundur.

Laki-laki disebelahnya berdiri dengan setia menemani Ara. Menyakinkan dirinya bahwa keputusan yang ia ambil benar, pernikahannya sebentar lagi akan diselenggarakan. Ara tak kuasa menahan tangis.

Apakah ini yang kalian sebut-sebut sebagai takdir?

Hujan dan PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang