Prolog

0 0 0
                                    

                          .•♫•♬• •♬•♫•.

   Teriakan mereka membuat Millo terkejut. Mereka meloncat-loncat tak jelas, membuat kekacauan didalam kelas. Terlihat seisi kelas juga kaget mendengar kabar yang mereka dengar. Millo yang melihat itu hanya memasang wajah kesal.

Sialan.

   Mereka mulai meremehkan Millo. Bilang kalau akhirnya ada yang bisa membuat Millo kalah. "ANJIR! MIL!? BENERAN INI?" teriakan Haylo membuat mood Millo semakin hancur, ditambah teman sekelasnya sedang melirik-lirik karena kehebohan yang diciptakan teman-temannya ini.

   Dengan sengaja Millo memalingkan mukanya tidak mau melihat teman-temannya yang sedang memperoloknya.

   "SEORANG MILLO!? RANGKING NYA TURUN? " gara-gara murid pindahan itu Millo harus menahan malu dan kesal gara-gara rangkingnya turun. Rangking satu paralel yang ia pertahankan selama satu setengah tahun terakhir harus runtuh di kelas dua semester dua ini. GARA-GARA MURID PINDAHAN ITU.

Marlene Abigail? Tunggu aja cewe itu!

.•♫•♬• •♬•♫•.

   Dengan muka yang sangat percaya diri, Millo sangat percaya bahwa dia yang akan mendapatkan rangking satu paralel itu lagi.

   "Marlene Abigail" suara guru itu menggema keseluruh aula. Dengan percaya dirinya Millo berdiri. Dan mulai berjalan perlahan kearah panggung diujung depan aula. Guru yang bingung pun hanya bisa mengulangi memanggil siswi yang mendapat rangking satu paralel itu.

   Millo menyadari itu, dia salah. Salah karena dengan percaya dirinya dia menganggap dirinya akan mendapat peringkat itu. Terpaku ditengah aula menahan malu, pengen balik tapi nantinya ia pasti akan ditertawakan, maju pun dia akan tambah malu. Serba salah.

    Tiba-tiba ada seorang siswi yang berdiri dari duduknya, dan berjalan kearah panggung aula. "Permisi" ucapnya perlahan saat Millo menghalangi jalan. Entah kenapa Millo merasa angin sejuk tertiup dari arah utara, mengibas rambut sepundak gadis itu. Matanya yang sedang melihatnya berkilau akibat sinar matahari. Perasaan aneh mulai muncul dihati Millo, entahlah rasanya tidak buruk juga. Sambil melihat gadis itu berjalan maju, Millo hanya bisa terpaku melihat karya Tuhan yang menakjubkan. Millo merasa jika ia dimasa depan bekerja di NASA, ia akan menetapkan gadis itu sebagai "bintang terindah".

   Gadis itu menerima penghargaan, sambil agak terkekeh melihat Millo. Senyumnya sangat bagus, bibirnya yang lumayan tebal, giginya yang rapih, matanya yang ikut menutup jika ia tertawa. "-Lo Variesy" Millo segera Tersadar dari lamunannya, merasa dirinya terpanggil Millo melanjutkan jalannya menuju panggung aula.

   Berdiri disebelahnya saja, jantung Millo tidak berdetak dengan normal. Millo tidak pernah merasa seperti ini. Dengan penghargaan yang bertengger di tangan, Millo sedikit melirik kearah gadis disebelahnya. Ternyata gadis itu sedang melihatnya, dirinya terkekeh "malu ya? " . Telinga Millo terlihat sangat merah sekarang. Ternyata senyum yang dimiliki gadis disebelahnya ini memang sangat menakjubkan, sangat indah. Semakin dekat dia melihat senyumnya, maka akan semakin indah senyumnya.

   Dengan cepat Millo memalingkan wajahnya, dia tentunya malu dan... Deg-degan? Kenapa jantungnya berdetak sangat cepat? Suhu badan Millo sepertinya naik, mukanya pasti sudah memerah saat ini. Perutnya terasa dihinggapi ribuan kupu-kupu, perasaan apa ini? Millo mungkin harus periksa kedokter sepulang sekolah.

Awas aja lo, Marlene

.•♫•♬• •♬•♫•.

471

25/07/24

  

SMART, BUT... | ongoing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang