Episode 9, Ujian part 3

11 0 0
                                    

Butuh beberapa hari bagiku untuk meracik bubuk itu karena aku sudah tidak membaca buku itu sejak lama, namun untungnya aku masih ingat isi dari buku-buku yang aku baca meski dalam bentuk rangkuman.

Dengan Bubuk Mesiu aku membuat dinamit Selain membuat dinamit aku juga membuat beberapa alat lain yaitu beberapa tombak, disetiap tombak itu terpasang sebuah dinamit yang lapisan luarnya terbuat dari kertas (jangan tanya asalnya dari mana, kertas gampang dibuat!)

Rencanaku adalah pertama-tama, aku akan memancing ular itu ke sebuah tempat yang cukup luar dan tertutup, di ruangan itu aku akan menyebar bubuk mesiu, kemudian menancapkan tombak berdinamit ke lehernya. Setelah semua tombak tertancap, aku akan meledakkan ruangan itu, dan ular itu akan menerima luka parah. Ular itu belum bisa mati, dengan semua serangan itu.

Tapi dengan dampak ledakan mesiu. Dinding dan langit-langit ruangan akan hancur menimpa si ular, dan saat itulah aku harus membunuh ular itu sebelum ia bangkit lagi.

Sekarang karena semua persiapan sudah selesai, aku mulai menelusuri gua itu dan menyiapkan jebakan. Aku memilih ruangan berstalaktit dengan luas sekitar 70 meter persegi dan tinggi sekitar 20 meter. Ini adalah ruangan ideal untuk menangkap seekor kobra raksasa,

Pertama-tama aku mencampur bubuk mesiu dengan pasir dan kerikil untuk menambah kerusakannya, lalu aku menyebarkan bubuk itu dengan sembarangan di tanah.

Aku juga memastikan tempat persembunyian ku ketika meledakkan bubuk itu aman dari ledakan. Kini persiapan hampir siap, aku tinggal mengoleskan anak panahku dengan lemak hewan agar mudah terbakar untuk kebutuhan aktifasi ledakan.

Semua persiapan sudah siap, aku menghampiri sarang si ular.

Ruangan itu lebih besar beberapa meter dari ruangan jebakan dan uniknya, langit-langit ruangan itu ditopang oleh empat tiang, hanya empat tiang yang terbuat dari bebatuan. Namun besar tiang itu sebesar pohon beringin.

Ular itu menggulung tubuhnya dan tertidur, aku sudah menyiapkan rencana untuk memancingnya kedalam perangkap, pertama-tama aku akan menusuk kan tombak ke salah satu matanya, kemudian menghindari serangan ular itu. 

Setelah ular itu buta sebelah, aku akan meledakkan satu dinamit di area mata yang buta, dengan seluruh serangan itu aku yakin ular itu akan marah besar, lalu ular itu akan aku pancing menuju jebakan yang kubuat.

Aku mendekati ular itu perlahan dengan berjingkat-jingkat, setelah dilihat dari dekat ular itu tampak sengat besar. Aku menelan ludah, tidak yakin bisa mengalah ular ini. ku hela nafas perlahan, berancang-ancang. 

Seluruh hidupku bisa hilang saat ini juga, aku merenung, ingin ku melangkah pergi dari tempat ini dan hidup tenang di suatu tempat, namun, aku bertekad, jika aku berhasil menyelesaikan ujian ini. aku akan kembali kepada teman-temanku dan meminta maaf kepada mereka, serta membalas perbuatan para kaisar yang mengusir ku seenaknya. 

Dengan seluruh tenaga aku menancapkan tombak ke celah di antara kelopak mata kanannya, ular itu terbangun dan mengerang kesakitan, aku kabur dari hadapannya, ia mencari-cari makhluk yang berani melukai nya dengan mata kiri yang tersisa. 

Aku segera membakar sumbu dinamit, kemudian meriaki nya, " Ular buluk! kayak tahi!" Ular itu mendesis kencang seraya menerjang ku aku bersiap.

Sepuluh meter lagi ular iu akan mengenai ku, aku melempar dinamit kearah nya sepersekian detik aku berlindung dibalik cadas, DUAARRR!!! Dinamit itu meledak, cadas tempatku berlindung masih utuh setengah dan bagian yang berhadapan langsung dengan ledakan dinamit hancur lebur menjadi kerikil atau debu, 

Ular itu masih hidup namun sisik di bagian mata kanan yang terkena ledakan terkelupas, dan dia terpental karena ledakan, aku segera kabur menuju lorong gua dan ular itu kembali mengejar, dua puluh menit kejar-kejaran aku bisa bertahan dalam perburuan ini karena setiap pagi aku berlatih fisik, seandainya saja aku hanya berlatih cara membuat peralatan. aku akan langsung mati dalam rencanaku sendiri.

aku berhasil mencapai ruangan berisi jebakan dan segera mencari posisi yang pas untuk melemparkan tombak berdinamit ular itu menyusul masuk beberapa detik setelah aku masuk, dia terus menghancurkan semua  hambatan dihadapan nya, KLANG ZLEP aku melemparkan dua tombak, satu berhasil mengenai mata kanannya ang terluka dan satu lagi gagal menancap di tubuh sang ular.

Ular itu terus mengamuk, menghancurkan segala sisi ruangan, debu beterbangan dimana-mana aku terus membidik mata kanannya kini sudah ada tujuh tombak menancap disana dan lima tombak tergeletak di tanah, aku melempar sekali lagi, ZAP ZAP, keduanya menancap dalam di mata kanannya, sekali-lagi dia mendesis kencang dan menghancurkan stalakmit di hadapannya.

REncana ku berjalan lancar, hingga ular itu tiba-tiba terdiam, mengenjan seolah mengumpulkan atau menahan sesuatu, aku keringat dingin. Ada alasan mengapa Ular Kobra Bertaring Empat mendapat tingkat C, bukan karena kekuatannya, bukan karena sisik kerasnya meskipun memang sisik tersebut juga merupakan salah satu faktor yang membuatnya unggul. 

Yang membuatnya kuat adalah, setiap sisik di punggung nya dapat menyemprotkan Asam yang sangat beracun serta dapat meleleh kan besi dalam sekejap, dari awal aku heran mengapa ia tidak menggunakan kemampuan tersebut padahal dia dapat membunuh ku sekali semprot.

Aku bergegas mencari perlindungan, namun semua tempat yang ada di ruangan ini dapat meleleh dengan mudah. Aku memperhatikan sekitar, apakah ada tempat yang bisa menahan asam itu? aku berpikir, namun ular itu hampir selesai menyiapkan larutan asam.

Tunggu?! jika asam itu memang sangat berbahaya, mengapa ular itu tidak keracunan asamnya sendiri? aku berlari sekuat tenaga menuju kepala ular itu, ini taruhan. Jika gagal maka aku mati, aku memanjat kepalanya dengan mencengkeram tombak di matanya. dia bergeming, aku panjat kepalanya dan ketika aku berhasil mencapai ubun-ubun ular itu, SRAT seluruh tubuh si ular kecuali kepalanya memuncrat kan cairan hijau. dan semprotan racun berwarna ungu di semprot kan dari mulutnya.

Aku selamat, jika telat beberapa detik saja tadi maka aku akan langsung mati begitu juga jika aku terjatuh dari kepala si ular, se isi ruangan terkena semprotan racun itu. bebatuan meleleh, stalatit dan stalakmit berhamburan, dan debu yang bercampur dengan bubuk mesiu beterbangan di udara. 

Ular itu terdiam beberapa saat, sepertinya mengumpulkan energi, aku langsung menancapkan sisa tombak di matanya, ular itu mengerang kesakitan namun tidak seperti sebelumnya yang langsung mengamuk, kini dia hanya terdiam seolah kelelahan. Aku berlari menuju tempat persembunyian, ku ambil sebatang anak panah, dan aku menghancurkan sebuah kristal sihir dengan atribut api. 

Ini saatnya eksekusi, di Anak panah yang ku pegang terukir mantra yang membuat anak panah ini terbakar ketika di lesat kan, ditambah kandungan mesiu di udara, akan menimbulkan ledakan dahsyat yang aku sendiri tidak yakin akan selamat. ku hela nafas perlahan, ku ambil ancang-ancang. 

Ular itu kembali bergerak, dia bersiap memuntahkan sesuatu dari mulutnya, pasti racun berbahaya. Aku menarik tali busur, kemana pun anak panah ini kulesat kan, hasilnya akan sama, ledakan besar. 

Kulesatkan anak panah itu, dan seketika api muncul dari ujung anak panah, sepersekian detik kemudian api memenuhi ruangan, ledakan menghancurkan bebatuan, Ular itu mendesis kencang. Aku terpental kebelakang dan pingsan.











Gak ada gambar dulu tapi upload cepet, gapapa kan? 

Cursed AdventurerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang