Jatuh Untuk Bangkit

Prolog

Biarkan aku menjadi sandaranmu disaat semua orang menjatuhkanmu. __Adhisti Gantari Luna

___________________________________

"Anta, aku takut," rintih Vesha seraya memeluk gadis bernama Anta dengan erat.

"Maaf yah, disini terlalu ramai. Ayo pergi." Anta memeluknya dengan penuh kasih sayang, lalu membawanya menepi—menjauh dari keramaian itu.

"Anta, Vesha gak betah disini. Boleh pulang gak sih?" tanya Vesha dengan dirinya yang masih memeluk Anta.

"Anta gak tau deh, coba Anta telepon kak Sinta dulu," ucap Anta seraya merogoh saku celananya dan mengambil handphone miliknya.

Setelah telepon tersambung, Anta mulai berbincang dengan Kak Sinta, "baik kak, terimakasih ya kak, kalau begitu saya tutup kak." Anta menutup telepon.

"Gimana Anta? Boleh pulang?" tanya Vesha seraya menarik ujung lengan pakaian Anta yang memang panjang.

"Boleh kok Vesha, ayo pulang. Anta anterin aja yah," ucap anta tanpa menerima respon Vesha.

Dalam perjalanan menuju rumah Vesha terasa sangat hening tanpa adanya percakapan. Entah kenapa rasanya Vesha agak merinding dengan aura Anta yang berubah drastis semenjak ia melihat pesan di ponselnya tadi.

Sesampainya di rumah Vesha, Anta keluar dari mobilnya, lalu ia ikut masuk mengantarkan Vesha sampai kedalam rumahnya.

"Anta?"

"Hm?"

"Anta mau menginap?"

Gadis itu menggeleng pelan, lalu secara tiba-tiba ia memeluk erat tubuh sahabatnya itu. Kepala Anta menelusuk ke perpotongan leher Vesha, tetapi gadis itu menjauh karena merasa geli.

"Please, biarin aku begini sebentar aja Vesh...." ucapnya dengan nada lirih.

Vesha menurut, membalas pelukan Anta dengan lembut. Sejujurnya ia bingung dengan kelakuan Anta, apa yang terjadi? Pikir gadis itu dengan rasa khawatir yang membuncah.

"Maafin aku Vesha, maaf...."

Anta melepaskan pelukan mereka, lalu bergegas menaiki mobilnya dan pergi dari sana.

Vesha menatap mobil Anta dengan wajah murung, sungguh ia bingung dengan perilaku Anta yang berubah tiba-tiba.

TBC