12 - Being Saved Again By You

8 0 0
                                    

Yemima Side

45 Menit Sebelumnya

Yemima menundukkan kepalanya, ia merasa pusing dan mual. Tak tahan atas rasa sakit yang menyerang. Ia meminta izin dengan Bu Hannah yang sedang mengajar.

"Maaf, Bu. Apa saya boleh ijin pulang? Kepala saya sakit." Ucapnya agak takut.

Entah karena kasihan dengan kondisi mahasiswinya yang telah pucat dan terdapat buih-buih keringat dingin di area pelipisnya, Bu Hannah mengizinkan Yemima pulang.

Yemima mengemaskan barang-barangnya lalu berpamitan pada dosen dan teman-temannya. Ia sudah menyolong start — 30 menit pulang lebih awal dari jadwalnya.

Yemima berjalan sedikit sempoyongan di selasar kampusnya. Ia duduk sebentar ketika menemukan bangku kosong. Meneguk air mineral dan termenung — mencoba mengumpulkan tenaganya kembali.

Yemima beranjak kembali dengan maksud keluar dari gedung fakultas. Ia beniat menghampiri Tsania yang berada di gedung Fakultas Hukum — yang bersebrangan dengan gedung Fakultasnya.

Namun fokus Yemima sedikit oleh dan tidak memperhatikan setiap plang gedung hingga ia kini berada di gedung yang tidak ia ketahui. Kakinya sudah lemas. Membuka handphone membuatnya semakin pusing. Ia menduduki bangku kosong yang berada di depan sebuah kelas.

'Gue dimana ya?' gumamnya pada dirinya sendiri.

Tangannya menahan pelipisnya yang terasa pusing. Satu tangannya lagi mengeser layar ponselnya. Dengan mata yang bekerjap-kerjap, ia menelpon nomor asal.

Memanggil

Tut

Tut

Tut

Berdering

Tersambung

"Halo, jemput gue dong! Kepala gue sakit."

"Hah? Lo dimana?" Ucap seseorang dari ujung telpon.

"Gue di kampus. Cepetan gue gak kuat nih."

"Kampus lo dimana?"

"Universitas Tunas Bangsa, tapi gue gak tahu di fakultas mana ini? Gue tersesat."

"Ow, sekampus. Share loc."

Yemima menyalakan share location, "Dah."

"Wait. Lo depan kelas gue. Gue keluar."

Telpon itu masih tersambung. Pintu kelas, yang berada di depan Yemima, terbuka. Menampakkan sosok laki-laki yang mengenakan hoodie putih tanpa lengan dan celana jeans biru muda. Laki-laki tersebut hanya terpaku memandangi gadis yang berada di depan.

Setidaknya mereka bertemu tiga hari lalu di cafe namun kini nyatanya mereka satu almamater.

"Lo lagi?" ujar laki-laki itu terheran-heran dan mematikan telpon antara mereka.

Yemima mendongakkan kepalanya dan sedikit mengangga tak percaya dengan sosok yang berada di depannya. "Lo kuliah di sini juga?"

Laki-laki itu hanya mengangguk dan berjalan mendekatinya. "Kenapa pusing? Masih sakit? Kenapa maksain kuliah sih?" Lelaki tersebut menghujaninya dengan seribu komplenan.

"Ya gue kira, gue udah mendingan." Balas Yemima tidak mau kalah.

"Tapi nyatanya lemes begini dan nyusahin gue lagi!?" Kini Nodi juga tidak mau kalah.

Yemima terdiam lalu berdiri agar tubuhnya sejajar dengan laki-laki tersebut. "Ya udah. Gue mau pulang. Makasih dah mau disusahin sama gue!!"

Nodi terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Yemima. Sementara Yemima bergegas menjauh lelaki tersebut. Nodi menatap punggung cewek yang lemas itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cafe LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang