Genius

210 20 35
                                    

Hallo!
Warning!
18+

Hi guys, sebelum nya aku mau bilang kalau cerita ini ku tulis pas lagi badmood, jadi mungkin feel nya gak kerasa, aku cuma gabut, dan book haobin oneshoot itu gak bisa dibuka samsek, jadi ku tulis disini aja:')
Gapapa kan?

Happy reading yaaa!!

.
.

Suara pukulan keras terdengar, seorang pemuda tampan menutup telinganya dengan tangan sambil memejamkan matanya. Dia ingin sekali menolong, tapi pintu sialan ini terkunci. Ibunya menguncinya di dalam sedangkan sang adik tengah di siksa di luar.

Pemuda tampan itu menangis sambil menggumamkan kata maaf. Sungguh dia tak tega mendengar teriakan itu, tapi apa daya? Dia hanya bisa diam disini, menunggu ayahnya selesai memukuli adiknya. Padahal itu semua salahnya, tapi dia, Sung Hanbin akan selalu menanggungnya.

.
.
.

Zhang Hao, atau bisa di panggil Hao merasakan sebuah tepukan do pipinya, dia membuka matanya, dia bisa melihat dengan jelas, sang adik tersenyum manis Walaupun keadaannya sudah sangat kacau.

Dia mengubah posisinya menjadi duduk, memegang pipi sang adik dan kembali menangis.

Hanbin memeluk tubuh Hao dan mengusap punggungnya dengan lembut,

"Aku gapapa kak, jangan nangis dong." Hao mengangkat wajahnya, masih menangis sesenggukan, membuat hanbin tertawa kecil, kakaknya menggemaskan sekali. Hao yang melihat hanbin tertawa pun tersenyum, dia membaringkan tubuh Hanbin dan mulai mencumbu bibirnya.

Kakak beradik? Ya itu benar, tapi Hao rasa mereka memang perlu melakukan ini sekali-kali, untuk melampiaskan perasaan satu sama lain.

.
.
.

Hanbin menatap nilai rapotnya dan menghela nafas, kenapa kecil sekali sih!? Pikirnya, tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahu nya,

"Kenapa bin?" Itu Matthew, dia adalah teman sehidup semati Hanbin, hehe, tapi bukan berarti kalau hanbin mati Matthew juga ikut mati, hanya saja... gak tau deh tanya aja sama Hanbin:')

Hanbin yang di tanya menggelengkan kepalanya,
"Gapapa kok, cuma mikirin sesuatu." Jawabnya,

Matthew melirik kearah kertas ulangan di tangan Hanbin,
"Nilai lagi?" Hanbin mengangguk,

"Iya, nilaiku kecil lagi, kalau begini ayah pasti marah." Hanbin menunduk,

Matthew tentu saja tau apa masalah Hanbin, ayahnya itu sangat tegas, akan selalu memarahi Hanbin kalau Hanbin dapat nilai kecil, padahal nilainya 98:')

Tapi ya namanya ayah Hanbin mana bisa di lawan, yang dia pikirkan hanya nama baik keluarga saja, prett! Nama baik keluarga konon, kelakuannya kek dajjal_-

Padahal yang Matthew gak tau, ayahnya itu bukan hanya memarahinya, tapi memukulinya sampai dia puas, makanya banyak sekali luka di tubuh Hanbin. Bahkan saat Hao mendapat nilai kecil, Hanbin yang akan di hukum, dibilang mengganggu konsentrasi Hao belajar hingga pemuda itu mendapatkan nilai buruk.

Itu sebabnya Hao merasa sangat bersalah saat melihat Hanbin masuk kedalam Kemar dengan luka di sekujur tubuhnya, Hao ingin sekali membebaskan Hanbin dari kurungan setan ini, pergi bersama dan memulai hidup baru. Hanya berdua, tanpa ayah dan ibunya yang iblis itu!

Hao hanya butuh Hanbin, begitupun sebaliknya. Hidup dengan orangtua mereka hanya membuat mereka merasa tersiksa. Terlebih lagi Hanbin. Hao tidak tega anak sekecil Hanbin di siksa setiap hari hanya karena satu hal, "nilai".

"Sudahlah Hanbin, nilaimu itu sudah sangat besar tau, ayahmu saja yang tidak bersyukur. Padahal kamu sangat pintar. Lihatlah, nilaiku hanya 23 tapi aku tetap bersyukur." Hanbin menjitak kepala Matthew,

Genius | HaoBin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang