Prolog - 19

4.8K 347 88
                                    

1. Tragedi Yuuna

"Aku ... aku benar-benar bukan pelakunya."

Yuuna terus berusaha menjelaskan. Tubuhnya gemetar, air mata mengalir setetes demi setetes. Tubuhnya yang kurus meringkuk ketakutan. Kedua tangannya mengepal kuat.

"Aku benar-benar bukan pelakunya. Tolong percaya padaku, Kak?" Yuuna menatap pada kakaknya yang paling tua. Biasanya, pria berusia 28 tahun itu menjadi sosok yang paling lembut dan toleran. Walau tidak pernah benar-benar membelanya karena menganggap Yuuna sebagai biang onar, tapi dia tidak pernah menghukumnya terlalu keras.

Namun kali ini, kakak tertuanya juga tampaknya tidak peduli lagi. Hanya menatap Yuuna dengan sorot dingin, yang seolah bisa membekukan tulang punggungnya.

Yuuna menatap ketiga saudaranya yang lain, tatapan mereka jauh lebih nyalang dan garang.

Yuuna mundur satu langkah, kembali mundur lagi saat saudara laki-laki termudanya berdiri, berjalan menghampirinya.

Pria itu semakin dekat, dekat. Yuuna mendongak saat jarak di antara mereka hanya terpisah dua jengkal saja. Matanya yang bulat semakin membesar saat pria itu berkata, "Anak dari seorang pelacur ... memang hanya akan tahu trik-trik kotor seperti yang dilakukan ibunya."

Pupil Yuuna menggelap. Bibirnya yang gemetar bahkan tidak berani lagi meloloskan isak tangis. Dia tahu, tangisannya hanya akan membuat semua saudaranya semakin jengkel. Menganggap keberadaan Yuuna sebagai hal kotor yang tidak layak berada di antara keluarga besar.

Tapi, Yuuna tidak pernah meminta mereka menjemputnya. Kalau dia memang tidak diinginkan, sejak awal dia tidak akan datang.

Sayangnya, begitu dia menginjakkan kaki di rumah ini, namanya didaftarkan sebagai salah satu anak dari keluarga Charon, dia tidak bisa lagi untuk melangkah keluar. Semua kekayaan peninggalan ibunya sudah diambil alih, walau dia rela pergi tanpa membawa apa pun dari rumah ini, dia terkekang aturan dan tidak akan pernah bisa pergi lagi.

Yuuna hanya seorang gadis kecil. Usianya baru 19 tahun. Dia tidak tahu banyak tentang bidang akademik, sejak kecil dia sudah mengikuti jejak sang Mama. Sebagai seniman gerabah dan karyanya mulai diakui satu demi satu. Dia bahkan berencana mengadakan pameran studionya sendiri dalam satu tahun ke depan.

Dia baru datang ke rumah ini 6 bulan lalu. Namun dunia damainya perlahan retak, setiap hari dia menerima cacimaki dan hinaan, sesekali dia juga mendapatkan pemukulan.

Semuanya ... selalu berhubungan dengan saudari tirinya yang baik.

Sosok 'malaikat kecil' kesayangan semua kakaknya. Orang yang sudah mewarnai hitam di dunia Yuuna yang sebelumnya seperti pelangi.

Beberapa jam yang lalu, entah atas alasan apa saat mereka berdua saling berpapasan di tangga, saudari tirinya itu –Edha- menjatuhkan diri sambil meneriakkan namanya. Dia tergeletak di lantai dasar dengan kepala berdarah dan tubuh memar.

Yuuna tercengang. Dia tahu dia sudah difitnah.

Kondisi Edha sudah stabil. Selain luka di kepalanya, hanya tangan kanannya yang keseleo. Sementara dalam beberapa hari ke depan, wanita itu akan mengikuti audisi pencarian bakat yang kemungkinan besar tidak bisa dia hadiri lagi.

Yuuna tahu ... kali ini, situasinya jauh lebih buruk dibanding hari-hari sebelumnya.

"Di rumah ini ... ada CCTV." Yuuna mengatupkan kedua tangan di depan dada, memohon. Dia sadar diri, dia tidak akan mampu melawan orang-orang ini, "Tolong, tolong dilihat dulu sebelum menghukum aku lagi, aku benar-benar bukan pelakunya."

Yuuna tidak berani mengatakan kalau saudarinya itu sengaja menjatuhkan diri untuk memfitnahnya. Sejak awal keberadaan Yuuna yang paling rentan. Itu hanya akan membuat semua saudaranya jauh lebih marah dan membencinya. Jadi, Yuuna menelan bulat-bulat setiap kepahitan di mulutnya sendiri.

Unforgiven MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang