Bebanku di Hari Bersamanya

3 0 0
                                    

Kadang Dick terkejut dengan kemiripan antara Bruce dan Helena. Sebelum dia menjadi dekat dengan putri kandung Bruce ini, Dick berpikir bahwa Helena akan lebih mirip ibunya karena hampir separuh hidupnya dia dibesarkan oleh Selina. Tapi fakta berkata lain – sang putri dari Dinasti Wayne itu bagaikan tiruan ayahnya, dengan paras yang menarik, kecerdasan di atas rata-rata, skill bela diri yang mumpuni, dan, sayangnya, kemampuan untuk berbagi beban yang rendah.

Dick tidak pernah memusingkan itu sebelumnya. Dia juga sadar bahwa sebagai orang yang lahir di luar Gotham, Dick bukanlah cowok Gotham biasa yang sering pamer kekuatan atau pura-pura tidak butuh orang lain. Dia adalah definisi dari sesuatu yang entah apa alasannya dibenci Gotham: pribadi yang cerah, murah senyum, dan tak ragu untuk memeluk teman-temannya. Dia sedih ketika menyadari kalau orang-orang Gotham ternyata tidak suka dengan sentuhan fisiknya. Melanggar privasi, katanya.

Jadi ketika Helena tinggal bersama dengannya dan semua anak angkat Bruce Wayne di manor, Dick sudah tahu apa yang harus dia lakukan. Pertama, bertanya apakah Helena suka dipeluk dan diberi sentuhan fisik yang aman; kedua, mengajak ngobrol dengannya untuk mengenal Lena lebih dekat; dan ketiga, menjaga dirinya agar hanya memikirkan Helena sebagai adiknya saja. Dick tahu mereka tak punya hubungan darah, tapi jika dia sampai punya ketertarikan khusus dengan Helena dia akan merasa seperti sudah mengkhianati ayahnya sendiri.

Toh akhirnya aturan ketiga itu melayang sudah saat keduanya memutuskan untuk kencan diam-diam. Atau tepatnya, menjalin hubungan tanpa status yang lebih intim dari sekadar teman ataupun kakak beradik.

"Jadi apa yang kamu pikirkan?"

"Hmm?"

"Apa yang kamu pikirkan selama 52 menit dan 16 detik ini?"

"Oh, bukan apa-apa."

Dick mendengus. Kelihatan banget kalau dia bohong, protesnya di kepalanya. "Ayolah Lena, aku takkan bilang ke siapa-siapa. Kamu bisa mengatakan apapun padaku," pinta Dick.

Helena pun mengangkat kepalanya dan melirik Dick. "Kamu pernah melihat kedua orang tuamu bertengkar?"

Kedua alis Dick sontak terangkat. Helena tampaknya juga menyadari bahwa dia baru saja menanyakan topik yang sensitif, tapi sebelum dia minta maaf Dick sudah lebih dahulu menjawab, "Tidak. Mereka akur, atau mungkin cukup cerdik untuk tidak bertengkar di hadapanku. Apa ini ada hubungannya dengan Bruce dan Selina?"

Helena mengangguk lemah, menunduk. Dick menyipitkan matanya. Dia paling benci melihat adik-sekaligus-pacarnya itu bersikap seperti ini, karena dia merasa dia tidak bisa membuat Helena gembira. Tapi dia takkan memberitahu Helena soal itu. Di saat yang sama, Helena berkata, "Benar. Ayah dan ibu berbeda pendapat tentang cara mereka membesarkanku. Ayah tidak suka dengan 'aktivitas malam' yang masih ibu lakukan sampai sekarang dan menganggap ibu sudah memberikanku teladan yang buruk, sedangkan ibu protes karena dia tidak sering mengajakku ngobrol ataupun membersamaiku. Masing-masing tidak mau mengalah dan menganggap yang lain salah. Tapi mereka bahkan tidak menanyakan pendapatku soal itu. Aku merasa... bersalah karenanya."

"Karena kamu merasa gara-gara kamu, mereka jadi bertengkar?"

"Iya."

"Lena," Dick menyingkirkan helaian rambut Helena dari wajahnya. "Kamu tidak bisa mengontrol kedua orang tuamu, dan ini bukan salahmu. Kamu sendiri bilang kalau mereka berpikir mereka tahu apa yang baik untukmu, tapi kamu sendiri tidak diikutsertakan dalam diskusi itu, 'kan? Bukankah justru itu bisa jadi alasan untukmu meminta hakmu untuk menjadi lebih mandiri dan ingin mereka segera baikan, karena mereka hanya bicara tentang standar mereka tapi tidak tahu kebutuhanmu?" jelas lelaki itu panjang.

Helena diam cukup lama, mempertimbangkan pendapat Dick. Ada benarnya juga apa yang dia katakan. Jika seandainya dia ingin kedua orangtuanya berbaikan dan berhenti bertengkar, bukankah solusi yang Dick sampaikan itu akan jadi seperti sekali dayung dua pulau terlewati? Ide yang bagus juga, pikirnya. "Tapi apakah mereka mau mendengarkanku? Aku 'kan lebih muda daripada mereka," ujarnya ragu.

"Helena, kamu tahu apa untungnya terlahir menjadi anak perempuan? Yaitu jika orang tuamu sangat menyayangimu, apalagi kalau itu Bruce, mereka akan mengabulkan semua keinginanmu asal kamu kembali tersenyum," Dick menenangkannya.

Lena pun sumringah. "Kau benar. Kadang ayahku terlalu memanjakanku dengan materi, tapi aku rasa itu tidak jelek juga. Terima kasih, Dick."

Dick sendiri juga tertular oleh kebahagiaan Helena. "Kalau sudah, bolehkah aku memelukmu sekarang?" tanya Dick.

"Kalau kau mau mencium bibirku, aku juga tidak menolak."

Dick tertawa hambar. Walau sudah beberapa kali melakukannya, wajahnya masih memerah tiap kali mereka bicara soal ciuman. "Kau tahu, aku punya ide yang lebih baik."

Jadi setelah semuanya selesai, Dick dan Helena memutuskan untuk cosplay semalaman sebagai Batman dan Catwoman lalu saling berpelukan di sebuah rumah kaca dan membuat Poison Ivy muntah, memudahkan para polisi untuk menangkap wanita itu. Jason dan Tim sendiri pingsan tak jauh dari TKP. Sementara itu, Bruce dan Selina menatap monitor di Batcave, bingung. "Apa yang mereka lakukan?" tanya Bruce.

Bebanku di Hari BersamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang