Prolog

2 1 0
                                    

Happy reading ya semuanya.. ENJOY ajaaa..

Don't forget to like and comment supaya authornya tambah semangat buat lanjutin part selanjutnya yaaa ><

***


You're the most important person in your life

So be yourself, be beautiful

NCT - Beautiful


Sore ini tidak ada kata 'selamat tinggal' atau pun 'sampai jumpa'oleh sang matahari. Melainkan rintik hujan yang tak kunjung berhenti. Ada beberapa pengendara kendaraan beroda dua dan pejalan kaki yang memutuskan berhenti dan menepi sejenak untuk berteduh. Ada juga yang mencoba untuk menerobos, walau basah kuyup. Termasuk salah seorang gadis yang berlari menuju halte terdekat hanya dengan mengandalkan sebuah jaket jeans yang ia kenakan untuk menutupi bagian kepala. Sesampainya di halte, gadis itu duduk manis meratapi jalanan yang lengang. Cuaca sore ini sangat dingin. Membuat gadis ini menangkupkan tangannya yang mungil itu untuk ditiupnya, berharap hal ini dapat menghangatkan suhu tangannya. Tubuhnya bergetar pelan serta giginya sesekali menimbulkan sura gemeletuk.

" Ah... "

Hari semakin larut. Beberapa lampu jalanan mulai bercahaya walaupun sedikit remang. Sesekali ia melirik arloji yang terpasang di tangan kirinya. Setelah lama menunggu hujan yang kian mengguyuri kota besar ini, gadis itu pun akhirnya memutuskan menelephone orang rumah. Alih-alih berharap ada yang menjawab, nyatanya malah tidak satu pun yang aktif. Ia tampak mulai gelisah. Matanya pun menangkap sosok lelaki yang sudah berdiri di sampingnya sambil memainkan handphone. Laki-laki dengan berperawakan kurus, tinggi dengan kulit putih yang bersih terawat, bibir yang merah ranum serta alis yang tebal membuatnya tampil seolah ia adalah seorang artis K-Pop. Gadis itu pun sedikit terperangah, namun na'asnya lelaki itu menyadari perbuatannya. Buru-buru ia pun memalingkan wajahnya kembali lurus. Sejak kapan dia disana?

" Maaf. Gue izin duduk di samping lo, boleh?" Tanya lelaki itu. Gadis itu pun menoleh, lantas mengangguk. " Lo sendiri?"

Gadis itu kembali mengangguk. "Oh."

Ia dengan lelaki itu hanya terpisahkan oleh 2 bangku halte yang kosong. Membuatnya sedikit gugup. Alasannya, karena sebelumnya ia tak biasa berduaan dengan lelaki seperti ini. Walaupun begitu, sesekali ia melirik lelaki di sampingnya. Kalau diperhatikan lagi, pakaian yang ia kenakan juga style ala pria gentle. Kemeja hitam dengan lengan yang digulung sampai siku, didalamnya ia hanya menggunakan kaos putih polos, lalu celana hitam serta sepatu converse putih. Hal itu berhasil menambah kesan berbeda padanya. Sadar bahwa ia terlalu lama memandangi ciptaan tuhannya satu ini, ia pun kembali mengendarkan pandangannya pada jalanan yang basah.

Selang beberapa lama, sebuah mobil merapat tepat didepan halte. Lelaki di sampingnya pun berdiri dan berjalan mendekat. Namun langkahnya terhenti dan kembali menatap gadis yang sedari tadi hanya menekuri sepatunya. Ia pun mendekat.

" Lo pulang bareng gue aja." Ucapnya yang berhasil membuat gadis itu menatapnya. Membuat sepasang matanya berhasil menangkap manik mata lelaki itu.

" E-eh, aku gak apa pulang sendiri aja. Hujannya juga udah mulai reda."

" Sudah mulai larut nih. Lo cewek, gak baik diluar kayak gini." Ucapnya sekali lagi penuh keyakinan.

" Gak apa. Kamu pulang duluan aja. Udah ditungguin juga 'kan?"

" So, lo mau nunggu sampai tua di sini? Mending lo ikut gue pulang, tapi terserah sih kalau mau lo nungguin keluarga lo buat jemput lo. Emang lo nggak takut apa sendirian kayak gini? Malam pula. Ntar ada kenapa-kenapa keluarga lo juga yang susah."

Sumpah, ini cowok mirip banget sama bapak-bapak yang lagi nyeramahin anak gadisnya, gerutunya dalam hati. Akhirnya, gadis itu pun menyerah dan segera mengangguk. Ia pun mengekori lelaki itu untuk masuk ke dalam mobil Mercy keluaran terbaru. So expensive. Selama di mobil, ia tidak berduaan karena ada sopir. Ia juga tidak duduk bersebelahan karena lelaki itu duduk tepat di kursi penumpang sebelah sopir. Suasana lengang dan sunyi. Tidak ada celotehan ringan maupun alunan musik dari radio. Gadis itu pun memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat kepada orang rumah.

Bang

Napa? lo dimana?

Adek udah dijalan pulang

Bareng siapa?

Temen

Read.

Gadis itu pun menghela napas berat. Lantas menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi yang terasa empuk. Ia hanya ingin sedikit merilekskan pikirannya yang sedikit kalut. Hingga sang sopir pun akhirnya membuka pembicaraan terlebih dahulu dengannya.

" Non, rumahnya didaerah mana ya kalau boleh saya tahu?" bapak itu pun menoleh sedikit ke arahnya. Membuatnya gelagapan.

" A-anu.. Menteng, pak."

" Oh, non tinggal di sana. Den muda juga tinggal didaerah Menteng. Syukur jalannya searah ya." Bapak ini pun tersenyum, membuat kerutan pada wajahnya terlihat jelas.

Gadis itu balas tersenyum.

Setelah menghabiskan lima belas menit menuju perumahan gadis itu, akhirnya sampai tepat didepan bangunan dua tingkat dengan cat putih yang membuatnya terkesan minimalis. Ini rumahnya. Gadis itu pun bergegas turun dari mobil, tak lupa mengucapkan terima kasih kepada sang sopir dan lelaki yang dia saja tidak mengenalinya. Tapi yang penting, hari ini ia telah menolongnya.

" Ohya, gue Athala."

" Aku Anaya. Thanks for last evening."

" See you, Anaya. Gue harap, we can meet again in other place, maybe?"

Lelaki itu pun tersenyum kepadanya tepat sebelum kaca mobil itu kembali tertutup.

***

Hai Rhea Readerss!! Gimana ceritanya? Penasaran sama vibesnya Athala? Skuy tungguin terus part selanjutnya dari cerita 'Polaroid Love' yaa..

Next part 2

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Polaroid LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang