Tangan se kecil Chandra menggenggam jari telunjuk dan jari tengah nya Marva. Anak itu sama sekali tak ingin di tinggal bersama dokter dan suster saja. Dan Marva pun tak keberatan menemani sang adek.
"Sakit ya Chan?", tanya Marva khawatir.
"Ssshh.. nda kok mas, lebih sakitan baby Sean yang jatuh Dali tangga Dali pada ini", ucap nya.
Marva jelas tau, rasa nya Marva ingin menangis saja. Kalau bisa ia ingin meminta pada yang maha kuasa, kalau sakit dan luka Chandra limpahkan saja pada nya. Rematan jemari kecil itu menggambarkan se sakit apa yang Chandra tahan agar tidak membuat Marva semakin khawatir.
"Chan nda apa-apa kok mas... Habis ini pasti sembuh kok. Mamas jangan nangis yaaa",
Marva terkekeh. "Mamas nggak nangis kok, tapi mamas sedih. Adek mamas terluka parah begini...",
"Adek nggak apa-apa kok, tanya saja sama pak doktel na. Iya kan dok? Chan pasti sembuh kan?", tanya Chandra kepada sang dokter yang terharu mendengar percakapan adek kakak itu.
"Iya, kalau adek Chan banyak istirahat, pasti luka nya langsung sembuh",
"Tuh kan, mamas halus kuat yaa, Chan pasti sembuh dan main lagi sama baby Sean",
Marva hanya bisa menangis dalam diam. Untung nya luka sobekan nya tak lebar maupun dalam. Tapi tetap saja berbahaya.
.
.
.
.
Di sini lah Marva berdiri, di sebuah ruangan khusus ketika mereka membahas hal oenting, ataupun tempat untuk menyelesaikan masalah tanpa harus di lihat atau di dengar oleh orang lain.
Ada Marva, dan si kembar empat. Suasana canggung yang luar biasa berhasil membuat Harja yang memiliki seribu satu cara untuk memcairkan suasana merasa tak nyaman dan mati kutu.
Kini aura Marva jelas berbeda. Bukan mamas yang selalu ngalah kalau di jailin sama adek-adek nya. Ataupun mamas yang kalau marah lebih ke ngomel sama jewer telinga.
Di sini Marvel menunjukkan bahwa diri nya adalah seroang mamas, anak sulung yang harus memberikan nasihat dan contoh yang baik untuk adek-adek nya. Di sini, Marva sebagai sosok mamas yang tegas.
"Sebelum saya serang habis-habisan kalian, silahkan beri tau saya apa yang terjadi menurut sudut pandang kalian mengenai kejadian kemaren sore...",
'Mampus! Bukan mamas lagi nyebut nya, tapi Saya woi.. SAYA😭', -Harja.
"Raja?",
Raja yang di sebut nama nya terlihat gelalapan. Melihat ekspresi datar nya Marva makin membuat nya mati kutu.
"Bisu?! Ayo ngomong! Kamu paling dewasa setelah saya, jadi bangkitkan sifat keras dan tegas mu itu! Jangan kamu biarkan dia tertidur cukup lama. Raja, nama mu Raja bukan? Buktikan kalau nama mu itu adalah karakteristik kamu, bukan hanya nama tanpa ada arti nya. Raja memiliki sikap yang tegas! Pemberani! Adil! Dan berwibawa. Tapi kenapa Raja di hadapan saya ini terlihat lemah sekali? JANGAN MENANGIS!",
Tubuh Raja tersentak akibat bentakan tegas nya Marva.
"Kamu nangis boleh! Tapi kalau keterusan nangis nama nya cengeng! Kalau kamu nggak merasa bersalah, tapi saya minta kamu untuk menjelaskan kejadian kemaren sore, kamu harus bisa menjelaskan dan berikan alasan yang masuk akal. Bukan malah ketakutan bak ayam kehujanan! Gimana nggak di tindas sama orang lain kalau sisi beringas mu aja terus di suruh tidur! Suruh bangun! Sudah saat nya memberikan bukti kalau nama Raja bukan sekedar nama doang yang papa kasih buat kamu, tapi kasih tau kalau kamu! Raja yang adil, berwibawa, dan pemberani!. NGERTI RAJA?!",
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlian Kagastra
FanfictionApa jadi nya kalau kalian yang malem-malem gabut terus keluar rumah tanpa izin, pulang-pulang malah bawa bayi?. Itu yang di alami oleh si kembar empat. Habis di omelin, diam-diam keluar rumah tengah malam karena gabut, eh malah denger suara bayi nan...