10| Ram, please explain!

719 100 15
                                    

Tak lama, Ritha kembali ke ruang baca seraya membawa nampan berisi dua cangkir cokelat, beberapa camilan dan buah-buahan.

Ruka terlihat tenang dalam duduknya sambil membuat sketsa di tab.

Meletakkan nampan di meja tanpa bersuara, Ritha kemudian mengambil novel yang hendak ia baca sesuai rencana awalnya.

Ritha berusaha mengalihkan pikirannya ke kegiatan lain agar tidak senantiasa merasa malu atas kejadian tadi. Padahal jika dilihat-lihat, Ruka tak mempermasalahkan dan terkesan seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Ya emang, lo ngarep sikap Ruka kayak gimana, Ri?

“Kamu baca apa?”

“A-aku baca Stranger Weather in Tokyo.” Jawab Ritha tergeragap, tak mengira jika Ruka ternyata memerhatikannya. “K-kamu udah selesai ngegambarnya?”

Ruka tersenyum. “Udah. Kamu kenapa jadi ikut-ikutan pakai aku-kamu?”

“Ehm… Iya ya.” Ritha gagap tersadar. “biar samaan aja.”

Lagi, Ruka tersenyum manis. “Kamu nggak masalah pakai aku-kamu? Biasanya pakai gue-lo, kan?”

“Nggak masalah.” Ritha meraih cangkir cokelatnya. “Nggak ada aturan baku juga setiap ngobrol harus pakai gue-lo. Menyesuaikan lawan bicaranya aja. Terdengar aneh ya, kalau gue pakai aku-kamu?”

Ruka menutup tab-nya sambil melihat Ritha. “Nggak aneh kok. Aku malah suka dengarnya.”

Ritha terkekeh, “ada-ada aja, kamu.” Matanya menyipit hingga pipi berisinya terangkat. Gelak tawa gadis itu terlihat menggemaskan, sampai-sampai Ruka tak sadar dia tersenyum memerhatikannya.

“Ritha.” Ruka mengambil jeruk dan mengupasnya. “Buku yang kamu baca, ceritanya tentang apa?”

“Inti dari bukunya, sahabat jadi cinta.” Ritha juga hendak mengambil jeruk dari nampan, tetapi Ruka menghentikannya dan memberikannya jeruk yang terkupas. Ruka sendiri hanya mengambil dua iris jeruk.

“Sisanya buat kamu.” Ujar Ruka sebelum mengunyah jeruknya. Dan Ritha pun tergugu.

Manusia satu ini, benar-benar ajaib!

Ritha menatapi jeruk di depannya. Hal kecil ini, perhatian yang detail ini, siapa yang tidak akan luluh? Sulit sekali rasanya untuk mengelak tidak terbawa perasaan bukan? Baru dua kali ketemu? Sepertinya, jatuh hati itu tidak perlu memandang waktu ya!

Ritha menarik napas, lalu mengunyah jeruk yang sudah dikupas oleh Ruka. Melanjutkan penjelasannya.

“Buku karya Kawakami ini menjawab pertanyaan-pertanyaan kayak; apakah berbahaya mencintai sahabatmu sendiri? Apakah boleh? Apakah dia juga merasakan hal yang sama? Apa yang kita kini tengah rasakan? Kenapa tak kita coba persatukan? Mungkin cobaan untuk persahabatan? Atau mungkin sebuah takdir Tuhan? Wuihhh kok jadi kayak lagu? Ahahaha tapi begitu memang.” Lagi, tawa renyah Ritha mengalun indah sampai di telinga Ruka. Meski terdengar konyol karena Ritha menertawakan tingkahnya sendiri, Ruka justru menikmatinya.

“Emang masalah ya kalau suka sama sahabat sendiri?” Tanya Ruka menanggapi.

“Nah. Aku lanjutin dulu.” Ritha menarik napas, mengatur gelaknya. “Bagian menariknya adalah, di buku ini, persahabatan tokoh ceweknya dengan cowok yang dia sukai ini jauh banget perbedaan umurnya. Si cewek menjelang 40 tahun, dan si cowoknya 70 tahun, Ru. Kebayang nggak sih? Jalin pertemanan sama orang yang 30 tahun lebih tua dari kamu terus kamu jatuh cinta sama dia?”

ToGetHer | RuPha [ABANDONED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang