Weekend
Dena tidak kemana-mana demikian juga Tian. Mereka membereskan rumah yang masih berantakan. Karena saat pindah masih sibuk sehingga baru bisa beberes.
Sebenarnya Gavin mengajak Dena untuk jalan, tapi ia belum memutuskan iya atau tidak. Mungkin, jika beberesnya bisa cepat, maka ia akan mengiyakan.
"Na ... kamu tolong goreng ikan ya, sudah aku bersihkan. Aku mau nyuci baju dulu," ucap Tian yang dibalas anggukan Dena.
Dena masuk ke dapur, menyalakan api, lalu meletakkan penggorengan dan menuangkan minyak. Ia sudah siap dengan helm dan juga tameng dari tutup panci.
"Na ... kamu ngapain kayak begitu ?" Tian yang muncul di dapur, geleng-geleng kepala melihat kostum Dena untuk menggoreng ikan.
Bukannya menjawab, Dena malah memasukan ikan ke dalam kuali dan segera berlari menghindar.
Tian mendekat, untuk melihat penggorengan. Kedua netranya membola. Dena menuang minyak sangat banyak, sehingga ikannya bisa berenang bebas.
Dena berdiri di dekat pintu karena takut terkena cipratan minyak.
Pada akhirnya, Tian yang membereskan kekacauan akibat ulah Dena. Sedangkan Dena duduk manis karena ia juga tidak terbiasa mencuci sendiri.
Mereka berdua telah duduk di meja makan dengan Dena yang berbinar melihat makanan yang tersaji.
"Wah .... Mas Tian pandai memasak," puji Dena sambil mengacungkan dua jempolnya. Sedangkan yang dipuji hanya tertawa pelan.
Mereka makan dalam diam.
"Si mbak sinetron itu, bisa masak juga ?" tanya Dena yang dibalas anggukan Tian.
"Bisa, masak air," Jawab Tian yang dibalas kekehan Dena.
"Hmmmm ... berarti misal kalian menikah, enggak apa-apa enggak dimasakin ?" tanya Dena kepo, yang kembali dibalas anggukan Tian.
"Banyak penjual makanan, kalau lapar tinggal beli. Itu prinsip dia, kalau aku, masih suka sama masakan rumahan. Semisal Istriku tidak bisa masak, aku 'kan bisa masak. Kalau lagi bosen buat bantu masak, tinggal goreng telur atau bikin mie ala anak kos." Dena manggut-manggut pada perkataan Tian.
Mereka mulai makan lagi dalam diam.
Triit ...triiit !
Suara ponsel Dena berbunyi. Gadis itu segera mengangkat, karena kebetulan ia letakan di dekat meja makan.
"Iya Vin," jawab Dena begitu panggilan tersambung.
Dena terdiam sebentar mendengarkan lawan bicaranya yang sedang berbicara. Tian hanya melihat saja tanpa komentar.
"Iya, aku kesana, tunggu aku," jawab Dena pada akhirnya, lalu menutup telepon.
"Mau kemana ?" tanya Tian setelah Dena meletakan ponsel. Dia tidak perlu bertanya itu siapa ? karena dari panggilan saja sudah ketahuan kalau itu Gavin.
"Oh ... itu, diajak Gavin ke toko buku. Ada buku yang mau dibeli, kebetulan aku juga mau nyari buku," jawab Dena sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.
"Hmmm .... pulangnya jangan malam-malam. Walau bagaimanapun, statusmu masih istriku." Tian mengingatkan Dena yang seketika menghentikan suapannya.
"Aku paham, aku juga tahu diri," jawab Dena ketus, tidak suka jika Tian mulai mengatur.
Tian hanya menghela nafas.
Sore menyapa, Dena sudah siap dengan pakaian santainya.
Ia hendak pamit pada Tian, tapi pintu kamar Tian tertutup rapat. Karena tidak ingin pergi tanpa berpamitan, akhirnya Dena mengetuk pintu kamar Tian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Wasiat Kakek
RomanceWARNING 21+++ Bijaklah dalam memilih bacaan Adena Sasikirana Arundati,nama cantik yang diberikan kakek pada saat kelahirannya. Dena merupakan cucu kesayangan kakek dari semua cucunya. Nama Dena juga yang ditulis dalam surat wasiat kakek, untuk menik...