Prolog

11 3 1
                                    

Happy reading👑

***

"Nih duit gue hilang lagi ceritanya? Amyieng, duit gak ngerti apa hidup gue lagi bokek."

Malang nasib gadis terlajak. Ralat, nasib malang gadis ceroboh. Itulah yang dirasakan oleh gadis bernama lengkap Elora Dikraha saat ini.

Hari ini baginya terlalu sial. Bagaimana tidak? Sifat cerobohnya terlalu keramat hingga berakhir sedikit mengenaskan. Seperti sekarang, ia kehilangan pundi-pundi rupiahnya ketika pulang sekolah. Alhasil, mau tidak mau dirinya harus mencari jalan keluar alternatif.

"Hidup lagi capek-capeknya, eh duit main hilang segala. Kalo mau main petak umpet bilang, gue bakal cari dari Cikini ke Gondangdia," ujar gadis itu melantur entah kemana tanpa peduli keadaannya kini.

Ah, iya, kemana lagi ponsel pintarnya? Ia sudah mengecek isi tasnya, namun nihil. Tampaknya kecerobohan kembali menguasainya.

Elora menghela napas kasar. "Ck, pasti ketinggalan lagi di laci meja. Kebiasaan emang jadi manusia."

***

Yah, kembali lagi ke kelas adalah jalan satu-satunya. Untung saja handphone miliknya ada di laci meja, dan juga pintu kelas masih terbuka lebar membantu gadis berseragam SMA tersebut.

Tak ingin pikir panjang, Elora segera meraih ponselnya dan memeriksa segera. Tetapi, tampaknya hari ini bukanlah hari istimewanya. "Allahuakbar! Takbir! Nih hp lowbat! Gimana gue pulang?!"

Tiada alat charger ataupun powerbank. Uangnya telah hilang tanpa memberitahu. Lelah sekali rasanya bagi gadis itu. "Gimana caranya?! Dosa apa yang telah aing buat? Padahal aing spek titisan maung dan limbad. Rawr!"

Dasar! Elora hanya mampu nyerocos tidak jelas dibandingkan mencari solusi cepat. Mana isi sekolah sudah sepi bagaikan kampung mati, sedangkan diluar sekolah ini untuk menuju ojek diharuskan berjalan kaki.

Andai Elora tak seceroboh itu, mungkin sejak tadi ia sudah rebahan di kamar. Sialan, terpaksa lagi dirinya berjalan kaki untuk mencari ojek.

Tarik napas, buang. Oke, Elora akan hadapi semuanya tapi sambil nyerocos jos gandos. "Semangat, Elora. Hidup emang berat, tapi lebih berat kalo ketimpa lemari."

***

Perdamaian, perdamaian...
Perdamaian, perdamaian...

Sesekali Elora menoleh ke arah acara kondangan yang tengah berlangsung dengan musik sebagai hiburan. "Apa gue numpang makan dulu, ya? Mana perut gue lagi laper," ujar Elora sembari mengelus perutnya yang sedikit keroncongan.

Elora menunduk, menatap lalu mengelus perutnya lagi. "Sabar, ya, nak. Bentar lagi Mama cari makan. Jangan ganggu perut Mama, bikin malu."

Tidak. Tujuan awalnya bukan makan, tapi pulang ke rumah. Waktunya melanjutkan perjalanan meski belum tentu ada tumpangan. Kakinya terasa pegal akibat dirinya jarang olahraga.

Petttttt...

Suara klakson terasa memekakkan telinga sejagat raya. Gadis itu langsung menoleh tajam pada anak SD yang sudah bisa mengendarai motor dan melewatinya. Lalu lengang sesaat, Elora terpekur melihat pemandangan itu.

"Gila, anak SD sekarang udah pada bisa naik motor. Dulu waktu seumuran mereka, gue maling mangga tetangga."

Memang hidup Elora antara santuy atau terlalu mantul, padahal ia saja belum menemukan ojek. Tidak ingin berlama-lama, Elora segera berlari menuju arah pulang dan berharap akan ada tumpangan ojek.

***

Langkah gadis itu akhirnya berhenti meski terlihat ngos-ngosan. Ia sangat bersyukur. Paling tidak, ia bisa cepat pulang.

Pangkalan Ojek. Nama itu terpampang di pondok kecil-kecilan dimana tempat para tukang ojek berkumpul. Namun, saat ini hanya tertinggi satu motor. Ah, tidak masalah bagi Elora.

Ia berjalan dengan perasaan gembira sambil menghampiri tukang ojek. "Assalamu'alaikum, Mang, Aa, Om, Akang, Mas, Bapak Anton! Numpang ojeknya, dong!"

"Wa'alaikumussalam, Neng. Kirain saha ternyata saya, tapi nama saya bukan Anton tapi Udin, Neng," sahut tukang ojek yang disebut Mang Udin.

Mang Udin menatap Elora bingung. Sebab gadis ini hanya memandangi motornya sejak tadi. "Kenapa perhatiin motor saya, Neng? Kalo belum bisa bayar, saya tetap anterin ke rumah Neng."

Rambut kuncir kuda alias Elora mendongak, menatap Mang Udin dengan percaya diri. "Mang, minjem motornya boleh, nggak?"

***

Thanks for reading.

From me, to you, hope you like it🌻

To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Insecure Of Beauty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang