Prolog

36 6 0
                                    

Pagi yang indah, hari Senin. Ah, sebelum itu, izinkan aku memperkenalkan diriku, aku Atma. Euonia Dwi Atma. Aku mempunyai saudara kembar yang bernama Netra Ekobayu Saputra. Dan dia sedang didepanku sekarang, mengendarai motornya sedangkan aku duduk di kursi penumpang.

kami berdua kembar tidak identik.. jenis kelamin beda, sifat berbeda, suara berbeda, tinggi badan berbeda, dan nama juga berbeda jauh, kebanyakan orang mengira kami adalah adik kakak, aku hanya bisa tertawa mendengar hal itu.

Disisi lain, jalan dipagi hari sangat dingin, aku mengenakan Hoodie untuk mengurangi dampak dari angin nakal yang ingin menusuk-nusuk kulitku, sedangkan Putra hanya mengenakan jaket, dan itu tidak ia tutup resletingnya.

Kenapa lelaki bisa sekuat itu?.

Aku terkejut saat Putra menaikan kecepatan motornya, membuatku memeluk erat pinggang kembaranku itu.

" Put?!" Bentakku tertahan, suaraku kabur terbawa angin, lelaki itu hanya tertawa jahil, mulai mengebut karena jalanan yang sepi.

Ini mengerikan, aku harus melaporkannya ke Ayah nanti malam.

" Ra!! Putra!!" Ucapku ketakutan, memeluk pinggangnya semakin erat. Kembaran sialan, awas nanti sampai rumah, aku jewer telinganya.

" Pegangan yang erat " Ucap Putra sebelum melakukannya lagi, ya.. ia menaikkan kecepatan motornya, Hoodie yang kukenakan menjadi sia-sia karena angin yang menerpa tubuh kami berdua semakin kencang, membuat rambut kucir belakangku bergerak-gerak dengan lihai, seharusnya rambutku aku masukkan kedalam hooldie, betapa cerobohnya..

" PUT AWASS!" bentakku dengan keras, dengan gesit lelaki itu menyelip truk yang berlawanan arah dengan kami. Syukurlah tidak terjadi kecelakaan, namun jantungku masih berdebar kencang. Ini bukan cinta, melainkan kepanikan.

" .. " perlahan Putra mulai melambatkan laju motornya, membuatku mendesah lega, tanganku yang kaku akibat hawa dingin dipagi hari ini gemetaran, dan itu karena Truk tadi. " Kamu baik-baik saja kan Atma?" Ucap Rara dengan gurau, membuatku mencubit perutnya kecil,  lelaki itu tertawa geli.

" Awas, aku laporin ke bapak!" ancamku dengan kesal, aku mendesah dan menatap jalanan yang mulai ramai, mungkin sekarang sudah jam setengah tujuh.

" Lagipula itu asik kan?" Ucap Putra dengan gurau , lelaki itu memberhentikan motornya saat lampu lalulintas berwarna merah, ada bus sekolah disamping kami, beberapa orang-orang yang sedang berjualan di kanan kiri jalan, beberapa angkot juga terlihat.

Ah, toko bunga di sisi kanan perempatan lampu merah, mungkin aku harus mengunjunginya saat pulang sekolah nanti.

" Ada apa? Mau membeli bunga?" Tanya Putra yang mulai melaju lagi, lampu sudah hijau sekarang, dan pengendara satu dengan yang lain saling salip menyalip, syukurlah dia tidak mengebut sekarang.

" Iya, aku mau kasih ke Buna." Ucapku dengan lembut, Putra tertawa lembut, aku hanya menatap ke arah helm lelaki itu, membayangkan apa yang ia pikirkan saat ini.

Bel sekolah berbunyi, aku sudah sampai di kelasku, Kelas F, kelas unggulan di sekolah ini. Suara ramai anak-anak kelas mulai mereda saat seorang guru masuk, beliau adalah Miss. Zelia , guru yang ramah, namun sekalinya marah akan membuat mala petaka besar untuk satu kelas.

" Pagi anak-anak, apa ada yang tidak masuk hari ini?" Ucap Miss Zelia dengan ramah, aku menggelengkan kepalaku, menatap kearah sekitar. " Bagus kalau begitu, mari kita mulai pelajaran hari ini, silahkan buka buku catatan kalian."

Suara gesekan antara pulpen dan kertas yang sedang merangkai serangkaian kata demi kata terdengar, aku menatap bosan kearah papan tulis, tulisan yang indah seperti biasa. Seluruh tepuk tangan terdengar saat Anggun, karakter protagonis disekolah ini duduk di bangkunya, menyelesaikan soal yang sulit itu dengan sekali coba. Sungguh sempurna.

Lamunan mimpi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang