"Amora, ini sudah hampir petang, kamu harus segera pulang sebelum malam.""Sebentar lagi ibu, aku harus membersihkan meja yang di sana dulu lalu selesai."
"Yasudah, jangan lama-lama ya."
Langit petang yang sebentar lagi berganti gelap tidak membuat laju langkahnya dipercepat. Sepulang dari sekolah, Amora menyempatkan diri untuk mampir ke kedai kopi milik sang ibu, membantu melayani pelanggan yang datang silih berganti. Membuatnya jadi sedikit terlambat pulang ke rumah, apalagi dengan jarak yang lumayan jauh.
Setelah dari halte bus, Amora memasuki sebuah gang yang lebarnya sekitar 3 meter. Mencapai ujung, gadis itu berbelok ke kiri dan tepat setelah 10 langkah berjalan ia memasuki pekarangan rumahnya. Ketika sampai di pintu depan hendak mencari kunci, ia menemukan sebuah amplop tergeletak di bawah kaki. Tanpa pikir panjang Amora mengambil amplop tersebut.
Amplop itu berwarna navy yang di stamp wax seal berwarna merah dengan inisial huruf G. Aneh, siapa yang mengiriminya amplop itu? Namun karena lelah, Amora mengabaikannya kemudian masuk ke dalam rumah.
Langit sudah benar-benar menjadi gelap, lampu di sekitaran rumah dinyalakan untuk menerangi jagat. Amora kembali ke kamar setelah selesai makan malam lalu duduk di bangku belajarnya dan membuka gawai, terdapat pesan dari sang ibu bahwa akan bekerja lembur dan kemungkinan pulang telat.
Setelah membalas pesan, Amora teringat dengan amplop navy yang tadi ia taruh di atas meja belajar, tepat dihadapannya sekarang. Rasa penasaran membuncah, ia mengambilnya dan meneliti setiap sudut. Dibolak-balik beberapa kali sampai akhirnya tatapannya jatuh pada stample wax seal yang membuatnya tertarik.
Bagai berada di jaman kerajaan, amplop yang di stamp dengan lambang maupun inisial menjadi ciri khas. Menandakan dari siapa surat itu berasal.
Namun ini bukan abad pertengahan, hal ini membuat Amora bertanya-tanya.
Penasaran akan isinya, Amora dengan hati-hati membuka amplop. Di sana terdapat lipatan kertas yang juga berwarna navy. Setelah lipatan itu dibuka, terdapat tulisan tangan bergaya italic. Amora terkejut mendapati namanya tertulis di sana.
"Apa-apaan ini? Kenapa ada namaku? Siapa yang mengiriminya? Dari mana mereka tahu namaku?" Begitulah pertanyaan yang terlontar dalam benak Amora.
Menyadari tidak akan ada gunanya jika surat itu terus ia pandangi, alhasil Amora mengabaikan lagi surat tersebut. Ia ingat bahwa harus belajar sebelum tidur karena itu adalah hal yang lebih penting untuk dilakukan.
Detik demi detik berjalan, Amora yang merasa kelelahan terus menerus menguap. Netranya kembali melirik kertas yang ia lipat ulang, tergeletak di atas amplop dan masih membuatnya penasaran.
Amora mengambil dan membacanya lagi. Ada kalimat yang membuatnya merasa aneh. Namun sedetik kemudian, kertas itu mengeluarkan semburan serbuk emas yang membuat mata Amora memberat. Tidak mempedulikan surat yang masih ia genggam, Amora berakhir tertidur dengan tangan menumpu kepala di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Invitation
Short Story[Oneshoot] Amora mendapatkan surat undangan ke pesta ulang tahun untuk satu malam.