"Hai sayangku~"
"Ngapain kamu ke sini?"
"Kok malah ketus sih sama kekasih kamu yang gantengnya luar biasa ini?"
"Abisnya aku kesel banget, kamu dua hari ilang, sekarang tiba-tiba muncul dengan tanpa merasa bersalah."
"Ara-ku sayang, cintaku, semestaku~ aku abis balap, terus di hari berikutnya aku ada kelas ganti sampe malem, ini aja aku belum tidur~" Heeseung dengan jurus andalannya; memelas.
"Terus aja balap, gak usah pikirin pacarnya yang cuma butuh kabar."
"Kiara."
"Aku tuh gak ngerti sama kamu Hee, kenapa sekarang jadi gak kerasa apa-apa hubungan kita ini."
"Aku cuma ngilang dua hari loh, emang se-fatal itu?"
"Iya."
"Terus kamu mau nya apa?"
"Pikir aja."
Heeseung pun seketika bertingkah seperti tengah berpikir.
"Jalan yuk!""Males, lagi nyaman di apart."
"Ya udah, kita abisin waktu di sini."
"Gak, mending kamu ke basecamp anak motor kamu aja sana!"
"Serius?"
"Hee~" Kiara sudah lelah dengan tingkah kekasihnya ini.
"Aduh sayang~ jangan dimanjain gitu dong suaranya~"
"Apa sih?! Sana mending kamu pergi!"
"Gak bisa."
"Terserah deh!" Kiara pun melanjutkan aktivitas mengeringkan rambutnya.
Heeseung malah mendekat, mencabut hair dryer dari colokan.
"Ngapain sih?!"
Heeseung malah membawa Kiara berdiri dari duduknya, kemudian dirinya yang justru duduk dan ... membawa Kiara di atas pangkuannya.
"Aku mau leher kamu."
"Demi apa pun aku bener-bener capek sama tingkah kamu."
"Boleh?"
Baru akan menjawab, Heeseung sudah ambil start mengecup, menciumi, bahkan memberi tanda di leher indah milik Kiara.
"Heeseungshh oh shitshh~"