Aku dataaaaaanggg... Dengan segala ke typoan
*
*
*
*Wei Wuxian membuka matanya saat mendengar pintu tertutup, perlahan dia beringsut bangun dan bersandar pada ujung ranjang, tarikan napasnya terdengar pelan dan berat, ingatan buruk yang dia alami sangat membekas, hingga tanpa sadar dia menggigil penuh rasa takut dan jijik,
Bayangan orang orang yang melecehkan nya, menggilirnya tanpa belas kasihan, sementara orang yang dia anggap mencintainya justru tertawa puas melihat nya menjadi santapan liar teman temannya.
"Aaahhh! Aaaa..."Rintihan pilu terdengar begitu dalam, bahunya bergerak naik turun, sekuat apa pun dia mencoba mengingat bayangan masa lalu nya yang dia ingat hanya rasa sakit dari setiap hentakan yang mereka perbuat, hanya rasa sakit dari siksaan yang mereka lakukan, setiap kali Wei Wuxian mencoba mengingat wajah wajah yang dia rindukan yang melintas kembali hanya wajah wajah penuh tawa kepuasan.
"Tolong.. Siapa pun tolong aku... " Ratap nya pilu...
Dua sosok pemuda itu saling menangis dalam waktu bersamaan di tempat yang berbeda, Jiang Cheng menangisi saudara angkat nya yang kini terlihat begitu mengenaskan.
Wei Wuxian menangisi hidupnya yang kini hancur berantakan, entah sejak kapan keberaniannya sirna, dia lupa akan banyak hal, yang dia ingat hanya rasa sakit dan ketakutan.
Wei Wuxian melangkah pelan menuruni tangga menuju arah dapur, dari tempat nya berdiri saat ini dia bisa melihat punggung Jiang Cheng yang tengah berkutat dengan masakan nya, sementara seorang bocah terlihat duduk manis memperhatikan.
Jiang Cheng menoleh saat merasakan seseorang berjalan mendekat."Kau sudah bangun? "Ucapnya dengan senyumyang terlihat sedikit angkuh.
" Ada yang bisa aku bantu? "
Jiang Cheng terdiam sejenak, jika Wei Wuxian yang dulu pasti akan langsung membuat nya kerepotan dengan menambahkan banyak bubuk cabai dalam setiap menu yang Jiang Cheng buat.
"Tidak perlu, kau hanya akan menghancurkan menu ku saja." Jiang Cheng hanya niat untuk menggoda, tapi wajah Wei Wuxian langsung berubah. Jiang Cheng menyadari nya.
"Dulu kau selalu merusak menuku dengan bubuk cabai mu, membuat lidahku mati rasa karena pedas."
"A Cheng.. "
"Hmn."
"Tidak, tidak ada. "
Wei Wuxian melangkah lalu duduk di sebrang bocah kecil yang masih tersenyum manis padanya.
"Selamat pagi Paman." Sapanya lembut.
"Selamat pagi." Wei Wuxian tersenyum.
Beberapa saat kemudian Jiang Cheng telah selesai dengan menu sarapan pagi mereka dan meletakan masing masing piring di hadapan Wei Wuxian dan Xiao Xiao, sedangkan untuknya sendri hanya secangkir teh.
"Paman Jiang tidak sarapan? "
"Tidak, Paman sudah terbiasa dengan ini. " Jawabnya sambil mengangkat cangkir tehnya dan meminum isinya pelan.
"Hari ini Paman harus ke Toko, ada klien dan juga beberapa hal penting untuk Paman urus, apa Xiao Xiao bisa bantu Paman menemani Paman Wei? "
Bocah itu mengangguk mantap.
"Anak pintar, sementara ini tinggalah bersama kami, sampai kita menemukan siapa dirimu ya. "
"Umm baik Paman, terimakasih sudah mau menerimaku."
Jiang Cheng tersenyum, di tatapnya Wei Wuxian yang masih tertunduk memainkan garpu di piring nya.
"Wei wuxian.. Makan lah lalu minum obat mu, jangan kemana mana sampai aku pulang."