Sang Pengawal Malam

8 0 0
                                    

East End bukanlah wilayah yang asing bagi Helena. Dia tumbuh besar bersama ibunya di sana dan berlalu lalang di jalanannya setiap hari setidaknya sambil menyimpan taser gun, semprotan lada, atau penggaris besi yang tajam yang bisa dia gunakan untuk membela diri. Di hari-hari tertentu bahkan Helena juga membawa batu yang dia bungkus dalam plastik sebagai pemberat tasnya, jadi dia bisa menghantam wajah seseorang dengan tasnya atau mengeluarkan batu-batu itu dan melemparnya pada orang yang kurang ajar. Helena masih muda saat itu, butuh waktu bertahun-tahun baginya untuk tahu bahwa tinjunya jauh lebih praktis dan efisien ketimbang batu-batu pemberat itu.

Selain harus waspada dengan sesama penduduk Gotham yang menyusahkannya, Helena kecil juga masih harus berkutat dengan buku-buku pelajaran yang dibawanya dari sekolah. Tiap hari selalu ada PR yang mesti dia kerjakan. Meski kadang dia merasa ingin membuang buku itu ke luar apartemennya, Helena enggan melakukannya karena untuk membeli buku yang baru pasti membutuhkan uang yang banyak. Helena juga ingat dengan pesan ayahnya bahwa ketika dia sudah pintar nanti, dia bisa bekerja di manapun saat dewasa nanti dan PR takkan lagi menjadi beban yang harus dia pikirkan. Ibunya sempat memberi komentar sinis yang kalau dia tak salah ingat, berbunyi, "Tentu saja, tapi akan ada hal-hal yang lebih buruk dari PR yang menantinya." Gadis itu tak mengerti maksud ibunya, tapi dia paham dengan pesan ayahnya: bahwa dia bisa menggunakan ilmu itu untuk kebaikannya sendiri di masa depan. Untuk itu, Helena terus belajar agar ayah dan ibunya tak perlu khawatir dengan dirinya di waktu dewasanya nanti.

Saat mengerjakan PR-nya, Helena tak lupa untuk memantau jendela apartemen mereka tiap beberapa detik sekali. Apartemen ibunya relatif aman karena orang-orang sekitar tahu bahwa Selina Kyle bisa melukai orang dengan cambuknya atau sesekali menendang mereka jatuh dan membuat si tersangka patah tulang. Tapi Helena juga tahu bahwa meski Gotham terkenal akan kesuramannya, kawasan tempat tinggalnya bisa dikatakan sebagai yang paling rawan dan siapapun bisa merampok ataupun menculik tetangganya, bahkan meski korbannya sendiri tidak punya banyak uang. Jadi, Helena harus menyiapkan tiket masa depannya yang cerah sekaligus waspada dari penjahat yang bisa muncul setiap saat dari jendelanya.

Hal yang, walaupun sudah biasa ia lakukan, lama-kelamaan membuat Helena sendiri merasakan burnout sejak dia masuk kelas 4 SD.

Dalam kondisi itu, gadis berambut hitam itu dibuat terkejut dan bingung oleh satu peristiwa yang aneh, yaitu munculnya sebuah bayangan manusia di balkon rumahnya. Bayangan itu muncul pertama kali saat dia sedang mempersiapkan diri untuk ulangan harian bahasa Inggris. Dari rupanya, Helena bisa memperkirakan bahwa pemilik bayangan itu lebih tinggi daripada dia. Mungkin usianya juga sedikit lebih tua, sekitar awal remaja. Orang misterius itu muncul selama satu jam, setelah itu dia pergi entah ke mana. Hal itu terus terjadi setiap hari sejak saat itu, sampai Helena sendiri menyadari bahwa orang itu hanya akan absen jika ada urusan yang sangat, sangat mendesak atau bahaya mungkin mendatanginya.

Anehnya, bayangan itu tak pernah sekalipun menggebrak masuk pintu apartemennya ataupun menghancurkan kaca jendelanya. Dia hanya terus berdiri di balkon, dengan posisi berdiri yang berubah setiap beberapa menit sekali. Meski Helena senang karena setidaknya siapapun yang di luar sana itu tidak menjarah harta atau kehormatannya, dia masih skeptis dengan keberadaan sang bayangan. Selain karena Helena tak pernah sekalipun menangkap basah orang itu – dan membuatnya frustrasi di awal kemunculannya, juga karena dia tidak tahu motif apa yang dimiliki si bayangan. Baru saat gadis itu selesai tes dan mendapati dirinya naik kelas dengan nilai bagus, Helena mulai percaya dengan sang bayangan karena dia melindungi rumahnya dua kali saat ada pencuri yang hendak masuk. Dari dalam dia bisa mendengar erangan kesakitan si tersangka ataupun suara tubuh yang berguling jatuh di tangga besi. Sepertinya orang itu juga masih punya sedikit kebaikan hati karena tidak lama setelah sang pelaku dilumpuhkan, mobil ambulans dan mobil polisi datang untuk menangani luka pelaku. Tapi mereka sendiri tidak pernah tahu siapa yang menelpon mereka.

Sang Pengawal MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang