-00- PROLOG

36 1 3
                                    

Selamat membaca guys~

💌💌💌

Malam itu, aku tak mengira bahwa malam ini akan menjadi malam terburuk dalam hidupku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, aku tak mengira bahwa malam ini akan menjadi malam terburuk dalam hidupku.

Cafe kecil yang biasanya penuh dengan kenangan manis kini terasa dingin dan sepi. Aroma kopi yang hangat dan manis dari pastry di meja tidak lagi menenangkan seperti biasanya. Suasana di sekelilingku seakan berhenti, suara percakapan dari pengunjung lain menjadi samar-samar di telingaku.

Aku menatap wajahnya dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca, menahan air mata yang hampir tumpah.

"A-apa? Kau bercanda kan, Kaeri?", Tanyaku dengan suara yang bergetar, mencoba mencari jejak dari kebohongan dalam tatapannya, berharap semua ini hanyalah lelucon kejam.

Namun, wajah Kaeri tetap datar, tanpa senyuman yang biasanya selalu ia tunjukkan padaku. Matanya tak berani menatap langsung ke arahku, hanya menunduk dengan rasa bersalah yang jelas terpancar.

"Maaf Ayane, aku sudah mencintai wanita lain. Sebenarnya aku—", Ucapannya terhenti sejenak, seolah kata-kata itu tersangkut di tenggorokannya, terlalu sulit untuk ia lanjutkan.

Hatiku terasa seperti teriris, setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah belati yang menusuk lebih dalam.

"Kenapa? Kenapa kau tega!", Seruku dengan nada yang lebih tinggi, menahan rasa marah dan sedih yang bercampur aduk di dalam dadaku.

"Aku selalu memberikan yang terbaik untuk hubungan ini. Tapi kenapa?! Apa kurangku?", Aku tak bisa lagi mengendalikan suaraku. Suaraku yang serak dan hampir menangis pecah di tengah kalimatku.

Kaeri tampak terkejut, seolah tak menyangka melihatku dalam kondisi seperti ini.

"Ma-maafkan aku, Ayane!", Kata Kaeri, mencoba mendekatkan dirinya.

"Aku tak bermaksud berselingkuh. T-tapi aku dan wanita itu tak sengaja sering bertemu di dalam game. Kami mengobrol dan kami jatuh cinta di sana.", Ia menjelaskan dengan tergagap, seolah-olah setiap kata yang keluar dari mulutnya semakin memberatkannya. Kedua telapak tangannya saling bertaut, memberikan isyarat maaf yang tak ada artinya bagiku.

Game? Semua ini hanya karena permainan bodoh? Rasanya ironis, hubungan nyata yang kubangun selama ini, dengan susah payah, hancur hanya karena sebuah dunia virtual yang tak pernah kuanggap serius. Aku tahu, bahwa hatiku seharusnya hancur berkeping-keping saat ini, tapi yang kurasakan hanyalah kehampaan yang meluas, seolah semua rasa sakit terhenti di tengah jalan, meninggalkanku tanpa rasa apapun.

"Baiklah.", Kataku lirih, suaraku nyaris tak terdengar.

"Aku tak bisa menahanmu.", Air mata yang kutahan sejak tadi akhirnya mengalir, membasahi pipiku yang dingin. Ku usap dengan tangan sendiri, mencoba menghapusnya seperti menghapus rasa sakit yang mulai membakar dari dalam.

Kaeri terlihat bingung dan cemas, ia mencoba mendekat, tapi aku mengangkat tangan, memberinya isyarat untuk tidak lebih jauh. Aku tak ingin mendengar penjelasan lebih lanjut, tak ada kata-kata yang bisa mengobati luka ini. Hatiku sudah terlalu lelah untuk bertarung, dan aku tahu, pertarungan ini sudah tak ada gunanya.

Aku bangkit dari kursi, tubuhku terasa berat seperti ditarik ke bawah oleh beban yang tak terlihat. Tanpa melihat kembali ke arah Kaeri, aku mengambil langkah panjang meninggalkan cafe itu. Aku tidak bisa lagi menahan amarah dan rasa sakit yang terus memuncak di dalam dadaku.

Udara malam yang dingin menyambutku begitu aku keluar dari pintu cafe. Langit tampak suram, seakan ikut bersedih atas apa yang baru saja terjadi. Aku berjalan cepat di trotoar yang sepi, kaki-kakiku membawa langkah tanpa arah. Di kepalaku, hanya ada satu pikiran: Aku harus pergi sejauh mungkin dari tempat ini, dari Kaeri, dari semua kenangan yang sekarang hanya menyakitkan.

 Di kepalaku, hanya ada satu pikiran: Aku harus pergi sejauh mungkin dari tempat ini, dari Kaeri, dari semua kenangan yang sekarang hanya menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Air mata masih terus mengalir, pandanganku kabur, tapi aku tidak peduli. Aku terus berjalan, melewati toko-toko yang sudah tutup dan lampu-lampu jalan yang mulai redup. Aku bahkan tidak tahu ke arah mana aku harus pergi. Yang aku tahu, aku harus menjauh dari semua ini. Namun, dalam kepanikan dan kebingunganku, aku tidak menyadari ada bahaya di depanku.

Tiba-tiba, ada sorotan lampu yang sangat terang di depanku, dan bunyi klakson yang memekakkan telinga. Aku berhenti sejenak, menoleh ke arah cahaya yang menyilaukan itu, tapi semuanya terjadi terlalu cepat.

"BRRAAKKK!!"

Tubuhku terpental beberapa meter ke belakang, pemandangan di sekitarku berputar dan melambat seakan-akan waktu berhenti. Aku merasa ringan, seolah-olah diriku terangkat dari bumi. Ada rasa sakit yang tajam di sekujur tubuhku, tapi yang paling terasa adalah rasa dingin yang menusuk, semakin lama semakin dalam.

Aku tergeletak di atas aspal yang keras dan dingin, dunia di sekelilingku mulai memudar. Lampu-lampu jalan yang terang benderang kini terlihat seperti bintang yang semakin jauh. Suara langkah kaki dan teriakan orang-orang yang mulai berkerumun di sekitarku terdengar sayup-sayup, seperti dari dunia lain.

Aku tidak bisa lagi merasakan tubuhku, hanya ada kegelapan yang perlahan menyelimutiku. Dalam detik-detik terakhir kesadaranku, satu-satunya yang terpikirkan hanyalah wajah ibu. Aku rindu ibu.

"Ibu..." bisikku lirih, sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap. Hanya kesunyian yang tersisa, menyelimuti malam yang menjadi akhir dari segalanya.

To be continued...
—————————————————————————



*Gambaran Karakter Tokoh*

1. Ayane Sasaki (Tokoh Utama)

 Ayane Sasaki (Tokoh Utama)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Kaeri Ikeda

 Kaeri Ikeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepatu KacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang