1.2 - Kai

16 2 0
                                    

Aku terkejut saat tiba-tiba melihat ayah di apertemen. Aku tidak salah lihat kan? Apa ini mimpi? Pria itu tengah duduk di sofa sambil fokus bermain hp. Saat mendengar suaraku membuka pintu, fokusnya beralih padaku.

"Ayah?" Panggilku.

Ayah mengisyaratkanku untuk duduk. Aku menurut. "Ada apa kemari? Tumben?"

"Aku tidak akan lama. Aku ke sini untuk memberitahu bahwa minggu depan aku akan menikah."

Aku tertegun. Apa katanya barusan?

"Aku tidak tahu apa kau sudah membaca beritanya atau belum, aku akan menikah dengan Erina Zahra."

Ah.. jadi berita yang kubaca kemarin bukan berita murahan? Ironis sekali.

"Aku ingin kau datang ke pernikahan ayah minggu depan, tapi tetap jangan beritahu identitasmu pada siapapun."

Aku mengangguk. "Selamat." Hanya itu yang keluar dari mulutku. Bahkan kedengarannya tidak tulus sama sekali.

Ayah kemudian bangkit berdiri dan menepuk pundakku, lalu berjalan menuju pintu. Hanya itu tujuannya kemari?

"Biar kuantar." Aku menyusulnya, tapi ayah menggelengkan kepala.

"Bisa gawat kalau ada yang melihat kita."

Lalu pria itu keluar begitu saja.

Hhh.. aku menghela nafas. Ayahku akan menikah lagi. Dia akan mempunyai keluarga baru. Istrinya akan melahirkan anak, dan dia akan menyayangi anak itu. Lalu aku? Sepertinya aku akan terlupakan, bahkan tidak dianggap. Saat itu semua terjadi, aku hanyalah orang luar di keluarga mereka. Mendadak dadaku sakit. Sakit sekali. Detik berikutnya entah kerasukan apa, aku buru-buru keluar untuk mengejar ayah.

"Ayah!" Seruku saat ayah hendak masuk ke dalam mobil. Raut wajah pria itu tampak tidak senang ketika mendengarku memanggilnya ayah.

"Apa aku boleh tinggal di rumah? Aku.. tidak suka di sini."

Ayah menghampiriku. "Tidak, di sini lebih baik. Apertemen ini dekat dengan sekolahmu dan kau bisa lebih fokus belajar. Ingat, setelah lulus SMA kau harus melanjutkan kuliah di London."

Aku diam saja.

"Dan satu lagi, jangan memanggilku ayah di tempat umum. Berapa kali harus kuingatkan?"

Ayah lalu masuk ke dalam mobil dan meninggalkanku lagi-lagi sendiri. Aku hanya berdiri terpaku sambil menatap mobil ayah yang kian menjauh seperti orang bodoh. Lucu ya, apa sih gunanya aku hidup di dunia ini? Bahkan satu-satunya orangtua kandungku saja ingin menyingkirkanku. Tidak ada satu orang pun yang peduli padaku.

Saat aku hendak masuk kembali ke apertemen, aku mendapati Keira sedang menatapku dengan salah tingkah. Apa dia melihatnya? Apa dia melihatku dan ayah? Apa dia mendengar semuanya?

"Maaf, aku tidak bermaksud menguping.."

Dia dengar.

"Kalau sampai anak-anak yang lain tahu Alden Tandra adalah ayahku, kau orang pertama yang akan kucari." Entah kenapa aku refleks berkata begitu. Aku tidak menunggu Keira menjawab, aku meninggalkannya begitu saja dan memencet lift ke lantai delapan. Benar-benar hari yang buruk.

Tiba-tiba hpku berbunyi dan banyak notifikasi masuk. Ternyata ketua kelas kami membentuk grup kelas di WhatsApp dan teman-teman yang lain saling menyapa di grup dan bertukar username Instagram.

Keiiranne.

Aku mengetik username Keira di Instagram dan menstalking akunnya. Kebanyakan foto yang dia post adalah foto pemandangan, hanya ada dua sampai tiga foto wajahnya, itupun tidak jelas. Entah itu tampak dari samping atau menunduk. Sepertinya Keira tidak begitu suka difoto, padahal dia cantik. Aku yakin kalau dia sering memposting foto wajahnya, pengikutnya pasti banyak. Ngomong-ngomong pengikut, aku ragu-ragu ingin mengikutinya di Instagram. Ah sudahlah, lagipula aku yakin Keira pasti jadi membenciku setelah kejadian tadi. Apa seharusnya aku tidak mengancamnya seperti itu? Tapi tidak boleh ada satu orang pun di sekolah yang tahu bahwa Alden Tandra adalah ayahku. Apa Keira bisa menjaga rahasia? Aku jadi tidak tenang.

Keiiranne started following you.

Aku hampir membanting hpku. Hah? Apa aku tidak sengaja menekan tombol follow? Tidak kok? Kenapa tiba-tiba Keira mengikutiku? Aku bahkan tidak memberitahu username ku di group chat.. setelah kucek, ternyata dari mutual friends kami, Simon. Hhh.. apa sebaiknya aku minta maaf saja pada Keira?

Keesokan harinya Keira datang lebih pagi dariku. Hari ini aku telat bangun karena kemarin aku tidak bisa tidur memikirkan banyak hal. Keira melirikku sekilas lalu mengalihkan pandangannya pada buku di mejanya.

"Gila, kau sudah dengar? Alden Tandra akan menikah dengan Erina Zahra!" Seru beberapa anak perempuan di bangku depan. Aku dan Keira otomatis saling bertatapan, kami saling menatap untuk beberapa saat.

"Siapapun yang menikah dengan Alden Tandra pasti beruntung sekali ya! Sudah umur segitu masih tampan, gagah, mapan pula!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapapun yang menikah dengan Alden Tandra pasti beruntung sekali ya! Sudah umur segitu masih tampan, gagah, mapan pula!"

Benarkah? Aku mendengus kecil. Bisa tidak sih mereka berhenti bergosip?

Sepertinya harapanku terkabul karena tidak lama kenudian bel masuk kelas berbunyi dan mereka tidak lagi berisik. Selama jam pelajaran, aku tidak begitu konsentransi. Pikiranku kemana-mana dan sesekali aku memperhatikan Keira. Menimbang-nimbang kapan waktu yang tepat untuk mengajaknya bicara.

Saat jam istirahat, aku hendak memanggil Keira tapi seseorang mendahuluiku.

"Halo, Keira." Sapa Jasper, ketua kelas kami.

Keira tersenyum. "Halo."

Entah kenapa aku merasa terganggu melihat Keira tersenyum pada Jasper. Pada dasarnya aku memang tidak terlalu suka pada Jasper karena bocah itu sombong dan terkenal suka gonta-ganti pasangan. Kelebihannya hanya satu, pintar. Yah, meskipun tidak lebih pintar dariku.

"Eh, kau mau ikut makan ke kantin tidak? Sekalian kenalan dengan anak-anak yang lain." Jasper mengajak Keira.

Dasar modus, batinku.

"Boleh." Keira menjawab sambil bangkit berdiri lalu mengikuti Jasper dan beberapa anak lainnya menuju kantin.

Tepat saat aku memperhatikan mereka keluar, aku melihat Leon melambaikan tangan dari depan pintu, mengisyaratkanku untuk keluar kelas.

"Ayo makan, aku sudah kelaparan." Ujarku pada Leon.

"Tumben?"

Aku mengabaikannya.

Saat kami di kantin, aku mengamati Keira dan gerombolan Jasper. Tidak mungkin Keira akan membocorkan rahasiaku pada mereka kan?

"Kenapa?" Leon memotong lamunanku. "Dari kemarin kau senang sekali memperhatikan Keira, kau tertarik padanya ya?"

Aku menggelengkan kepala sambil melanjutkan makan.

"Eh tapi, bahaya tuh kalau Keira ikut gerombolan itu. Gerombolan mereka kan isinya anak-anak songong, tampaknya Keira bukan orang seperti itu."

"Yah, aku tidak peduli juga sih."

"Kau tahu tidak, gossipnya gerombolan mereka pernah bikin acara menginap di villa dan mabuk-mabukan. Lalu, ada anak kelas sepuluh yang diundang mengaku hampir diperkosa oleh salah satu teman Jasper."

"Bisa-bisanya kau percaya gossip murahan."

"Yang ini sepertinya beneran tahu, karena setelah itu anak kelas sepuluh itu pindah sekolah. Kau masa tidak pernah dengar beritanya sih?"

"Aku tidak pernah peduli hal-hal seperti itu."

Leon menganggung-angguk. "Benar juga, hidupmu hanya belajar dan belajar. Sesekali kau bersenang-senang kek!"

"Belajar membuarku senang."

Leon hanya berdecak, tidak habis pikir dengan jawabanku.

++++

A Million Other ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang