BAB 2

227 45 8
                                    

--- Devotion Of The Golden Flower ---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--- Devotion Of The Golden Flower ---

***

Beijing, November Autumn.

Suara announcer yang memberitahukan bahwa kereta tujuan Stasiun Fengtai akan sampai, terdengar di dalam gerbong yang ditempati oleh Xiao Zhan. Pemuda manis berusia 18 tahun itu tersentak bangun dari tidur nyenyak.

Seraya mengusap air liur yang sempat menetes di sudut bibir mungil dengan menggunakan punggung tangan, Zhan menatap linglung pada penumpang yang berjalan ke arah pintu keluar sembari membawa koper.

"Apakah sudah sampai di Stasiun Fengtai?" gumamnya seraya berdiri. Ia pun segera menurunkan koper miliknya yang di tempatkan di bagasi atas. 

Barang bawaannya cukup banyak hingga perlu menggunakan tenaga ekstra untuk menurunkan kopernya.

Setelah koper berukuran besar itu mendarat di lantai gerbong, Zhan bergegas menuju pintu keluar.

Udara siang yang panas menyambut ketika kakinya memijak lantai granit stasiun. Xiao Zhan tidak begitu suka dengan cuaca panas, karena ia mudah sekali berkeringat. Namun begitu, ia tidak mengeluh, semangatnya malah kian berkobar.

"Aku datang, Fengtai," ucapnya disertai senyuman bak sinar matahari yang menghangatkan bumi.

Kaki panjangnya melangkah dengan mantap menuju pintu keluar stasiun. Dan di luar sana ia melihat ada beberapa tukang rickshaw dan sopir taksi berderet untuk menunggu penumpang.

Tentu saja Xiao Zhan langsung memilih rickshaw untuk mengantarnya ke suatu tempat. Ia berjalan menghampiri salah satu tukang rickshaw yang terlihat masih muda bila dibandingkan dengan tukang rickshaw lainnya.

*Rickshaw adalah alat transportasi khas China yang mirip dengan becak di Indonesia. Perbedaannya, di China, penumpang berada di belakang dan penariknya di depan.

"Tolong antar aku ke alamat ini," kata Zhan seraya menyerahkan lembaran kertas kecil pada si penarik rickshaw.

Tukang rickshaw muda itu membaca tulisan yang tertulis di lembaran kertas dengan seksama, lalu menaikkan pandangan ke arah Zhan dengan tatapan penuh ketertarikan. 

"Teahouse?" Pria itu bertanya pada Zhan untuk meyakinkan bahwa dirinya tidak salah membaca.

"Iya, tolong antar aku ke sana," jawab Zhan.

Manik si tukang rickshaw memindai Zhan dari ujung kepala sampai ke ujung kaki dengan senyum mengembang di wajah tampannya. "Apa kau ingin menonton pertunjukan opera?" tanyanya seraya membantu menaikkan koper Xiao Zhan yang berat ke atas rickshaw-nya.

Xiao Zhan menggelengkan kepala. "Tidak. Aku ingin menjadi penari dan penyanyi opera," jawab Zhan dengan mantap. Ya, tujuannya datang ke kota ini untuk menjadi seorang penyanyi dan penari opera. Ia berniat meneruskan impian almarhumah ibunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Devotion Of The Golden FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang