❀Happy Reading❀
Everlyn Mitchel Scottish, perempuan dengan kulit putih pucat yang dibalut dengan dress hitam ditambah sebuah kacamata hitam yang bertengger cantik di hidung mancungnya.
Niat untuk melanjutkan hidup di Indonesia dengan seorang yang telah merawatnya dari kecil kini pupus sudah. Ibok adalah sosok ibu yang selalu menemani Eve dari Eve kecil hingga sekarang. Namun, Tuhan terlalu sayang dengan Ibok atau Ibok yang terlalu baik hingga Tuhan dengan cepat mengambilnya dari Eve.
Air mata rasanya sudah habis, tatapannya kosong menatap seorang wanita yang tengah terduduk di samping gundukan tanah yang penuh dengan bunga.
"Ate..." Suara serak Eve mengalun indah memanggil perempuan itu.
Perempuan yang dipanggil Ate menoleh lalu tersenyum melihat Eve. Muka sembab tak bisa membohongi bahwa perempuan itu tengah dipeluk kesedihan.
Eve ikut jongkok di samping perempuan yang di panggil Ate lalu memeluknya seolah-olah mens transfer energi untuk Ate yang terlihat sangat terpukul.
Belum genap satu tahun Ate atau Ateya ditinggal sang ayah kini ibunya seolah-olah enggan berjauhan dengan sang ayah hingga dengan cepat menyusul sang ayah ke pangkuan sang kuasa.
Sekarang Ateya sebatang kara, dia tidak punya siapa-siapa di sini. Ateya tidak tahu menahu siapa saja kerabat dekat maupun kerabat jauh orangtuanya. Sedari kecil dia hanya tinggal bertiga dengan ayah dan ibunya. Mereka pun tidak memperkenalkannya dengan keluarga besar kedua orangtuanya.
"Ate udah ya masih ada gue kok," ucap Eve untuk menenangkan Ateya.
"Eve, makasih ya," Ateya menatap Eve dalam, matanya memancarkan kesedihan, ketakutan, dan putus asa.
"No no no, makasih buat apa Te. Udah yaaa Ayo pulang," Eve menarik lengan Ateya untuk berdiri. Namun Ateya menolak. "Lo pulang dulu nggak papa Eve."
"Ate, Ibok juga udah gue anggap Ibu gue sendiri. Gue juga sama kehilangannya sama kaya lo. Kita nggak bisa teru-terusan nangis di sini Te," Eve mencoba membujuk Ateya agar mau pulang. Masalahnya hanya tinggal mereka berdua di makam. Orang-orang yang mengantar Ibok ke makam sudah pada pulang.
"Beda Eve! Lo masih punya nyokap bokap yang masih hidup! sedangkan gue?!" Ateya menepis kasar tangan Eve.
Eve memejamkan mata sejenak mengontrol emosinya sesaat. "Ate, lo masih punya gue sebagai adek lo, lo punya bokap gue yang bisa lo anggap bokap lo juga. Jangan merasa sendirian ya Te. Gue selalu ada kalo lo butuh, kalo ada apa-apa kabari ya Te. Lo udah gue anggap sebagai kakak gue Te."
Diam. Ateya tidak merespon apapun, Ateya hanya diam dan memandang gundukan makam sang ibu yang terletak di samping persis makam ayahnya.
"Kak," suara bariton terdengar dari belakang mereka. Eve menoleh melihat laki-laki dewasa dengan kemeja hitam celana hitam dan pantofel hitam berdiri di belakangnya.
"Ditunggu Pak Mitchell," ucap Pak Adi laki-laki itu, memberitahukan maksud dan tujuannya.
Eve mengangguk. "Ate, ayo," ucapnya lembut, berharap kali ini Ateya mau diajak pulang.
.•♫•♬•♬•♫•.
Eve merebahkan tubuhnya di kasur empuknya. Matanya terpejam menikmati nafas AC yang terpasang di dinding kamarnya.
Sekarang dia benar-benar sendiri. Ini di luar ekspetasinya. Dulu dia sudah membayangkan dirinya memakai seragam putih abu-abu yang disiapkan Ibok, menikmati indahnya menjadi remaja SMA di Indonesia ditemani Ibok yang setia menemaninya.
Dia kira impiannya untuk bersekolah di Indonesia akan gagal karena Ibok sudah pergi. Ternyata tidak, impiannya kini terwujud, walaupun tanpa Ibok di sampingnya.
Sudah ada satu pekan setelah kepergian Ibok Ateya tidak menghubunginya. Ateya pulang lebih cepat ke Bali tempat dimana dia bekerja dan merantau. Tidak mau berlarut dalam kesedihan katanya.
"Tapi bukan gini yang gue mau."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Relatioshit El Leon
Teen FictionJika kalian tanya siapa orang paling brengsek? Eve akan menjawab 'Leon' orangnya. Jika kalian tanya siapa orang paling baik? Nio akan menjawan 'El' orangnya. ____ _____________ "Lo apaan si pake cerita masalah begituan ke temen-temen lo?!" "Apa sih...