Senyum merekah Elang terbit ketika membuka mata, ia berada dalam pelukan hangat anak dan istrinya.
Walaupun matanya masih berat untuk dibuka, ia bisa rasakan bagaimana mereka berusaha menjaganya dari semalam.
Rasanya ingin mencium mereka, tapi apalah daya, tubuhnya tidak bertenaga. Apalagi kepalanya pusing setiap kali membuka mata.
Elang memutuskan untuk diam saja, membiarkan anak dan istrinya tidur nyenyak.
Tiba-tiba saja sebuah punggung tangan mendarat dikening mulusnya, membuat lamunannya buyar.
"Demam Ayah masih belum turun. Ada yang sakit, Yah? " ucap parau Dion menetapnya dengan wajah bantalnya.
Entah kenapa ia jadi cengeng dikala sakit, matanya mudah mengembun setiap kali tubuhnya terasa tidak nyaman.
Dion melihat ayahnya menangis buru-buru duduk menghadapnya. "Katakan dimana sakitnya, Yah?"
Elang rasanya tidak bisa berbicara, tubuhnya tidak bisa untuk ia kontrol. Membuat Dion semakin panik tidak mendapatkan respon, buru-buru mengambil telepon menghubungi Dokter.
Ellen merasa terganggu karena keributan di sampingnya. Matanya langsung terbuka lebar melihat anaknya sibuk berbicara ditelepon sambil mengusap air mata suaminya.
"Ada apa? Kenapa dengan Ayah?" tanya Ellen, mengecek tubuh Elang yang melemas.
"Aku nggak tau, Ma. Ayah tiba-tiba menangis dan diam waktu aku tanya mana yang sakit. Dokter dalam perjalanan kesini."
Ellen menggangguk membenarkan tindakan Dion. Ia berusaha tenang dengan kondisi Elang sekarang, apalagi suaminya itu mulai kesusahan bernapas.
Tidak sampai disitu, tak disangka Elang muntah dalam keadaan terlentang, tentu saja itu sangat berbahaya yang bisa membuatnya gagal napas. Mereka dengan cepat memiringkan tubuh kurus itu, dan memijit leher belakang dengan gerakan halus agar mempermudah keluarnya muntah.
Sementara orang yang mereka khawatirkan hanya bisa menangis, tubuhnya terasa sakit semua, bahkan perutnya terasa dikocok-kocok, dan sakit, hingga tanpa ia sadari ia buang air besar yang cair.
Ellen menyadari ada bau tidak sedap, langsung membuka selimut tebal yang melingkupi tubuh Elang. Terpampanglah di mata mereka, cairan feses mengalir dari celana pendek yang dikenakan suaminya itu.
Mereka rasanya semakin sakit melihat kondisi Elang bertambah buruk. Setiap kali Elang muntah, cairan feses juga ikut keluar.
Bertepatan saat itu Dokter datang dengan tas kerjanya. Mereka diminta untuk meninggalkan ruangan. Tinggal lah Dokter di dalam.
Dokter dengan profesional memeriksa Elang. Menempelkan stetoskop ke dada dan perut Elang yang masih dalam posisi miring. Setelah itu ia mengelap sisa muntahan di bibir dan leher, dirasa Elang tidak muntah lagi, ia mengubah posisinya menjadi telentang.
Menyuntikkannya pereda diare dan penurunan demam, lalu memasangkan masker oksigen ke wajah Elang yang hampir kehilangan kesadarannya.
Lalu ia memeriksa bagian bawah Elang masih mengeluarkan cairan feses, ia mempersilahkan Ellen dan Dion masuk untuk membersihkannya sembari ia memasangkan infus.
Ellen membersihkan area pribadi Elang, lalu memasangkan popok sesuai titah Dokter. Beruntung, tubuh Elang sudah dipindahkan ke tempat yang lebih bersih ke ranjang sebelahnya.
Dion juga sibuk mengganti sprei, dan mengalasinya dengan perlak agar sewaktu-waktu popok ayahnya bocor tidak mengenai ranjang.
"Sepertinya ada permasalahan di sistem pencernaan Tuan Elang, yang memicu diare, sempat juga sesak napas karena suhu tubuh tergolong tinggi. Saya sudah memberikan suntik penurunan demam dan pereda diarea. Jika tidak ada perubahan dan bertambah buruk menjelang esok hari, segera bawa ke rumah sakit, Nyonya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me (Terbit)
RomanceCinta tak pernah salah melabuhkan rasa, mengisi kekosongan yang tak pernah diinginkan, sampai hati yang dipaksa menerima, menggores luka tak pernah iba. Hingga hari itu tiba, penyesalan menghancurkan keegoisan semesta, membuka tabir ketulusan jiwa...