Vania adalah seorang gadis Chindo yang cantik dan sexy, dia berasal dari Bali dan saat ini bekerja di Jakarta untuk melupakan patah hatinya.
Sebagai seorang Gym-freak, dia hampir setiap hari berolahraga di gym. Namun dia tidak menyangka hobinya bero...
Setelah memastikan semua ingatan dan kepribadian baru Vania sesuai dengan yang diinginkan oleh Andi, Dokter Jo mengetikkan beberapa perintah terakhir untuk tahap re-programming. "Sekarang kita akan memberikanmu kehidupan baru, Vania," katanya sambil mengetik beberapa perintah di komputer. Ruangan itu dipenuhi dengan suara mesin yang beroperasi, menambah suasana tegang di dalamnya.
Kepribadian baru yang dimasukkan adalah Vania yang merasa bahwa Andi adalah pacarnya dan sangat mencintai Andi. Setiap ingatan dan emosi yang dimasukkan diatur sedemikian rupa agar Vania sepenuhnya terikat pada Andi. Vania yang baru ini akan memiliki hasrat seksual yang tinggi terhadap Andi. Mesin di hadapan Dokter Jo mulai bekerja, mengubah struktur otak Vania dengan perlahan namun pasti.
Dokter Jo menambahkan program khusus untuk meningkatkan hasrat seksual Vania terhadap Andi. Dia mengetikkan perintah di komputernya, "Increase Sexual Desire of Subject". Mesin itu mulai memasukkan hasrat seksual yang lebih tinggi ke dalam otak Vania. Tubuh Vania yang lemah kini mulai menunjukkan reaksi, dia menggeliat pelan di kursinya.
Untuk memastikan program berjalan dengan baik, Dokter Jo memasang alat perangsang di sekitar payudara dan vagina Vania. Vibrator dan alat perangsang payudara itu bekerja sinkron dengan program yang dimasukkan ke dalam otaknya. Tubuh Vania bereaksi dengan desahan pelan, perlahan-lahan semakin intens saat rangsangan meningkat.
Tubuh Vania kejang-kejang hebat akibat rangsangan maksimal yang dia terima. Cairan vaginanya mengalir deras hingga membuat celana dalamnya basah kuyup sampai menetes ke lantai. Kedua puting payudaranya sangat menegang. Rasa sakit dan kenikmatan bercampur, membentuk ingatan baru yang kuat tentang cinta dan hasrat terhadap Andi. Setiap detik yang berlalu menambah intensitas rangsangan yang diterima oleh Vania, membuat tubuhnya semakin sulit untuk dikendalikan.
Kepribadian baru yang dimasukkan mulai terbentuk sepenuhnya. Vania kini merasa bahwa Andi adalah satu-satunya orang yang dia cintai dan inginkan. Setiap program yang dimasukkan berhasil dengan sempurna. Vania menggeliat di kursinya, tubuhnya merespons setiap rangsangan dengan gairah yang tak terbendung.
Saat program budak seks itu meresap makin dalam ke otak Vania, tampak Vania menggerak-gerakkan pinggulnya melawan kursi sembari mendesahkan nama Andi seolah-olah dia sedang bersetubuh dengan Andi. Jo tersenyum melihat Vania yang sedang dibentuk untuk menjadi pacar sekaligus budak Andi. Dokter Jo memeriksa layar komputernya, tampak bahwa kepribadian dan ingatan baru Vania telah terintegrasi dengan baik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gambar 7.1. Layar Monitor Dokter Jo yang menggambarkan kondisi otak Vania
Setelah proses mendekati akhir, ingatan dan pikiran Vania mulai terbentuk, tubuhnya bergetar makin hebat. Untuk menutup proses, maka Dokter Jo memberikan sentuhan terakhir berupa "segel" di dalam otak Vania untuk memastikan kepribadian Vania yang baru selalu aktif. Tubuh Vania mengejang hebat untuk terakhir kalinya sebelum kehilangan kesadaran lagi.
"Segel ini memastikan bahwa ingatan barumu tidak akan pernah hilang," gumam Dokter Jo dengan puas, menekan tombol terakhir di komputernya. Mesin berhenti berdengung, dan Vania terkulai lemas di kursinya.
"Panggilkan klien kita masuk," kata Dokter Jo kepada Della. Dia pun bergegas ke luar ruangan dan masuk kembali bersama Andi. Andi tampak antusias dan tak sabar melihat hasil dari proses yang panjang ini.
"Ini dia, Vania yang baru, pacar setiamu," kata Dokter Jo sambil tersenyum puas. Andi menatap Vania yang masih pingsan dengan tatapan penuh nafsu, senang melihat hasil kerja Dokter Jo yang sempurna. "Ingat yang sudah saya sampaikan pada saat briefing ya?" sambung Dokter Jo. "Baik dok," balas Andi dengan penuh antusias.
Vania perlahan-lahan terbangun, tatapan matanya sudah berubah total saat melihat Andi, "Sayang, terapinya sudah selesai ya? Sakit banget badanku," tanyanya dengan suara manja, mengesankan bahwa dia tidak ingat apa-apa tentang dirinya yang dulu.
Dokter Jo tersenyum dan berkata, "Betul Vania, seharusnya setelah ini migrain-mu akan lebih jarang kambuh." Dokter Jo mulai melepas alat-alat dari tubuh Vania. "Iya sayang, terapi Dokter Jo memang unik tapi kata orang efektif," jawab Andi sembari tersenyum, seolah-olah mereka sudah lama bersama.
Dokter Jo memasukkan ingatan palsu di otak Vania. Yang dia ingat adalah dia dan Andi merupakan sepasang kekasih, lalu Vania menderita migrain sehingga harus diobati dengan metode baru Dokter Jo dan Della.
Setelah Vania lepas dari ikatannya, Andi mendekati Vania, membelai wajahnya dengan lembut. "Vania, sayangku," bisiknya. Vania merespons dengan senyum manis dan tatapan penuh cinta. "Terima kasih ya sayang sudah bantu mengobati aku," katanya dengan tulus, tak menyadari bahwa dirinya kini adalah orang yang sepenuhnya berbeda.
Vania melihat Della yang berdiri di samping Dokter Jo namun ingatan Vania tentang Della sudah sepenuhnya dihapus, "Terima kasih juga ya mbak sudah membantu Dokter Jo," kata Vania sembari tersenyum tanpa mengingat sama sekali tentang siapa Della.
"Iya bu, semoga selalu sehat," balas Della dengan senyuman, mengetahui bahwa Vania yang dulu sudah hilang selamanya.
Vania yang baru kini adalah pacar setia dan penuh hasrat bagi Andi. Semua ingatan lamanya telah hilang, dan kini dia sepenuhnya berada di bawah kendali Andi. Kini, setiap tindakan dan pikiran Vania hanya untuk Andi. Dia menatap Andi dengan penuh cinta dan hasrat, siap memenuhi setiap keinginan pria yang kini menjadi pusat hidupnya. Vania yang dulu telah hilang, digantikan oleh sosok yang sepenuhnya baru.
Vania pun segera berpakaian dengan dibantu oleh Andi. Sebelum mereka pulang, Dokter Jo memberikan sebotol pil berwarna merah, "Jangan lupa minum ini sehari 1 pil di malam hari."
"Iya, Dokter. Terima kasih atas segalanya," kata Andi sambil menerima botol pil itu.
Vania menggandeng tangan Andi dengan erat, menatapnya dengan penuh cinta. "Ayo kita pulang, sayang," katanya dengan suara lembut. Andi mengangguk dan membawa Vania keluar dari ruangan itu, meninggalkan masa lalu Vania yang telah hancur.
Semua tampak sempurna, tapi apakah ini sudah berakhir? Akankah Vania bisa lepas dari pengaruh cuci otak ini?