Akan sedikit membosankan jika semua cerita berawal dari sang tokoh utama yang terbangun di pagi hari. Kemudian, ia melihat jam dan menyadari bahwa dirinya terlambat untuk pergi ke sekolah. Setelah itu, dia akan bergegas menuju sekolah, dimana ia menemukan jodohnya. Lalu-
Baiklah, mari kita awali cerita ini dengan sang tokoh utama yang sedang duduk di bangku belakang dan menatap intens orang-orang yang ada di depan sana. Tatapannya seperti... um- risih? Bingung? Entahlah.
Dia menoleh ke arah samping kanan untuk menemukan teman sebangkunya sedang fokus membaca buku. Ayolah, bukankah itu membosankan? Kenapa dia rela datang pagi sekali hanya untuk belajar? Maksudnya, dia bisa saja bersantai terlebih dahulu sebelum tenggelam dalam tugas yang akan diberikan guru.
"Nee, Asano-kun!" Si rambut merah bersuara, berusaha mendapat perhatian dari teman sebangkunya.
"..." Namun, tak ada jawaban dari sang lawan bicara.
"Asano-kun!" Ia sekali lagi mencoba untuk memanggil.
"..." Dan sekali lagi, tak ada jawaban.
"GAKUSHUU!"
"APA?"
Keduanya terdiam menatap satu sama lain. Satu menatap dengan sedikit tertegun, yang lain menatap dangan jengkel. Mereka masih di posisi yang sama sampai pemuda berambut oranye kembali bersuara.
"Apa?" Kali ini dengan suara yang dibuat setenang mungkin.
Si rambut merah kembali menatap ke arah depan dan kembali menunjukkan raut seperti teriritasi akan hal yang ada di depannya. "Apa kau pernah merasa risih saat melihat sepasang kekasih?"
"Hah??" Asano bingung, sungguh. Itu pertanyaan paling random yang pernah ditanyakan oleh teman sebangkunya.
"Apa kau pernah merasa risih saat melihat sepasang kekasih?" Kali ini yang rambut merah kembali menoleh ke arah Asano guna meminta jawaban.
"Mmm- entahlah?" Asano menjawab dengan bingung.
Temannya masih menatap Asano, seperti ada raut ke-tidak puas-an terpampang di wajahnya. Menginginkan jawaban pasti dari Asano. Beberapa detik kemudian, Asano menghela nafas pasrah. "Terkadang... iya."
"Mereka menyebalkan," si rambut merah kembali berucap.
"Hm."
"Menjijikkan."
"Hm."
"Benalu."
"Hm."
Ada beberapa detik lagi mereka hening menatap satu sama lain. Violet bertemu mercury. Pandangan mereka seperti terkunci.
"Bagaimana rasanya jatuh cinta?" Si rambut merah memecah keheningan sesaat. Bertanya hal yang asal.
Asano tertegun, mulai memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh temannya. Ketika temannya masih menatap, Asano mulai berkata, "lebih baik kau belajar daripada memikirkan hal yang tidak berguna seperti itu, Akabane."
"Tapi-"
Belum selesai Akabane berkata, bel sekolah sudah berbunyi dengan nyaring. Memotong apa yang akan dikatakan oleh Akabane.
❏
"Asano-kun!"
"Hm?"
"Di sini tidak nyaman!"
Asano berusaha tidak menggubris manusia menyebalkan yang saat ini duduk tepat di sebelahnya. Mereka tidak di kelas. Jam pulang sekolah bahkan sudah berbunyi dari 10 menit yang lalu.
Niat hati ingin mendinginkan pikiran dengan duduk bersandar di bawah pohon taman belakang SMA Kunugigaoka. Tapi, rencana itu sirna begitu Akabane ikut dengannya. Menghancurkan ketenangan yang ada.
"Asano-kun!" Entah sudah berapa kali Akabane memanggil Asano hari itu. Biasanya, bisa terhitung dengan jari. Tapi hari ini ia banyak memanggil nama Asano--lebih tepatnya marga Asano.
"Apa?" Asano, tanpa menoleh ke arah Akabane.
"Mereka membuat mataku terbakar."
"Kalau begitu jangan dilihat!"
Akabane menghela nafas panjang. Lalu, tanpa aba-aba ia menjatuhkan kepalanya ke arah samping, menopang pada bahu Asano. Akabane terlihat sangat lelah hari ini.
"Aku penasaran..." Asano, dengan setia masih diam melamun untuk menunggu Akabane melanjutkan kalimatnya.
"... kenapa kita membutuhkan pasangan?" Akabane menyorot kosong ke arah murid-murid yang berjalan bersama pasangan mereka.
"Aku... juga tidak tau," Asano juga ikut menyorot kosong, tapi menatap ke arah rerumputan.
Hening melanda. Sebelum akhirnya dipecahkan oleh Akabane dengan, "Aku punya ide!"
Ia kembali pada posisi duduk tegap. Kepalanya menoleh ke arah Asano. Menyunggingkan seringai di bibirnya. Dia baru saja mendapat ide brilian yang mungkin sedikit gila.
"Asano-kun!" Asano hanya menoleh dengan tatapan bertanya ke arah Akabane.
"Bagaimana kalau kita pacaran saja?"
一
Oke... segitu dulu.
MAAF!! MALAH BIKIN BOOK BARU DAN TIDAK MENYELESAIKAN CERITA SEBELAH.
Aku lagi gak ada ide buat cerita sebelah. Mungkin bakal sering publish book ini sampe tamat. Semoga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bet || AsaKaru
Teen FictionHanya taruhan kecil yang dilakukan oleh Asano dan Karma. • karakter ankyou hanya milik Yusei Matsui-sensei • harsh word • lokal AU • rating 17+