Jam dinding menguasai seluruh ruangan dalam waktu yang begitu singkat, saat mereka sampai di UKS suasana menjadi begitu menegangkan, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya dengan keringat dingin yang mengucur dari pelipisnya.
Manik hazelnya memperhatikan setiap gerakan Quena yang mengobati luka lebamnya dengan hati-hati, setelah selesai mengobati lukanya gadis itu membereskan beberapa barang yang ia pakai di kotak P3K.
"Terimakasih Shaqquena." Nada suaranya begitu bergetar saat mengucapkan terimakasih. Dia tidak tau harus berbicara seperti apa lagi di hadapan gadis ini yang tidak menampilkan ekspresi apapun melainkan tatapan tajam yang selalu ditunjukkannya.
"Namamu siapa?" Quena sedikit melembutkan suaranya tapi tetap saja suara itu tetap terdengar tidak bernada di pendengaran Aruka. Meskipun Quena satu kelas dengan Aruka dia tidak bisa menghafal nama mereka satu persatu yang diingat hanya wajahnya saja tapi tidak tau namanya.
"Namaku Aruka." Sahutnya nyaris tidak terdengar , kedua telapak tangannya menggenggam erat ujung roknya seolah untuk meredam gugupnya.
"Panggil saja Quena atau Shena." Rasanya begitu membosankan saat tidak ada yang bisa diajak bicara saat berada di ruangan yang sama, padahal dia tidak sendiri tapi rasanya seperti sendiri jika tidak ada yang membuka suara.
Manik matanya itu... sangat indah jika diperhatikan lagi,tidak menakutkan melainkan indah bagaikan permata. Pikir Aruka terhipnotis dengan manik ruby gadis itu yang indah bag permata
"Jangan menatapku seperti itu, Aruka." Tegur Quena merasa tidak nyaman dengan tatapan lekat gadis itu, manik hazel itu seolah terhipnotis dengan manik ruby Quena yang indah bag berlian.
"M...maaaff!!" Latah Aruka, sungguh gadis itu tidak bermaksud lain. Buliran air dingin menetes dari pelipisnya dengan menyatukan kedua telapak tangan sedada, sudah pasti Quena tidak nyaman dengan tatapannya tadi terlebih ini adalah pertemuan pertama mereka meskipun satu kelas.
Setelah meminta maaf Aruka meninggalkan UKS dengan terburu-buru,merasa malu dan bersalah karena berani menatapnya seperti itu. Bukankah hal itu Quena akan salah paham dengan tatapan yang baru saja ia lakukan? Semoga saja dia tidak salah paham ataupun berpikiran aneh tentangnya.
"Pft- ahahaha!!" Tawanya pecah begitu saja melihat gadis yang baru saja bertemu dengannya pergi meninggalkan UKS tanpa mengenakan sepatu yang sebelumnya sengaja dilepas. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan lalu mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya, sudah lama sekali dia tidak tertawa terbahak-bahak hanya karena masalah sekecil ini.
"Dasar cwek aneh, bisa-bisanya dia berlari begitu saja tanpa menggunakan sepatu."
Quena yakin Aruka pasti akan kembali lagi ke UKS untuk mengambil sepatunya, tidak mungkin kan dia berkeliaran di lingkungan sekolah tanpa menggunakan sepatu? Mungkin saja sih itu terjadi,secara jika dilihat Aruka anak introvert bisa saja dia berdiam diri di perpustakaan atau kelas sambil membaca buku. Tapi masalahnya dia pasti akan dibully lagi oleh mereka.
"Bukan urusanku,toh dia yang ngalamin bukan aku." Ujar Quena bermonolog. Seluruh tubuhnya ia jatuhkan di ranjang lalu mengambil posisi nyamannya untuk tidur. Moodnya sangat buruk hari ini untuk mengikuti pelajaran, tidak biasanya Quena membolos seperti ini. Tapi tak masalahkan jika dirinya membolos sesekali?
Beberapa menit kemudian, dugaan Quena benar gadis itu kembali ke UKS untuk mengambil sepatunya yang tertinggal. Apakah gadis ini terlalu gugup atau malu sampai-sampai tidak menyadari alas kakinya yang tertinggal.
