ARES'5 : Kencan

17 3 0
                                    

Sepertinya espektasi Ares terlalu tinggi. Dia berdecih sinis, apa ini bisa disebut kencan? Lelaki itu hanya diam seperti patung selama 30 menit, bayangkan, 30 menit!

Ares sudah berbicara panjang lebar, hingga rasanya mulutnya akan berbusa, tapi lelaki itu hanya berdehem untuk menanggapi setiap perkataannya. Lalu, untuk apa lelaki itu menyuruhnya kesini.

Keduanya berada ditaman, duduk bersebelahan dikursi panjang dibawah pohon besar. Disini sangat sepi, suasananya sangat cocok untuk pacaran.

Jika Ares mencium lelaki disampingnya, kira-kira apa yang akan terjadi? Pikiran itu membuat Ares terkikik sendiri, mengundang tatapan aneh dari Arkana.

Tidak tahan dengan keheningan ini, Ares duduk dengan gusar, lalu menatap Arkana. "Jujur deh, lo nyuruh gue kesini, sebenernya buat apa?"

"Nemenin gue."

"Apa? Nenenin? Gak boleh, gue gak punya tete!" Ares menyilangkan kedua tangannya didada, sambil menatap Arkana dengan horor. "Selow bos! Gue bercanda doang elah, lo mah gak asik!" Ares panik ketika tangan Arkana sudah teracung, ingin memukulnya.

"Telinga, pake."

Ares memutar matanya. "Ngomong yang normal coba, biar gue ngerti, jangan disingkat-singkat!"

"Males, ngomong."

Ares tidak tahu ternyata mengobrol dengan Arkana akan sangat menguras emosinya, untung saja dia cinta, jika tidak lelaki ini sudah babak belur sekarang.

"Anna."

Tubuh Ares menegang ketika tiba-tiba Arkana menyebutkan nama itu. Dia menoleh cepat pada Arkana, dengan raut bingung.

"Lo kenal?"

"Kagak, cuma sekilas doang." Jawab Ares cepat, dan apa adanya. Ares tidak tahu kenapa Arkana tiba-tiba membahas gadis itu. Jujur, sejak kemarin perkataan Jemian membuatnya terus kepikiran, namun seberapa keras Ares memikirkan hal itu, semuanya tidak masuk akal. Apa kaitannya dia dengan kedua gadis itu? Ares tidak mengerti. "Kenapa lo tiba-tiba nyebutin nama gadis itu?"

"Pengen aja." Arjana menjawab acuh, dengan wajah yang sangat datar, tanpa ekspresi.

Ares gemas, dia menahan diri agar tidak meremas wajah tampan lelaki disampingnya. Ternyata selain suka memancing emosi, Arkan juga menyebalkan, sekali lagi, untung saja dia cinta.

"Sejak kapan lo suka sama gue?"

Pertanyaan yang sangat tiba-tiba itu membuat bulu kuduk Ares meremang, namun wajahnya memanas. "Itu, klise sih, lo mungkin gak bakal percaya. Mungkin setahun yang lalu? Pas gue kelas satu, geng gue lagi tawuran sama geng sebelah. Tiba-tiba lo lewat ditengah-tengah suasana yang lagi chaos itu sambil gendong anak kucing. Lo tau, pas gue liat lo, hati gue yang lagi panas-panasnya, langsung nyess."

"Cuma karena itu?"

Ares menautkan alisnya saat mendengar nada remeh yang keluar dari mulut Arkana. "Cuma lo bilang!? Lo gak tau sih gimana frustasinya gue abis itu, gue shock ternyata gue suka sama yang bentukannya tepos, datar, dan yang lebih parah lagi, berbatang juga sama kayak gue, anjing!" Ares berkata menggebu-gebu. "Gue tentu gak terima gitu aja, gue coba deketin cewek yang tipe gue banget, yang badannya bongsor, dan itunya gede. Tapi anehnya, rasanya hambar."

"Lo pelet gue ya? Lo pake semar mesem, kan?!" Lanjut Ares menuding Arkana.

Yang dituduh mendengus, namun wajahnya tetap datar. "Ngaco!" Kata Arkana kesal, sambil menoyor kening Ares kuat.

Ares menatap Arkana sinis sambil mengelus keningnya. Walau agak menyebalkan, Ares senang hari ini dia bisa menghabiskan waktu bersama Arkana.




••••



Rumah sederhana berlantai satu itu adalah markas Geng Immortal, sekaligus rumah bagi Ares yang saat ini sedang rebahan dikasurnya. Ares memang punya ruangan tersendiri dimarkas. Karena sebetulnya, rumah itu dibeli oleh Ares dengan uang tabungannya sendiri.

Pikiran Ares terus memikirkan kencan, yang bukan kencan itu, kemarin bersama Arkana. Agak kesal jika mengingat hari itu, bisa-bisanya cowok itu meninggalkannya sendirian ditaman, dengan alasan pihak sekolah memanggilnya perihal kasus kemarin. Ares mendengus. Setidaknya cowok itu berinisiatif mengantarnya pulang, kek, bukan main tinggal saja. Walaupun Ares bawa motor sendiri.

"Bos! Bos, buka! Buka pintunya!"

Lamunan Ares buyar ketika pintu ruangannya digedor brutal, dia berdecak. Dengan malas turun dari kasur, berjalan ke pintu, membuka pintu itu, dan mendapati raut khawatir Anton yang seketika itu membuat perasaan Ares tidak enak.

"Bos, bang Jemi kecelakaan!"

ARES (BL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang