20

12 1 0
                                    

Mario menghempaskan bokong nya di kursi kantin, ia menghela nafas dengan kasar.

"Aku baru tahu kalau bapak perut buncit itu mengesalkan" jessa langsung menjentikkan jarinya dan menelan makanannya dengan kasar.

"Sudah percaya 'kan? Makanya aku bilang buat sebagus mungkin" matanya melirik sinis ke arah Johan, Johan yang siap menyantap makanannya langsung mengurung kan niatnya.

"Kau menyalahkan aku? Bukannya kau duluan yang setuju dengan konsepnya?" Telak Johan balik.

"Mereka mulai lagi" keluh Mario dengan memangku wajahnya dengan sebelah tangannya. Tiba-tiba saja ia berdiri, membuat semuanya terkejut. Matanya melotot dan wajahnya tersenyum lebar.

"MATEO!" Teriaknya.

Jia dan kawan-kawan langsung menatap kearah pintu kantin, dilihatnya seorang pria bertubuh jangkung yang bergandeng tangan dengan wanita berambut pendek dengan poni tebalnya.

Pria itu langsung berlarian memeluk Mario, Johan bertatapan bingung kearah Jia. Jia hanya mengangkat bahunya menandakan ia tidak tahu.

"Halo" sapa perempuan berponi tadi dengan ramah. Disambut baik juga oleh mereka, sedangkan Mario dan pria yang bernama Mateo itu sibuk dengan dunia mereka berdua.

"Salam kenal, aku lili Melinda dari kelas  IPA 3" ia menjulurkan tangannya kepada salah satu dari mereka berempat.

"Aku Johan Patrio dari IPA 1".

"Jessa shamora dari kelas IPA 1".

"Jia jenica dari kelas IPA 1 juga, salam kenal".

"Hai, aku ratu. Aku baru pindah ke kelas IPA 1 dua Minggu lalu" sambut mereka satu-persatu dengan ramah.

"Eh, tapi kami tidak pernah melihat kalian berdua" celetuk jessa.

"Iya, karena kami menghabiskan waktu banyak di kelas dan ruangan melukis" kali ini Mateo yang berbicara, "salam kenal, aku Mateo Saputra" dirinya memperkenalkan dirinya.

"Dia adalah teman masa kecil ku, wajahnya sama sekali tidak berubah" jelas Mario dengan terkekeh.

"Hei, wajah mu juga tidak berubah. Hanya tubuhmu yang semakin berotot" Mateo sedikit memukul dada Mario.

Mateo mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin, "kau mencari siapa?" Tanya Johan.

"Aku sedang mencari jovian, dia lama sekali".

"Oh? Kau mengenal jovian?" Johan bertanya dengan nada yang sedikit terkejut. Mario mengangguk, tak lama jovian datang dengan keringat membasahi tubuhnya.

Ia mengatur nafasnya dan terduduk lemas dilantai, "air, tolong beri aku air" mata nya terpejam dengan tangan yang mengulur untuk meminta air minum.

Mateo langsung memberikan air mineral yang berada di atas meja, semuanya terdiam melihat jovian berkeringat banyak seperti itu.

"Mengapa kau berkeringat banyak seperti ini?" Ujar Mario.

"Dia baru saja di hukum berlari 7 keliling tanpa henti" jelas lili. Jia langsung mengambil sapu tangannya yang selalu ia bawa, Jia mencolek punggung Johan untuk diberikan kepada jovian. Johan mengangguk paham dan langsung memberikan sapu tangan itu kepada jovian.

Jovian menerima sapu tangan itu dan mengelap seluruh wajah yang dipenuhi oleh keringat, "aku tidak percaya kau dihukum begini" ungkap Mario.

Mateo tertawa kecil, "kalian kelas IPA 1 tidak menghadap lapangan manapun, jadi kalian tidak pernah melihat jovian dihukum. Padahal dia selalu dihukum" penjelasan Mateo membuat semuanya menoleh kearahnya, hal itu membuat Mateo mendapatkan cubitan kecil di bagian betis oleh jovian.

"Bagaimana bisa? Tampang mu seperti orang pintar" timpal Johan.

"Hei, berhentilah membicarakan ku. Tampang ku memang seperti orang pintar, aku berlarian di lapangan karena aku ingin menjadi atlet bola yang cepat. Agar aku bisa mencetak gol lebih banyak" bicaranya yang lancar dan wajahnya yang percaya diri membuat jessa menjentik kening jovian.

"Kenapa kau menjentikkan jari di kening ku? Apa salahku" jovian menggosok keningnya dengan kasar.

"Kau selalu saja percaya diri dengan berlebihan" terang jessa dengan wajah yang polos.

"kau ini aneh, dasar gendut" ejek jovian.

"APA?! KAU BILANG AKU GENDUT?!" jessa menaikkan nada bicaranya, ia langsung saja menarik telinga jovian dengan kencang.

Telinga jovian memerah, ia menjerit kesakitan. Mario dan Mateo langsung memisahkan mereka, lantas jessa melepaskan tangannya setelah ditarik paksa oleh ratu dan lili. Jessa menatap sengit jovian yang tengah memegang telinganya.

"Kasar sekali kau kepada ku" jovian memasang wajah melas dihadapan semua temannya. Lantas Johan memasang wajah malas, ia memutar bola matanya.

Mata Johan tak sengaja melihat Jia yang berada di belakang tiga teman wanitanya. Kelopak matanya yang terkulai, tatapannya sendu. Namun, ia tahan karena tak ingin memperlihatkan kecemburuannya.

"Jika kalian terus bertengkar, kita tidak akan sempat untuk makan. Waktu istirahat hanya sebentar" potong Johan.

Sebelum kembali duduk, jessa dan jovian saling bertatapan sengit. Johan menarik Jia untuk duduk di dekatnya, "makanlah" ucapannya dengan lembut sambil mengelus rambut Jia. Jia tersenyum simpul dan menyantap makanannya.

ANINTYA  (2007) [Hiatus!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang