EU; 52

6.3K 411 11
                                    

Nana pulang ke villa diantar Arka pukul tujuh pagi, mereka tidak banyak bicara sepanjang perjalanan. Nana menghindari komunikasi lebih, lagi pula Arka semasa mereka pacaran dulu juga lebih banyak Nana yang bicara. Arka cuma banyak bicara ketika marah

Nana pun hanya mengucapkan terimakasih secara singkat pada Arka dan tidak menawarkan pria itu untuk mampir. Masuk ke dalam villa, ada Friska dan Rama yang sedang berpelukan. Lebih tepatnya Rama yang memeluk Friska. Pelukan itu di lepaskan Friska yang duluan menyadari kedatangan Nana.

"Na, kamu darimana aja? Kok semalam enggak pulang?" Nana tidak menanggapi, ia hanya menatap Friska dan Rama secara bergantian lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Ia sudah membereskan sebagian barangnya kemarin, sekarang Nana hanya perlu mengeceknya ulang. Penerbangannya jam empat sore, tapi Nana mengambil ponselnya dari atas nakas dan mengubahnya menjadi jam sepuluh pagi. Terserah dengan yang lain, Nana tidak mau peduli.

"Lo pulang sama siapa Na? Semalam baik-baik aja kan?" Rama dan Friska menyusul masuk. Ia lihat wajah khawatir Friska, tapi mengingat semalam mereka sibuk sendiri dan meninggalnya sendirian, Nana kembali mengingat kesalnya.

"Emang kalian peduli?" Friska dan Rama terdiam, menyaksikan Nana yang sedang membereskan barang-barangnya.

"Kamu mau kemana?"

"Ya pulang lah! Ngapain lama-lama disini." Nana menjawab ketus, Friska saja sampai terkejut mendengarnya.

"Tapi kita pulangnya jam 4 Na" Rama ikut menyambung, ada sedikit rasa bersalah meninggalkan Nana sendirian kemarin. Ia dan Friska malah sibuk sendiri.

"Enggak usah pake kita, kalian semua kan bisa senang-senang tanpa aku? Iyakan?" Nana tidak repot-repot berganti pakaian. Ia tetap dengan kaos dan celana panjang. Nana hanya memakai sepatunya saja, lalu melenggang pergi melewati Rama dan juga Friska.

"Na, maaf. Semalem kit__

"Semalem kalian sibuk pacaran kan? Gak papa kok. Aku emang gak harus tau" Nana tertawa sinis, ia tidak lihat ekspresi terkejut Friska karena ia berbicara sambil terus berjalan. Mereka juga sepertinya tidak tau bahwa semalam ia bertengkar di tengah-tengah club itu. Nana berharap temannya datang dan membelanya, tapi tidak ada satu pun dari mereka. Mereka hanya sibuk dengan pasangan masing-masing. Itu bukan salah mereka, itu salah Nana yang kenapa berada di tengah-tengah mereka.

"Gue sama Friska__

"Udah! Kamu ada apa sama Friska itu urusan kamu! Aku enggak akan ikut campur. Toh, kalian memang enggak mau aku tau kan?" Nana sudah berada di luar villa, dan ia kini kaget karena masih ada Arka disana. Ia bersandar pada mobilnya, dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Aku enggak ngomong karena___

"Ya gak papa Friska, kenapa sih?" Tidak perlu merasa bersalah, jatuh cinta itu hak semua orang. Nana hanya agak kecewa karena teman-temannya seolah lupa padanya. Joy dan Saka bahkan tidak terlihat dimana pun sekarang.

"Udah kan? Ayo" Arka mengambil alih koper Nana.

"Kok kamu masih disini sih? Pulang aja sana, aku bisa urus diri aku sendiri." Arka tidak membiarkan Nana mengambil alih kopernya.

"Gue udah bilang sama om Bagas dan tante Rissa, lo pulang sama gue." Kenapa bisa begitu? Kenapa orang tuanya tidak bilang? Dan kenapa Arka mau repot-repot?

"Na, aku minta maaf ya? Semalem aku___

"Enggak papa, udah ya aku duluan." Nana memasuki mobil Arka tanpa pria itu meminta. Nana sebenarnya benar bisa pulang sendiri. Tapi karena ada Arka disini, ya sudah. Manfaatkan saja dia

Perjalanan menuju bandara juga hening, Arka fokus menyetir. Nana sibuk berfikir, kenapa di tidak sadar kalau Friska dan Rama itu saling suka? Kenapa dia tidak diberitahu? Nana kan tidak akan melarang, mereka ke bali sama-sama. Maksud Nana, harusnya mereka bersenang-senang juga sama-sama. Bukan malah main rahasia-rahasian begini.

EUNOIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang