Terjebak Pesona Bad Boy

PROLOG

Kaelan, dengan jaket kulit hitamnya yang selalu menjadi ciri khas, adalah penguasa jalanan. Ketua geng motor 'Black Eagle', julukan yang disematkan karena kegarangan dan loyalitas anak buahnya. Berpostur tinggi dan tegap, dengan otot-otot yang terbentuk karena sering berolahraga. Rambutnya yang pendek dan rapi memberikan kesan bersih, namun tatapan matanya yang tajam menunjukkan sisi tegasnya. Ia selalu mengenakan pakaian yang rapi, meskipun tetap mempertahankan gaya khas seorang pengendara motor. Namun, di balik sosok yang ditakuti, tersimpan hati yang lembut. Ia dikenal dermawan, seringkali membantu masyarakat tanpa pamrih, dan sangat peduli pada kesejahteraan teman-temannya.

Zoya adalah gadis ceria dengan senyuman yang menular. Rambutnya yang ikal berwarna cokelat muda selalu membuatnya terlihat ceria. Matanya yang bulat dan cerah selalu berkilau penuh semangat.
Ia sangat peduli pada teman-temannya dan selalu siap membantu mereka. Zoya adalah seorang pendengar yang baik, dan banyak orang yang merasa nyaman bercerita kepadanya.
Ia menyukai musik dan seringkali terlihat membawa headphone saat berjalan-jalan. Zoya memiliki suara yang merdu dan sering bernyanyi untuk menghibur dirinya sendiri. Selain itu, ia juga hobi membaca. Buku adalah dunianya. Ia menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan, tenggelam dalam cerita-cerita fiksi.

Pertemuan pertama mereka terjadi secara tak sengaja. Sebuah kecelakaan kecil di jalan. Motor Kaelan bersenggolan dengan sepeda Zoya. Bukannya marah, Kaelan justru membantu gadis itu berdiri dan memeriksa sepedanya dengan penuh perhatian. Zoya, terkesima dengan sikap pria itu yang berbeda dari apa yang selama ini ia dengar.

Sejak saat itu, pandangan Zoya terhadap Kaelan mulai berubah. Ia melihat sisi lain dari pria itu, yang tidak pernah dilihat oleh orang lain. Sementara itu, Kaelan merasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat Zoya. Gadis itu memiliki aura yang menarik, berbeda dari gadis-gadis yang biasa mengelilinginya.

Bagaimana kisah mereka akan berlanjut? Akankah perbedaan latar belakang menjadi penghalang, atau justru menjadi bumbu penyedap dalam hubungan mereka?