CHAPTER 2

2 1 0
                                    

Hai, selamat datang di cerita ini! Senang banget kamu mau mampir. Semoga ceritanya bisa menghibur ya.
.
.
.
.

Setelah kejadian tabrakan itu, Zoya dan Kaelan menjadi sering bertemu. Awalnya, pertemuan mereka terjadi secara tidak sengaja di berbagai tempat di kota kecil itu-di toko buku, di kafe, atau di taman kota. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, dan saling mengenal lebih dalam. Kaelan, dengan sifatnya yang ceria dan spontan, selalu berhasil membuat Zoya tertawa. Sementara Zoya, dengan pemikirannya yang dewasa dan bijaksana, seringkali memberikan masukan yang berharga bagi Kaelan.

Suatu sore, saat Zoya sedang duduk di kafe favoritnya dengan buku di tangan, Kaelan muncul lagi. Kali ini, dia membawa dua cangkir kopi dan langsung duduk di depan Zoya tanpa menunggu izin.

"Buat lo," kata Kaelan sambil menyerahkan salah satu cangkir.

Zoya terkejut namun tersenyum. "Kamu suka kopi juga?"

Kaelan mengangguk. "Iya, tapi kali ini gue bawain buat lo. Semoga sesuai selera."

Mereka mulai berbincang, dan seiring dengan waktu, pembicaraan mereka mengalir dengan lebih lancar. Zoya menyadari bahwa Kaelan tidak seperti yang ia bayangkan. Meskipun tampangnya garang dan berasal dari geng motor, Kaelan ternyata memiliki sisi lembut yang jarang ditunjukkan orang lain.

"Lo suka baca buku, ya?" tanya Kaelan sambil melirik buku di tangan Zoya.

"Iya, ini salah satu cara aku menenangkan diri," jawab Zoya dengan senyum.

Kaelan tersenyum kecil. "Gue lebih suka motor, sih. Tapi gue suka cara lo bicara tentang buku. Sepertinya lo sangat menikmatinya."

Setiap pertemuan berikutnya selalu diwarnai dengan canda tawa dan cerita-cerita yang semakin mendekatkan mereka. Zoya yang awalnya merasa canggung, mulai merasa nyaman berada di dekat Kaelan. Sementara itu, Kaelan merasa ada sesuatu yang istimewa setiap kali ia bersama Zoya-sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Suatu hari, setelah berjam-jam berbicara di taman, Kaelan mengantar Zoya pulang. Saat mereka berdiri di depan rumah Zoya, Kaelan dengan tiba-tiba berkata, "Gue senang kita bisa ketemu lagi, Zoya. Setiap kali kita ngobrol, gue merasa ada sesuatu yang... berbeda."

Zoya menatap Kaelan dengan ragu. "Maksud kamu?"

Kaelan menggaruk kepalanya dengan canggung, sesuatu yang jarang ia lakukan. "Gue nggak tahu cara bilangnya, tapi aku merasa nyaman sama lo. Dan gue harap kita bisa terus bertemu."

Zoya terdiam sejenak, hatinya berdebar. Dia tidak menyangka Kaelan akan sejujur itu. "Aku juga senang, Kaelan. Kamu berbeda dari yang aku pikirkan."

Mereka saling tersenyum, dan tanpa kata-kata lebih lanjut, Kaelan pamit dengan lambaian tangan. Zoya masuk ke rumahnya dengan hati yang penuh dengan perasaan campur aduk. Ia mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Kaelan bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja.

Di balik pintu rumah, Zoya bersandar dan memejamkan mata, merasakan debaran jantungnya yang semakin kencang. Mungkin, pikirnya, Kaelan memang lebih dari sekadar pemuda nakal yang ia temui di jalan. Mungkin, ada sesuatu yang lebih dalam yang sedang tumbuh di antara mereka.


Jangan lupa tinggalkan komentar ya, aku penasaran dengan pendapatmu tentang cerita ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjebak Pesona Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang