11-20

45 6 0
                                    

11. Terima Kasih
Aku sedang ngopi sendiri disebuah coffee shop, disebelah mejaku ada seorang wanita yang sedang menangis tiba-tiba. Aku awalnya tidak menghiraukan, tapi aku coba menoleh ke dia hanya untuk sekadar ingin tahu keadaan, dia pun menoleh juga. Seketika itu dia mengelap air matanya dan isak tangisnya mulai mereda. Aku kembali melanjutkan meminum kopiku yang sudah mulai dingin, tiba-tiba dia memanggilku, aku kembali menoleh. Kemudian dia hanya berkata "Terima kasih" aku pun bingung dan membalas, "Untuk apa?". Dia pun menjawab dengan pelan "Sudah memberi perhatian walau hanya dengan tatapan sederhana". Aku pun tertegun, lalu kami berdua sama-sama tersenyum kemudian dan kami meneruskan sisa kopi yang menjadi saksi bahwa ini penanda awal dari permulaan.

---

12. Balikan?
Apa mungkin balikan? Sepertinya ini hal yang tak mungkin ku lakukan Walau aku tahu kita sama-sama sayang dan sulit mencari orang baru karena keadaan bukan keinginan, tapi tetap saja aku lebih inginkan perpisahan. Sejauh ini pun perpisahan menjadi pembicaraan yang paling ringan daripada kita berbohong satu sama lain kepada pasangan yang sedang menunggu kabar balikan.

---

13. Aku Tahu
Aku tahu ternyata kau punya rasa dengan orang yang tak ku ketahui, bukan sekadar pendapat atau perasaan tapi segala hal yang kau sembunyikan begitu tampak mencurigakan, ini sama dengan waktu itu saat aku menjadi orang yang tak sengaja memisahkan kau dan dia, ntah ini segera atau lambat, tapi aku siap untuk kau yang berbeda dari orang-orang biasa yang aku kenal lebih kelam di kota malam.

---

14. Kedua
Hubungan mereka sudah cukup lama, kira-kira sudah masuk satu dekade yang mereka kenal sejak masa SMA, tapi saat ini hubungan mereka harus berpisah, karena beberapa tahun sebelumnya pria itu pergi merantau kerja diluar kota. Banyak suara-suara terkaan yang menjatuhkan wanita yang lebih memilih untuk menikah dengan pria lain daripada yang berjuang hingga sekarang. Harus diakui itu suatu pilihan yang berat tapi bagaimana bisa mempertahankan jika pria itu tak kunjung datang dan baru kembali setelah menyadari ingin menjadikan kedua.

---

15. PPKM Level Tiga
Bagaimana jika kita makan didekat bandara? karena disana mungkin bisa kita dapatkan suasana berbeda tentang hubungan asmara kita. "Misalnya?" Tanya dia padaku dengan bingung. "Makan didalam mobil, ngopi didalam mobil, dan apa pun di dalam mobil, karena tidak boleh keluar dijalanan seperti biasanya, jadi mari kita coba karena aku belum pernah rasa." Sambil ketawa dan diakhiri pesanan yang sama, kemudian saat makan dan minum pun selesai, suasana dingin terasa dan ternyata hubungan itu pun terjadi disana, hening dan hangatnya itu terasa seperti suasana PPKM level tiga.

---

16. Di Atas Meja
Obrolan kami saat itu cukup apa adanya, banyak membahas hal biasa mulai dari cerita masa lalu, cerita-cerita perjalanan, kisah-kisah yang lucu, hingga aku bercerita sedikit romantis yang pernah kami lakukan, tapi seketika itu suasana kami mendadak hening. Di atas meja itu, kami berhenti untuk bercerita. Bukan karena tak ingin melanjutkan, tapi kami tahu bahwa cukup dimeja ini kita pernah ada, tidak untuk ditempat lain seperti sebelum-sebelumnya.

---

17. Persimpangan
Aku pernah berada diantara persimpangan, ada dua jalan yang bisa ku tempuh untuk sampai ke tujuan. Aku tak dapat memutar balik jika aku salah memilih jalan. Aku berdiam sejenak, memikirkan suatu keadaan walau aku tidak dapat memprediksi masa depan, tapi aku bisa merencanakan dan meminimalisir kegagalan. Akhirnya aku memilih jalan bukan karena kata hati, tapi kata pikiran dari banyaknya garis-garis pengalaman yang dilalui sepanjang mengisi kehidupan yang sudah berjalan.

---

18. Jalan yang baik
"Pisah? Sudah dibicarakan? Sudah duduk bersama?" Tanya ku yang seketika terkejut bahwa itu menjadi perpisahan yang cepat. "Iya berpisah, ini jalan terbaik. Aku sudah memikirkan ini berulang kali dan titik temu dari pembahasan itu adalah berpisah akan sembuh, diteruskan akan luka." Seketika kami hanya saling menatap, aku tahu itu keputusan berat, tidak ada solusi yang dapat aku sampaikan, dan tidak ada pembicaraan untuk aku teruskan. Aku pun pamit dan meyakini, bahwa keputusan yang sudah dia buat tidak perlu lagi aku perjuangkan. Aku kalah, bukan karena aku tidak bisa berbuat banyak, hanya saja aku menerima dan tak menyesali.

---

19. Bagaimana Mungkin ?
Bagaimana mungkin aku bisa menyukai dua orang sekaligus?
Bagaimana mungkin itu terjadi dan aku tidak bisa memilih?
Bagaimana mungkin tidak ada celah untuk meninggalkan satu diantara mereka?
Bagaimana mungkin aku hanya bimbang tanpa punya keputusan?
Bagaimana mungkin dua orang ini mempunyai sisi yang setiap sisinya memiliki keunikan?
Bagaimana mungkin aku bisa butuh mereka dan mereka pun sebaliknya?
Bagaimana mungkin bisa terjadi?
Bagaimana mungkin perasaan itu tidak ada beda sama sekali?
Bagaimana mungkin hati ini memiliki perasaan yang sama sekali terbagi?
Bagaimana mungkin aku menyesali?
Bagaimana mungkin dia pun tahu perihal perasaan ku ini?
Bagaimana mungkin jika meninggalkan menjadi luka, dan bersama pun menjadi luka?
Bagaimana mungkin?

---

20. Waktu
Aku menyukai waktu karena menerangkan hal-hal yang tak bisa dijelaskan oleh obrolan. Hanya saja waktu itu bergerak maju, tidak berputar. Aku pikir kita saja yang berbelit dan berputar-putar tentang arah hubungan ini. Lalu dia pun diam kemudian kami melihat waktu bersama jam menunjukn pukul 00.00 WIB dan ternyata sudah waktunya kita bersama lalu saling berpelukan bersama.

100 Cerita SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang