Meski sudah mendengar rumor tentang Faye dari Neko, kakaknya. Yoko masih merasa penasaran ingin mengenal Faye lebih dekat. Yoko sendiri belum yakin bagaimana perasaannya terhadap Faye. Karena selama ini, dia belum pernah tertarik pada wanita.
Namun, yang Yoko sadari belakangan ini, dia selalu ingin berada di dekat Faye dan seringkali memikirkan wanita itu ketika tengah sendiri. 'Apa aku menyukai kak Fay?' tanya Yoko seringkali pada dirinya sendiri, entah saat bersama Faye atau saat sendiri sambil memikirkan wanita itu.
Pagi ini, Yoko sengaja berdandan untuk pergi ke kampus. Bila biasanya dia hanya mengenakan sweater dan celana jeans panjang, kali ini Yoko memakai rok jeans pendek dipadukan dengan kemeja tanpa lengan. Yoko juga mencatok rambutnya dan memakai make up tipis.
Tujuannya bukan untuk membuat Faye terpikat padanya, Yoko hanya sekedar ingin memastikan pendapat Faye terhadap dirinya.
"Pagi kak Fay," sapa Yoko ketika dirinya baru saja sampai di kelas.
Faye menatap Yoko dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan mata memicing. 'Cantik' batin Faye. Namun, entah kenapa dia tidak suka melihat penampilan Yoko pagi ini.
"Tumben banget pake baju terbuka," itu adalah komentar pertama Faye untuk Yoko,
"Hehe, lagi gerah aja," Yoko menjawab dengan asal, karena tidak mengira respon Faye akan seperti itu. Yoko kira Faye akan memuji penampilannya yang berbeda pagi ini, namun ternyata Faye justru terlihat tidak suka.
Faye masih menatap Yoko dengan wajah tidak nyaman. Dia tidak bisa percaya dengan jawaban Yoko. Namun, dia masih diam.
"Kenapa kak Fay?" tanya Yoko dengan ragu, karena merasa ditatap tajam oleh Faye.
Faye memang tipe orang yang bisa dengan mudah dibaca melalui matanya. Yoko yang memperhatikan Faye dari dekat, selalu bisa membaca suasana hati wanita itu.
"Aku gak suka liatnya. Lagi pula kita lagi mau kuliah, bukan mau clubbing," jawab Faye dengan gamblang.
"Iyaa maaf... gak akan aku ulangi lagi," ucap Yoko dengan nada merayu pada Faye. Dia sadar Faye tengah bersikap protektif padanya. Anehnya dia tidak keberatan dengan sikap Faye itu.
"Ck," Faye berdecak kesal, kemudian berdiri dan melepaskan sweaternya. Dia menempatkan sweaternya di pangkuan Yoko, karena paha Yoko terekspose lebih banyak saat wanita itu duduk.
"Makasih kak Fay," ucap Yoko sambil tersenyum.
"Gak gratis, nih pijitin," jawab Faye menyodorkan tangannya untuk dipijat oleh Yoko. Jika biasanya Yoko yang selalu berinisiatif memijatnya, kali ini Faye yang meminta langsung, karena memang wanita itu mulai terbiasa dengan pijatan Yoko di tangannya.
Yoko menuruti saja permintaan Faye. Ada rasa bahagia yang membuncah di hati Yoko. 'Iya,' itu adalah jawaban dari pertanyaan Yoko pada dirinya sendiri tentang apakah dirinya menyukai Faye atau tidak.
*
Setelah perkuliahan selesai Faye dan Yoko pergi ke kafe dengan niat mengerjakan tugas kedua dari Profesor Wanwan.
Meski Yoko sudah seperti kucing dalam karung karena dipaksa Faye untuk mengenakan sweaternya. Namun, masih banyak orang yang menatap Yoko. Dari sisi belakang, Faye bisa melihat rok Yoko terlalu pendek, sehingga kaki jenjang Yoko banyak terekspos. Hal itu kembali membuat Faye merasa tidak nyaman.
Faye sengaja berdiri tepat di belakang Yoko untuk menghalangi orang yang mencuri-curi pandang terhadap tubuh Yoko. Namun, perasaannya tetap tidak lebih baik.
Faye juga berinisiatif memeluk perut Yoko, saat menyadari bahwa pegawai kasir kafe itu menatap Yoko dengan intens, seolah terpesona. Dia juga menatap pegawai itu dengan ekspresi datar dan mata yang tajam. Seolah siap menerkamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HER TENDER
FanfictionFaye Peraya Malisorn adalah seorang wanita yang kecewa pada orang terdekatnya, memilih hidup tanpa hubungan mengikat dengan orang lain dan menjadikan itu prinsip yang akan Dia pakai sampai kapanpun, kepada siapapun. Yoko Apasra Lertprasert adalah wa...