bocah

3K 258 29
                                        

Bukan hal aneh saat pagi hari para pelayan akan malihat Jisung yang sudah bangun dari tidurnya. Pria itu akan bangun lebih dulu di banding dengan datangnya kopi pagi dengan biskuit yang selalu kepala pelayan hantar ke kamarnya.

"Apa tidurmu nyenyak master?" Tanya wanita yang berumur lebih dari enam puluh tahun tersebut.

"Sedikit terganggu karena memikirkan proyek pabrik di daerah timur" balas Jisung sembari fokus ke arah buku yang sudah ia baca setengahnya.

"Apa perlu ku buatkan teh sebelum tidur nantinya?" Tanya pelayan tersebut setelah membukakan korden kamarnya.

"Tidak, aku akan pergi meninjaunya nanti dan akan segera kuselesaikan semuanya"
"Terima kasih atas kopinya Sonia" ujar Jisung yang tak akan pernah lupa untuk berterimakasih pada hal hal kecil.

"Sama sama master, saya pamit undur diri" ujar wanita tua itu sebelum membungkukan tubuhnya dan pergi.

Jisung meletakkan buku bacaanya dan mendekat ke arah kopinya. Jubah piama panjang yang ia kenakan ia biarkan tak terikat. Netranya masih asyik memandangi para ajudannya yang sampai saat ini masih melakukan hukuman ke tiga. Jisung tersenyum miring saat melihat tak ada satupun yang tumbang saat melakukan hukumannya.

Setelah selesai dengan kopinya Jisung langsung pergi mandi sebelum ia pergi ke pabrik timur yang tengah di landa masalah.

Baju turtle neck hitam dengan jubah panjang adalah pilihan outfit yang akan Jisung kenakan untuk hari ini. Jam tangan dengan harga ratusan juta juga sudah melingkar apik di pergelangan tangannya.

Selesai bersiap Jisung langsung menuju lantai satu untuk sarapan pagi. Meja makan yang panjang terlihat sudah terisi penuh dengan olahan yang sang koki siapkan.

"Beritahu mereka untuk menyelesaikan hukuman, dan beri waktu sepuluh menit untuk mereka bersiap sarapan" ujar Jisung pada Jake salah satu ajudannya yang sudah menunggunya di dekat tangga untuk melayaninya.

"Baik master" balas Jake sembari membungkukkan tubuhnya.

"Bukakan aku pintu bawah tanah, aku ingin melihat para tikus menjijikkan itu"

"Baik master, saya akan meminta Sam untuk menemani anda" balas Jake sebelum menjalankan tugasnya.

Jisung meletakkan jubah panjangnya pada kursi makan yang akan ia tempati nanti. Sembari menunggu para ajudannya bersiap Jisung memilih untuk melihat para tahanan yang ia sekap di lantai bawah tempat tinggalnya.

Nuansa gelap lembab dan pengap manyapa Jisung saay pria itu mulai menginjakkan kakinya di lantai dasar. Temeram cahaya dari senter yang menemani perjalanan Jisung menemui para tahanannya.

Empat sel jeruji dengan di isi masing masih empat orang membuat ruangan itu terasa sangat sempit. Siapa saja yang berada di sana pasti akan menangis setiap harinya.

TANG!!

Suara pukulan dari kedua besi itu membuat semua tahanan disana langsung terbangun dari tidur mereka.

"Nyenyak dengan tidurmu para tikus?" Tanya Jisung dengan suara lantangnya.

Saat memasuki ruangan ini Jisung selalu merasa emosi karena mengingat kesalahan dan penghianatan apa saja yang para tahanan itu lakukan padanya.

"Ma-master" cicit mereka yang langsung terbangun dan berlutut menghadap ke arah Jisung.

"Menjijikkan" decihnya saat melihat para tawanannya yang terlihat tak berbentuk saat ini.

Wajah lebam, bekas luka, atau bahkan luka yang masih menganga hampir menghiasi seluruh tubuh mereka.

Di tempat inilah mereka akan di siksa habis habisan atau bahkan mereka akan di angkat ke atas untuk dijadikan samsak latihan para ajudannya. Mereka semua adalah orang orang yang sempat menghianati Jisung atau mencoba menipu Jisung.

the chastle [Jichen] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang