"Mi, Vicky minta maaf." Vicky bersimpuh di bawah kaki Rose sembari memegang kedua tangan ibunya.
Setelah mempertimbangkan tawaran Minji, gadis itu akhirnya setuju dan pergi menghampiri ibunya di kamar.
"Mami, maafin." Rose menarik Vicky agar duduk di sebelahnya kemudian memeluknya. "Mami sayang banget sama Vicky, mami sedih lihat Vicky kayak gini terus. Vicky anak perempuan mami satu-satunya, harapan mami, kebanggaan mami. Mami mohon Vicky bangkit ya, nak. Ayo hidup seperti dulu lagi dan---" Rose menarik panjang.
"Ikhlaskan apa yang sudah tidak ada, sayang." Lanjut Rose dengan hati-hati.
Vicky mengangguk, "Aku bakal belajar mengikhlaskan Travis, mi." Lirihnya.
Rose tersenyum senang. "Akhirnya, sayang. Mami senang banget dengar kamu bilang gini." Ia lalu menangkup wajah sang anak dan menciuminya bertubi-tubi.
"Mi, aku mau ikut Minji ke Korea."
Senyuman Rose mengendur namun tak lama ia mengangguk, "Pergilah, mami yakin kamu bisa menemukan kebahagiaanmu disana."
Dan disinilah Vicky.
Berdiri di depan kaca jendela besar apartemen Minji untuk memandangi luasnya kota Seoul. Baru kemarin malam ia sampai di Seoul dan belum memiliki rencana apa-apa untuk kehidupannya di sana.
"Vick, nanti malam ikut gue ke birthday party temen gue yuk?" Ajak Jiwon yang baru keluar dari kamar dan duduk di sofa belakang Vicky.
"Bukannya nanti malam kita mau ke rumah aboji?" Tanya Vicky tanpa membalikkan badan.
Fyi, ibu Kenzo adalah orang Korea asli, sedangkan Jiwon adalah anak dari sepupu Kenzo dari sang ibu. Jadi Vicky dan Minji adalah sepupu dua kali.
"Kita bisa ke rumah aboji besok, tapi kalau ke party kapan lagi coba? Gue yakin tiga tahun ini lo gak pernah ke tempat kayak gitu lagi."
"Terserah lo aja." Jawab Vicky acuh membuat Jiwon bersorak senang.
•°•
D
entuman kencang suara musik menyambut kedatangan Vicky dan Jiwon. Katanya birthday party tapi suasana disana lebih mirip club malam yang berisi orang-orang kobam dan joget-joget.
"Lo bilang birthday party? Tapi kok kayak begini?" Tanya Vicky sedikit keras karena bisingnya suara musik sambil mengikuti Jiwon mencari seseorang yang katanya si pemilik acara.
"Ya emang, gak usah norak deh Vick. Kayak gak pernah ke tempat ginian aja lo."
Vicky hanya mendengus kasar. Rasanya ingin pulang saja. Dulu Vicky memang sering datang ke tempat semacam itu tapi tentu dengan ditemani Travis. Pria itu selalu membuatnya merasa aman. Berbeda dengan sekarang, Vicky mulai merasa risih saat beberapa pasang mata pria menatapnya kurang ajar. Andai Travis bersamanya pasti mereka semua sudah dihajar.
Vicky benar-benar menyesal mengikuti saran Jiwon yang memaksanya menggunakan dress hitam press body di atas lutut. Beruntung ia masih menggunakan leather jacket untuk menutupi lekuk tubuhnya.
"Hiyyih, happy birthday baby." Jiwon cipika cipiki dengan gadis berwajah bule.
"Thankyou, beb. Hey, siapa itu yang lo ajak?" Tanya Bahiyyih---gadis itu dengan ramah.
Jiwon menarik tangan Vicky agar berhadapan dengan Bahiyyih, "Kenalin, ini sepupu gue dari Indonesia." Ujar Jiwon dalam bahasa Korea juga yang tentu dimengerti Vicky. Gadis itu juga fasih berbahasa Korea karena omanya sering menggunakan bahasa tersebut pada anak dan cucu-cucunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amour
FanfictionVicky harus menelan pil pahit saat Travis, calon suaminya menjadi korban kecelakaan pesawat. Padahal sebulan lagi mereka akan menikah. Kehilangan Travis membuat Vicky sangat terpukul hingga mengalami depresi. Setelah tiga tahun berlalu, Vicky akhir...