“Kolektor kelas berat!” Asa mengedarkan pandangannya dengan takjub. Mulutnya berdecak penuh kekaguman. “Gue akui dedikasi lo sama komik emang luar biasa!”
Bagaimana tidak demikian. Rak dinding yang berjajar di atas kasur kamar Ruka benar-benar mencengangkan. Rak berbahan kayu itu dipenuhi action figure aneka rupa. Dari mulai Kamen Rider, Ultraman, tokoh anime, game, bahkan juga nendoroid yang imut dan lucu.
“Iya, dong! Ruka gitu, lho!” Ruka menepuk dadanya bangga. “Kamu emang enggak punya koleksi, Sa?” Cowok sipit itu kini justru penasaran.
Asa menggeleng. “Kertas cat air sama catnya apa bisa dibilang koleksi? Gue punya banyak brand, ya walaupun cuma satu atau dua yang gue pakai terus sih.”
Ruka dan Rami terbahak bersama melihat bagaimana Asa menjawab dengan sangat serius.
Ya, mereka bertiga kini berada di dalam kamar Ruka. Asa dan Rami akhir-akhir ini memang sering bermain bersama Ruka. Kali ini, kedua kakak adik itu menumpang mengerjakan tugas sementara Ruka hendak menyelesaikan proyek yang dititahkan oleh kakeknya.
“So, ini moodboard buat warna emas sama hitamnya itu, Kak?”
Ruka mengangguk. Lalu Rami membantu memindahkan dua folder ke dalam satu folder khusus yang baru saja diberi nama Ruka’s Project. “Saran gue sih, lo pilih-pilih aja yang sesuai sama image kantor kakek lo. Banyak banget ini loh pilihannya. Pusing gue!”
Ruka terkekeh. Belum juga memulai apapun, Rami sudah mengeluh. Maklum, jiwa sains nya harus bergelut dengan jiwa seni di sini.
“Eh, ngapain ngintip-ngintip?”
“Oh …, eh …,”
“Lo enggak bakal nemu video atau gambar porno di laptop Ruka, Ram. Kita mah nggak kayak lo.” Timpal Asa sambil menyugar penuh kebanggaan.
“Gitu aja bangga!” Rami memotong.
Suara gelak lepas terdengar.
“iya, iya, kalian berdua cowok baik-baik. Gue penuh dosa.”
“Ya habis, lihatin body cewek seksi buat apa?” Ruka mencebik.
Asa juga membuka mulut, turut berkomentar. “dipegang juga enggak bisa. Cuma dikhayalin aja? Buang-buang waktu, Ram.”
Ruka menyeringai. “Lebih baik langsung sama istri yang sah. Mau diapain juga boleh dan halal.” Lalu si kukang sipit itu menambahkan lagi. “Buat apa pacaran kalau ujung-ujungnya putus, kan? Mending langsung lamaran. Bebas ngapa-ngapain habis nikah.”
Rami mengangkat sebelah alisnya. “Terus lo tahu dari mana cocok apa enggak kalau enggak pacaran?” tangannya disedekapkan di atas dada.
Sebagai playboy tampan rupawan yang punya segudang mantan, Rami agak sangsi jika mencari jodoh itu tidak harus berpacaran dulu. Sudah banyak Rami ‘coba’ berbagai macam aneka cewek, tidak ada yang benar-benar cocok.
“Nikah bukan masalah cocok atau cinta, kan? Tapi, masalah beradaptasi.”
Rami tergelak. “Omongan lo udah kayak kakek-kakek, Kak. Emang lo udah ada calon?”
Saat itu, tanpa pernah Asa dan Rami duga, wajah Ruka memerah dan cowok imut itu memalingkan wajahnya. “no comment.” Bisiknya, nyaris tak terdengar.
Asa terdiam menyaksikan semua itu. sejenak, dia meremas lengannya sendiri sebelum kembali berubah ceria. “Halah, kita udah out of topic banget!” serunya, berusaha mengalihkan pembicaraan.”Hayuk kita mulai. Lo mau dibantu bikin moodboard-nya, Ru?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ToGetHer | RuPha [ABANDONED]
FanfictionKawai Aruka Damanik dipulangkan dari Jepang demi menunaikan titah agung keturunan para Damanik. Anak baru gede itu tiba-tiba diberi tugas perjodohan oleh sang ayah akibat abangnya sendiri yang memberontak tidak mau dijodohkan dan berakhir kabur dari...