PROLOG

1 0 0
                                    

Pria paruh baya itu berjalan lunglai melewati jalan setapak di dalam hutan. Perutnya terasa sakit akibat belum makan apa pun selama dua hari ini. Meski dirinya telah berusaha meminta-minta sepanjang dua hari ini, namun tidak ada yang mau memberinya apa-apa. Dirinya pun telah berusaha mengais sisa makanan di tempat sampah, namun tidak ada yang layak dimakan. Dalam beberapa hari ini keadaan menjadi semakin sulit untuk mencari makanan.

Dengan pandangan yang semakin buram, dia melangkahkan kaki menembus hutan yang gelap. Yang bisa dia lakukan hari ini hanya beristirahat di gubuk tua miliknya sembari menunggu pagi hari tiba. Meski tidak makan, dia masih bisa minum dan melanjutkan hidup.

Gubuk tua tempat dia bermalam dipenuhi dengan sampah-sampah yang dia kumpulkan. Bagi kebanyakan orang bau gubuknya itu sangat busuk dan menusuk hidung. Namun, bagi dirinya itu tidak terlalu bau, bahkan bau itu menjadi keuntungan bagi dirinya. Dengan bau busuk itu, tidak banyak orang yang mau mendekati gubuk itu.

“Ah, sungguh sial nasibku,” ucapnya begitu merebahkan diri di kasur lusuh miliknya.

Meski perutnya terus berbunyi meminta makan, dia berusaha untuk bisa tidur. Tidak perlu waktu lama dirinya bisa tertidur dan berkelana ke dalam dunia mimpi.

Di dalam gelapnya hutan, sesuatu merayap mendekati gubuk tua miliknya. Bayangan hitam kecil namun banyak itu mulai merayap masuk ke dalam gubuk. Mereka mendekati pria tua itu dan mengelilinginya. Detik berikutnya, mereka naik ke atas tubuh pria itu dengan gerakan yang menjijikkan.

“Auw!” pekik pria itu saat kakinya merasakan sakit seperti digigit sesuatu.

Dengan cahaya bulan yang masuk melalui celah di gubuknya, dirinya melihat kakinya dikerumuni banyak serangga. Jumlahnya sangat banyak dan terhitung. Mereka menggigit bekas luka di kaki pria itu dengan beringas.

“Pergi!” teriak pria itu menggerakkan kakinya berharap para serangga yang tidak lain adalah kecoak itu lepas dari kakinya.

Usahanya sia-sia. Para kecoak itu malah semakin banyak dan semakin menjadi-jadi menggigit kakinya. Rasa sakit menjalar semakin banyak dan menyerang tidak hanya pada bagian luka. Pria itu mengerang kesakitan namun tidak bisa berbuat banyak. Serangan tidak hanya terjadi pada kakinya, melainkan ke seluruh tubuh, hingga masuk ke dalam mulut membuatnya kesulitan untuk bersuara.

Dalam keheningan malam itu, erangan pelan yang menyedihkan keluar dari dalam gubuk tua itu. Tidak ada yang menyahut erangan itu kecuali suara binatang malam. Hingga beberapa menit kemudian suara itu menghilang disertai darah segar mengalir keluar dari dalam gubuk tua itu.

—db—

Kecoak : Teror Serangga MengerikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang