Jaemin menaruh dua cangkir teh di atas meja, mempersilakan Yuta dan Winwin untuk meminumnya."Terima kasih." Jaemin tersenyum, pria manis itu duduk di samping Jeno yang kini memangku Yushi karena anaknya itu terbangun.
"Nana." Panggilan itu, masih sama seperti lima tahun lalu. Lembut dan penuh kasih sayang, sebelum Jaemin tau apa yang terjadi dulu.
"Bunda minta maaf." Lirihnya, pria manis itu menundukkan kepalanya.
Setelah bertemu Taeyong, lalu berpikir tentang semua yang dirinya lakukan. Winwin tersadar, dirinya sangat egois.
Bagaimana dirinya tega memisahkan Jaemin dengan Yushi, yang kini tumbuh menggemaskan.
Anak itu menatap Winwin sejak tadi, mungkin asing dengan wajah pria manis itu.
"Ayah, bisa kita bicara sebentar?" Tanya Jeno, Yuta mengangguk mengerti.
"Yuci mau sama Buna." Yushi turun dari pangkuan Jeno, duduk di atas pangkuan Jaemin setelahnya.
"Yushi."
"Gak apa-apa, yuci biar sama aku." Kata Jaemin, pria manis itu tersenyum dan mengangguk pelan.
Jeno pun mengiyakan, kedua pria berbeda usia itu berjalan menjauh dari Jaemin dan Winwin.
"Nana sudah maafkan Bunda." Ucap Jaemin, membuat Winwin mendongak menatapnya.
Mata Winwin berkaca-kaca, pria manis itu mendekat untuk duduk di samping Jaemin.
"Bunda minta maaf, maaf karena egois juga jahat sama kamu." Jaemin mengangguk pelan.
Pria manis itu tersenyum, "Nana juga minta maaf, maaf karena kehadiran Nana buat bunda marah." Winwin menggeleng mendengarnya.
"Bunda, Nana mau berterima kasih sekali karena bunda mau merawat Nana sampai sekarang." Ucap Jaemin.
"Maaf karena kehadiran Nana buat keluarga kalian jadi hancur, maaf-" Winwin menggeleng, pria manis itu memeluk Jaemin dan terisak.
Jaemin membalas pelukan Winwin, mengusap punggung pria manis itu pelan.
Membiarkan Winwin menangis.
"Kenapa?" Bisik Yushi, anak itu mendongak menatap Jaemin dengan tatapan lucu.
Jaemin hanya tersenyum dan menggeleng pelan.
Setelah tangisan Winwin mereda, pelukan itu terlepas.
Winwin menghapus air matanya, menatap Yushi yang juga menatapnya dengan senyum manis.
Tangan anak itu terulur mengusap air mata Winwin, lembut sekali membuat air mata Winwin kembali keluar.
Bagaimana bisa dirinya begitu tega memisahkan Jaemin dengan anak semanis Yushi dulu, dirinya menyesal.
Tapi mau bagaimana lagi, karena nasi sudah menjadi bubur.
Pikir Winwin saat itu, masa depan Jaemin belum hancur. Anak itu masih bisa mengejar mimpinya tanpa harus menjaga Yushi, membiarkan Jaemin fokus dengan masa depan juga mimpinya. Melupakan Yushi yang tubuh tanpa sosok ibu.
"Maaf." Lirih Winwin, tangannya terulur mengusap pipi gembul Yushi.
Menunduk sebentar sebelum memeluk Yushi, Yushi yang awalnya bingung pun memilih mengusap punggung Winwin. Karena dirinya tau jika ada orang yang menangis, yang perlu Yushi lakukan adalah mengusap punggungnya.
Sementara Jaemin diam menatap keduanya.
Yushi tumbuh bersama Jeno dengan baik, anak itu begitu pandai.
Memaafkan ya? Jaemin sudah memaafkan Winwin, terlebih melihat Winwin yang menyesali perbuatannya.
Jaemin berpikir, jika itu masa lalu. Meski rasanya sakit, kecewa, sedih semua menjadi satu.
Tapi mengingat bagaimana Winwin merawatnya meski membenci Jaemin secara bersamaan.
Menghela nafas pelan, Jaemin mendekat untuk memeluk tubuh keduanya.
Berdamai dengan masa lalu itu baik, bukan? Meski rasanya begitu berat dan Jaemin tak sepenuhnya berdamai akan itu.
Jika mengingat rasanya ingin menangis, tapi jika bukan karena kejadian di masa lalu. Jaemin tak mungkin memiliki suami yang sangat mencintainya seperti Jeno, juga memiliki Yushi sebagai pelengkap keluarga mereka. Meski harus dipertemukan dengan cara seperti ini, saat anaknya sudah memasuki usia lima tahun.
Jaemin yang tak tau tentang tumbuh kembang Yushi saat itu.
...
Jaemin menatap mobil Yuta menjauh, pria manis itu diam sampai Jeno memegang pundaknya.
Tersenyum tipis, Jaemin memegang tangan Jeno untuk masuk ke dalam. Yushi sudah tertidur, karena ini sudah jamnya.
Sebenarnya Jaemin sudah memiliki niat untuk bertemu Winwin, perlahan memaafkan pria manis itu.
Namun Winwin sudah lebih dulu datang.
Jaemin sudah bicarakan dengan Jeno, dan akan menemui Winwin secepatnya.
"Lega?" Tanya Jeno, Jaemin mengangguk pelan.
"Tapi kalau diinget lagi suka gak nyangka. Kayak, kok bisa ya bunda yang baik dan sayang banget sama aku ngelakuin itu." Jawab Jaemin, pria manis itu menundukkan kepalanya membuat Jeno diam.
"Kamu menyesal?" Tanya Jeno hati-hati.
Jaemin mendongak, pria manis itu menatap Jeno. Dengan senyum, pria manis itu menggeleng.
"Mau menyesal juga semua udah berlalu, kalau bukan dengan ini mungkin aku gak tau kalau ada orang baik dan sabar menunggu seperti kamu." Jawab Jaemin, pria manis itu memegang tangan Jeno dan mengecupnya.
"Terima kasih karena sudah sabar menunggu, melakukan segala hal agar Yushi dan orang lain yang gak tau tentang kita benci aku." Lanjut Jaemin.
"Setelah kita akhirnya ketemu lagi, meski aku gak inget tentang semua. Kamu masih sabar nunggu aku buat inget semua, terima kasih Jeno." Jeno tersenyum, pria tampan itu mengangguk dan membawa Jaemin dalam pelukannya.
Mengusap surai Jaemin dan mengecup keningnya beberapa kali, sebelum melepaskan pelukannya Jeno mengecup kedua pipi Jaemin.
Mereka beranjak untuk membersihkan diri sebelum tidur.
Semoga setelah ini kebahagiaan akan selalu ada dalam keluarga mereka, ya?
...
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
secret | nomin [✓]
FanfictionJaemin tak pernah menyangka jika keluarganya menyembunyikan hal sebesar ini.