🍂🍂🍂
Sore itu, langit di atas Bithynia dihiasi warna-warna keemasan yang memancar lembut di atas perbukitan. Angin sepoi-sepoi membelai dedaunan pohon zaitun yang tersebar di sekitar desa, menciptakan suara gemerisik yang menenangkan. Sungai yang mengalir di dekatnya bersinar seperti cermin, memantulkan bayangan langit dan pepohonan di kedua sisinya. Di kejauhan, siluet perbukitan hijau melambai, seolah mengundang setiap pengembara untuk datang dan menikmati keindahan yang damai di sana.
Hadrian, yang hari itu memutuskan untuk berjalan-jalan sendirian, melintasi tepi sungai dengan langkah-langkah yang tenang. Baru saja dia menyelesaikan urusan penting di perbatasan Timur, di mana dia terlibat dalam perundingan perdamaian yang panjang dan melelahkan dengan Kekaisaran Persia. Selama beberapa hari terakhir, Hadrian telah berhadapan dengan ketegangan dan tekanan diplomatik yang tinggi, berusaha sebaik mungkin untuk menghindari pecahnya perang antara dua kekuatan besar itu. Perundingan tersebut, meskipun berhasil mencapai kesepakatan damai, telah menyita banyak energi dan perhatian Hadrian. Dia tahu bahwa kesuksesan diplomatik ini akan menjadi penanda penting dalam masa pemerintahannya, tetapi juga menyadari bahwa dirinya membutuhkan waktu untuk memulihkan ketenangan batinnya setelah beban berat yang dipikulnya.
Setelah perundingan selesai, Hadrian memilih untuk singgah di Bithynia, tepatnya di kota Nicomedia, yang dikenal sebagai tempat yang indah dan menenangkan. Dia tiba bersama rombongannya yang besar, yang terdiri dari para pengawal, pejabat tinggi, dan penasehat kepercayaan. Namun, Hadrian merasa perlu melepaskan diri dari formalitas dan hiruk-pikuk rombongan kekaisaran, bahkan jika hanya untuk beberapa saat. Setelah beristirahat semalam di kediaman yang disiapkan untuknya di Nicomedia, Hadrian memutuskan untuk meninggalkan rombongannya di kota dan berjalan-jalan sendirian di sekitar desa-desa Bithynia.
Tidak seperti biasanya, kali ini dia mengenakan pakaian sederhana, seolah-olah dia hanyalah seorang musafir biasa, tanpa tanda-tanda kemegahan kekaisaran. Tidak ada penjaga, tidak ada pengiring; hanya dia, alam, dan ketenangan yang sudah lama tidak ia rasakan. Hadrian melintasi jalanan desa yang sepi, menghirup udara segar yang dipenuhi aroma tanah basah dan pepohonan zaitun. Suasana desa yang tenang dan alami ini adalah kontras yang nyata dengan kehidupan di Roma, di mana setiap langkahnya diawasi dan setiap tindakannya diatur oleh protokol yang ketat.
Saat Hadrian melanjutkan perjalanannya, dia merasakan kedamaian yang perlahan meresap ke dalam dirinya. Keindahan alam Bithynia yang sederhana namun memukau, dengan sungai yang mengalir tenang dan perbukitan hijau yang menjulang, memberikan rasa lega yang tak terlukiskan. Sejenak, dia merasa seolah-olah dia hanyalah seorang pria biasa yang bebas dari segala beban tanggung jawab dan harapan yang selalu mengiringinya sebagai Kaisar Roma. Di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk politik dan kekuasaan, Hadrian menemukan ruang untuk merenung dan menikmati keindahan dunia yang lebih sederhana.
Langkah-langkah Hadrian yang tenang membawa dirinya lebih jauh dari desa, mengikuti tepi sungai yang berkelok-kelok di antara pepohonan zaitun. Setiap detik yang berlalu terasa seperti anugerah, memberinya waktu untuk meresapi setiap detail keindahan alam yang jarang bisa ia nikmati dalam kesehariannya. Di sini, di tengah ketenangan alam Bithynia, Hadrian merasa lebih dekat dengan dirinya sendiri, jauh dari segala tuntutan dan ekspektasi yang selalu mengelilinginya.
Mata Hadrian menyapu panorama yang indah di sekitarnya air sungai yang tenang, pepohonan yang rindang, dan burung-burung yang terbang rendah mencari tempat peristirahatan untuk malam. Suara alam yang damai gemericik air, angin yang lembut menyentuh dedaunan mengiringi langkahnya. Sungguh pemandangan yang jarang ia nikmati di tengah kesibukan sebagai Kaisar Roma. Ia merasa seolah-olah dirinya menjadi bagian dari alam, dan untuk sejenak, lupa akan beratnya tanggung jawab yang ia emban.
Ketika dia berjalan lebih jauh, Hadrian melihat sekelompok pemuda di kejauhan yang sedang berenang dan bermain di sungai. Gelak tawa mereka yang riang seakan-akan menyatu dengan suara gemericik air, menciptakan suasana yang harmonis. Di antara mereka, seorang pemuda menarik perhatian Hadrian lebih dari yang lain. Rambut ikalnya yang hitam mengilap di bawah sinar matahari senja, tubuhnya yang lentur dan berotot tampak begitu lincah saat dia berenang. Ada keanggunan alami dalam setiap gerakannya, seolah-olah dia adalah bagian dari sungai itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadrian & Antinous
Historical Fiction🍂🍂🍂🏛🍂🍂🍂 Ketika sejarah menceritakan kisah cinta, kita sering kali terpesona oleh keindahan, tragedi, dan kemanusiaan yang ada di dalamnya. Salah satu kisah yang jarang disorot namun sarat dengan makna adalah hubungan antara Kaisar Romawi Hadr...