Pukul 7 malam di pinggir kota Semarang, berjalan seorang remaja dengan luka luka di tangan nya berkat sayatan-sayatan kecil goresan benda yang tajam. Rayi sudah berjalan selama satu hari tanpa alas kaki. Kaki nya berdarah namun ia tak menggerutu. Hanya sesekali menghisap rokok di tangan nya. Kawasan ini asing bagi nya, sama sekali Ia belum pernah lewat daerah ini. Tak begitu ramai, namun tak sepi juga. Rayi menjadi pusat perhatian warga disana.
Terlihat dari kejauhan toko kelontong tempat warga sekitar biasa membeli semua kebutuhan. Dengan langkah nya yang lunglai dan nafas nya yang penuh asap, Rayi terus mendekati warung tersebut. Terlihat warga sekitar bingung melihat Rayi, beberapa berbisik seiring Rayi berlalu. Namun Rayi cuek, kepala nya berisik. Suara jeritan-jeritan dan hingar meneriakan kata kasar membuat nya tuli. Namun hanya dia yang mendengar. Orang lain tidak.
"buk, beli paracetamol, antimo, sama bodrex dan satu sprite ya" ucap Rayi lemas. kemudian diberikan obat dan minuman itu kepada Rayi. Orang orang tentu bertanya kepada Rayi, penuh empati, namun Rayi tak menjawab mereka. Ia terus berjalan. Terus melangkahkan kaki nya yang luka. Dengan iringan musik dikepala nya sendiri yang bersenandung kata kata kasar mengumpat diri nya sendiri. Suaranya mirip seperti pasar di hari minggu yang ramai. Terkadang mirip kelas yang tidak ada guru.
Imajinasi Rayi berulah, seolah Ia melihat dirinya sedang di kerumuni banyak orang dan di hakimi."goblok" "anjing" "gaberguna lo" semua orang di kepalanya menyalahkan nya. Rayi terhentak dari Imajinasi nya karena tersandung. Ia berhenti sekitar 3 detik sambil melihat langit. Lalu dia berjalan kembali. Mata nya kosong, perut nya berbunyi sejak sehari yang lalu. Rayi lapar, namun bukan karena dia tidak bisa makan. Rayi menyiksa dirinya sendiri. Badan nya tidak kurus, tidak juga gemuk. Rayi berfikir lemak nya masih bisa mengatasi rasa lapar nya hingga Ia sampai di tempat tujuan nya. Benar, Rayi menuju Rumah.
"Ajing, bangsat, bajingan" Hanya itu kata kata yang berkumandang di kepalanya. bukan suaranya sendiri, Rayi tidak mengenali suara suara itu.
Rayi sudah di dalam rumah, Namun Rumah yang dia maksud bukan Rumah orang tua nya. Rumah nya adalah kamar yang diberi oleh orang tua nya. Rumah nya sepi, ia langsung msuk kamar. Kamar nya gelap, tanpa lampu. Tertempel banyak poster Band metal dan punk Favoritnya. Rayi kemudian menyalakan lilin berwarna merah yang ada di kamarnya. Aroma kamar nya tidak enak, puntung rokok berserakan. banyak botol Alkohol tergeletak di pinggir kasur nya.
Setelah duduk di kasur nya yang kotor, Rayi meraih Sprite danobat yang Ia beli di warung tadi. Tablet per tablet obat itu di buka nya, tak dihitung nya obat itu dan dikuimpulkan semua di tangan nya. Ia sudah bertekat meminum semua obat itu sekaligus. Di kepalanya teriakan dan makian orang orang itu masih terdengar jelas. Rayi tersenyum sedikit lalu menenggak obat itu semua nya dan tanpa ragu meminum perlahan satu botol soda tadi.
Sambil tersenyum setelah meminum satu botol soda itu, Rayi dengan lirik berkata "Tuhan, aku datang".
Kepalanya pusing, penglihatanya memudar. Jantung nya berdetak kencang, sangat kencang. Namun suara suara di kepalanya memudar. Rayi tergletak dari duduk nya. Tubuh nya bergetar hebat. Kulit nya pucat dan keringat dingin mulai membanjiri tubuh nya. Ia sudah merencanakan ini sejak mendengar percakapan orang di angkot tentang kematian jika meminum obat menggunakan soda.
Seketika semua gelap. Rayi tergeletak dikamar nya dengan busa di mulut nya. Setidaknya suara suara itu hilang. kini Rayi tenang dan hening. ini tepat seperti yang Rayi rencanakan.
Dalam gelap, Rayi seperti bermimpi. Dia kembali mendengar suara. Kali ini bukan teriakan. Rayi mengenali suara itu. Suara yang sering di dengar nya selama ini. Suara itu berbisik lirih "bukan sekarang saatnya" Rayi pun bingung dalam ruangan gelap seakan tak berujung ini ia bisa melihat luka luka di tangan yang sering dia lukai sendiri tidak ada. Rayi kembali mendengar suara itu, kali ini dia tau itu suara Ibu nya. suara itu makin kencang. semakin mendekat, dan bergema. "bukan sekarang saat nya" terucap ratusan kali. Rayi pun berlari dalam ruang gelap itu. Dia terus berlari dan suara itu seperti mengejarnya. Dalam lari nya, Rayi pun berhenti karna kaki nya di pegang oleh tangan. Tangan itu ada banyak seolah berniat menghentikan nya. Rayi pun panik dan berteriak namun suara nya tak keluar. Suara itu makin mendekat seolah berteriak di telinga nya "bukan sekarang". Teriakan itu membangunkan Rayi dari tidurnya. Badan nya lemas, Ia tak berubah dari posisi tadi malam.
Menahan pusing nya Rayi berkata "belum juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak & cigarette
Teen FictionRayi seorang yang punya iq tinggi yang ingin mengakhiri hidupnya, namun dalam perjalananya mengakhiri hidup dia bertemu dengan Mita, wanita ceria yang akan merubah hidup nya