Tahun itu-tentang pertemuan kita.
Ku ingat betul kau duduk di sebelah dengan mata kecilmu yang berbinar terang juga detak jantung berdenyut rendah yang mengganggu konsentrasiku, demi untuk merangkai sebuah kata-kata.Ku respon tatapanmu dengan memutar kepala, kau langsung balas senyuman. Saat itu Aku menerka-nerka, bahwa detik ini Tuhan tak merestui tanganku untuk menciptakan sebuah karya yang ditagih oleh puluhan kelompok kecil pembaca yang ku bangun susah payah.
Lantas saja berpindah dan menjatuhkan bokongku ke tempat lain adalah pilihan terbaik saat itu untuk menghindarimu, dan seperti kata para kelompok orang-orang yang tak suka anak kecil: Kau mengganggu.
Dengan ikut mendaratkan pantat bayimu di setiap tetangga kursi yang kududuki.
Aku mendesah gusar di kursi antrian rumah sakit itu, sebab sudah dua bulan lamanya tempat bernaung pembuluh darah dan saraf ini tak berfungsi. Karena tak kunjung melahirkan ide-ide brilian seperti saat memulai 'Dear Rayyan' atau 'Yesaya'.
Aku tanyakan siapa namamu, namun bukannya menjawab kau malah tersenyum nyengir kepadaku. Seakan mengejek wajah berkerut karena siang malam, tak memiliki jadwal tidur yang menentu sebab memikirkan ide yang tak kunjung mengalir.
Rebahlah punggungku ke kursi silver rumah sakit itu. Dan ku juluki kau sebagai 'bocil pengganggu aneh' sebab setelah kau ejek aku dengan senyum manismu, jemari kecilmu yang tak bertenaga itu memegang dan menekan pahaku.
Heran bagaimana kau coba bantu dan berkata: rileks, tenangkan pikiran nanti kau cepat mati. Padaku.
Fakta kedua yang membuatku terheran-heran adalah, bahwasanya aku bisa memastikan saat itu umurmu sekitar lima sampai enam tahun.
Kroco kecil yang tak ubahnya hanya tahu bahwa bis bisa berbicara dan semuanya bernama 'Tayo' atau imajinatif anak kecil lainnya.
Dan aku terkejut lantas bingung, sejak kapan bila anak sekecil mu tahu arti sebuah makna kata 'mati'? Apakah zaman sudah seberkembang itu?
Dan sama seperti pertanyaan pertamaku, kau masih membalas senyuman untuk soal keduaku. Seakan senyum adalah sesuatu tanpa batas yang kau miliki.
Percayalah Nak! Saat kau beranjak dewasa, dunia akan mengecewakanmu dan pastikan bibirmu yang selalu melengkung itu akan pudar seiring berkaratnya waktu.
Dan ku lihat kau sendu karena Aku mengatakan itu. Membuat kepanikan ku naik ke level dua.
Sebab orang-orang mulai memperhatikan dan menuduh bahwa intimidasi telah aku serukan. Sungguh, di zaman ini yang berfungsi dari segala indra manusia hanyalah mata.
Mereka tak melihat! Mereka alihkan fungsi sebagai mendengar. Dan lalu karenamu aku dicerca sebagai orang dewasa yang sukanya mempermainkan anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Cakrawala
Teen Fiction"Tuhan tolong kabulkan tujuh permintaan Senja, jika nanti terwujud Senja janji akan tenggelam."~ Senja Cakrawala.