Senja saat pergi tadi sudah berganti rembulan saat mereka pulang. Indahnya cuaca malam ini tak seindah suasana hati Nari, wanita itu hanya diam diperjalanan membuat Hoseok bertanya-tanya ada apa dengan istrinya. Pasalnya sejak acara malam malam dirumah orang tuanya, Nari banyak diam dan hanya menjawab seadanya bila diajak bicara, senyum dan riang sang istri mendadak sirna yang mana Hoseok sudah tau kalau ini pasti ulah sang ibu. Tapi ia belum mau untuk sekedar bertanya, karena ingin membiarkan Nari merasa tenang dulu diperjalanan mereka menuju rumah. Sebenarnya mulutnya sudah gatal ingin bertanya, tapi ia tetap mengurungkan niat demi kenyamanan Nari. Jadi pria itu memilih menggenggam tangan Nari, sesekali mengusap punggung tangan itu.
"Ingin beli sesuatu untuk dimakan dirumah?" tanya Hoseok lembut namun Nari hanya menggeleng.
"Tapi kau tadi sedikit sekali makannya, sayang"
"Aku sudah kenyang" Nari melepas genggaman tangan itu dan kembali semakin mengenyampingkan wajahnya ke jendela hingga punggungnyw terlihat sedikit membelakangi suaminya.
Jika sudah begini, Hoseok tau betul suasana hati Nari benar-benar kacau. Maka pria itu hanya bisa mengalah sembari mengusap lembut surai istrinya.
"Baiklah, kita langsung pulang kalau begitu"
Perjalanan yang ditempuh dengan jarak dua jam itu hanya diisi oleh kesunyian dan sesekali Nari hanya berdehem jika Hoseok bertanya. Wanita itu sungguh tenggelam oleh cuitan tajam sang ibu mertua. Hingga akhirnya kendaraan roda empat itu tiba di basemen apartemen mereka. Tanpa menunggu Hoseok turun untuk membuka pintu untuknya, Nari sudah membuka pintu mobil itu terlebih dahulu membuat Hosoek terburu ikut keluar dari mobil karena istrinya sudah berjalan terlebih dahulu. Hoseok lagi-lagi harus mengerti dan tidak boleh jengkel dengan tingkah Nari yang mungkin kedepannya akan lebih banyak membuatnya mengelus dada.
Beberapa detik didalam lift sebelum mereka akhirnya tiba di unit mereka. Nari lekas menekan pin pintu apartemen mereka dan melenggang masuk begitu saja ke dalam. Membuka sepatunya lalu mengembalikannya ke rak sepatu dan melangkahkan kakinya menuju kamar. Hoseok mengekorinya dari belakang, ia melihat sang istri duduk dipinggiran ranjang dengan wajah yang menunduk. Hoseok lepas jaket yang ia kenakan untuk dikembalikan pada tempatnya, hendak mendekati sang puan. Namun Nari sudah terlebih dahulu bangkit dan keluar dari kamar mereka. Kepalanya sungguh berisik, dadanya terasa sesak pun perasaannya tidak tenang. Ingin sekali ia melupa maka dengan menyibukkan diri ia pikir akan melupakannya walau hanya sejenak.
Tubuh lelahnya ia bawa untuk mencuci piring di wastafel yang mereka tinggalkan sebelum pergi tadi. Kembali ia keluarkan seisi kulkas, untuk ia bersihkan dalamnya sebelum ia mengatur kembali isinya. Ia membersihkan debu-debu diseluruh properti diruang dapur dan tamunya tanpa jeda, pun ia menghidupkan alat penyedot debu otomatis dilantai selagi ia membersihkan debu di properti lainnya. Setelahnya ia kembali mengepelal lantai yang bahkan baru saja ia pel pagi tadi. Semua yang ia lakukan tak putus dari pandangan suaminya, beginilah Nari jika sedang kalut. Wanita itu akan melampiaskannya dengan cara ini, tak perduli seberapa lelahnya namun ia hanya terus membuat dirinya sibuk berharap bisa mendorong keresahan hatinya yang tengah menganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope | J-Hope
FantasyOrang-orang mungkin akan mengatakannya wanita gila, karena poros hidupnya penuh ia pusat kan pada satu pria yang sudah bertahun-tahun ini bersamanya, suaminya Jung Ho-Seok. Bukankah cinta memang begitu? Apa salah mencintai pria yang berstatus suamin...