Tidak Tersangka

7 0 1
                                    

Niya adalah seorang anak dpr. Niya adalah anak yang sangat periang karena semua kebutuhannya tercukupi dan tidak kekurangan sedikit pun apalagi ayah Niya sangatlah baik kepadanya. 

Namun, semuanya berubah saat Niya menginjak umur 17 tahun. Tentu saja Niya menjadi gadis yang sangat cantik dan memiliki tubuh yang sangat menawan. Banyak yang iri kepadanya karena dirinya yang sangat anggun itu. Tetapi karena kecantikan nya itu lah yang membuat nya menerima sesuatu yang sangat-sangat dia tidak inginkan.

Ayah Niya yaitu Pak Abe adalah ayah yang sangat baik, dia tidak pernah membiarkan keluarga nya berkekurangan sedikit apapun itu. Pak Abe dikenal sebagai anggota dpr yang sangat bijak dan jujur. 

Saat Pak Abe sedang lembur di kantor nya untuk menyusun berkas yang sangat banyak, dirinya memberitahu putrinya, Niya jika dirinya akan sangat lama pulang dan menyuruhnya untuk tidur duluan.

Pak Abe : "Hallo anak papa, sudah makan belum? "

Niya : " Sudah dong, pa. Papa juga sudah makan, kan? "

Pak Abe : "Sudah sayangku. Tapi hari ini papa akan sangat lama pulang nya, mungkin larut malam. Karena ada banyak sekali berkas yang belum beres saat papa periksa. Jadi papa harus bereskan dahulu ya sayang. Jadi kamu tidurlah dulu ya, jangan tungguin papa. "

Niya : " Papa ingin aku bantu? Aku juga berlibur besok, jadi kerjaan papa akan lebih cepat selesai nya. "

Pak Abe : " Kamu yakin? "

Niya : " Yakin dong, pa. Niya ni anak papa. "

Pak Abe : "Haha, benar juga. Baiklah, suruh pak Edi yang antar kamu ya. "

Niya : "Oke papa"

Pak Edi adalah satpam sekaligus supir yang sering mengantar jemput Niya kemana - mana. Mereka pun jalan menuju kantor Pak Abe. Dan yang harusnya Pak Abe pulang larut malam menjadi lebih cepat karena dibantu oleh Niya. 

Mereka berdua pun jalan pulang. Saat di jalan Pak Abe melihat seperti ada yang mengikuti mereka menggunakan motor. Pak Abe berfikir ada yang tidak beres. Padahal rumah mereka tinggal lurus saja, tetapi karena Pak Abe takut nantinya keluarga mereka bisa saja diteror jika mereka langsung pulang kerumah, Pak Abe memutuskan untuk berbelok terlebih dahulu untuk memastikan apakah benar mereka sedang diikuti atau tidak.

Dan ternyata benar mereka sedang diikuti. Pak Abe pun menambah kecepatan mobilnya dan masuk ke jalan tol. 

Niya : " Loh, pa? Kenapa kita masuk ke tol? "

Pak Abe : " Tidak apa sayang. Papa ingin jalan-jalan sebentar sama anak papa ini karena sudah bantu papa nya. "

Niya tidak tahu jika mereka sedang diikuti. Karena yang mengikuti mereka menggunakan motor maka mereka tidak bisa memasuki tol. 

Saat sudah berjalan jauh memutar, mereka pun sampai di rumah. Bu Ade, istrinya Pak Abe dan ibunya Niya menyambut mereka di depan pintu. 

Bu Ade : " Haduh, kalian kemana saja. Sudah malam juga ini. "

Pak Abe pun menarik masuk Bu Ade dan Niya ke dalam rumah karena takut masih diikuti oleh orang yang mengikuti mereka tadi. Pak Abe menjelaskan kepada Bu Ade apa yang sedang terjadi. 

Pak Abe : " Tadi kami diikuti orang naik motor saat jalan pulang. Jadi papa berbelok dulu agar mereka tidak tahu rumah kita. "

Bu Ade terkejut mendengar cerita Pak Abe. Mereka berdua kembali ke kamar dan beristirahat.

Kesokan paginya, saat mereka sarapan dan Pak Abe bersiap-siap untuk ke kantor, Niya ingin ikut Pak Abe ke kantor untuk membantu Pak Abe jika ada berkas lagi yang harus dikerjakan. 

Niya  : " Pa, aku ikut papa ya ke kantor. Siapa tau ada berkas lagi yang tenyata belum beres bisa kita bereskan seperti tadi malam. "

Pak Abe tentu sangat senang putrinya menemaninya, tetapi karena masih takut dengan orang yang mengikuti mereka tadi malam, Pak Abe menolak tawaran Niya karena takut nanti kenapa-kenapa.

Pak Abe : " Kamu dirumah saja ya, sayangku. Papa sudah periksa kok kalau tidak ada berkas lagi. Kamu juga kan liburan sekarang. Kenapa tidak pergi liburan saja? Sama teman-teman kamu kemana gitu. "

Niya : " Benaran ga ada berkas lagi? Nanti papa capek loh kalau harus kerjain kerjaan orang yang ga beres. "

Pak Abe : " Benaran sayangku, kamu tenang saja ya..."

Pak Abe pun berangkat menuju kantor. Saat diperjalanan, benar saja. Orang yang mengikuti mereka ternyata datang kembali dan kali ini lebih banyak. Pak Abe mencoba memutar untuk ke kantor polisi. Karena mereka tidak mungkin berani menghampiri jika di kantor polisi apalagi adik nya Pak Abe yaitu Mudi. Sesampainya di kantor polisi, Pak Abe terkejut karena orang yang mengikutinya itu juga masuk ke kantor polisi juga. 

Pak Abe melihat adiknya keluar dari kantor mendatangi nya. Dan yang lebih mengejutkan adalah orang yang mengikutinya juga bersama adiknya itu.

Pak Abe : " Mudi? Siapa mereka? "

Mudi : " Mereka? Mereka cuma suruhan ku saja. "

Pak Abe : " Hah? Buat apa kau suruh orang untuk mengikutiku? "

Mudi : " Kau selalu menjadi penganggu buatku untuk mencapai tujuan ku. Jadi, kau harus ku lenyapkan. "

Pak Abe : " Apa yang kau pikirkan astaga. Itu tidak baik, Mudi. "

Segera orang suruhan Mudi langsung menyerang Pak Abe dan menewaskan Pak Abe. Agar tidak terlihat seperti pembunuhan, mereka menaruh tubuh Pak Abe di kursi supir dan menaruh kakinya pada pedas gas agar seolah-olah Pak Abe meninggal karena kecelakaan.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang