Prolog

9 2 0
                                    

"Mba percayakan Mas Refan sama kamu.."

"Menikahlah dengan suami mba, karena mba yakin Dinda bisa menggantikan tugas mba untuk menjadi istri Mas Refan.."

"Dan menjadi bunda untuk Danaya.."

Permintaan sang kakak, Raya Teriani Pratama menjadi permintaan terakhir untuk sang adik sebelum Raya menghadap kepada sang Ilahi.

Hana Widya Pratama. Gadis cantik yang harus menerima permintaan terakhir dari sang kakak dengan ikhlas meskipun dirinyapun tidak tahu akankah Hana sanggup menjalankan permintaan terakhir Raya? Terlepas dengan permintaan sang kakak, Hana tetap harus menjalankan tugasnya sebagai Dokter Anak disalah satu rumah sakit ternama di Jakarta.

"Hana, bisa jam makan siang kita bicara sebentar?"

"Dimana mas?"

"Diruangan kerja mas"

"Baik mas, nanti jam istirahat Hana langsung keruangan kerja mas"

"Terima kasih Hana" Ucap sosok laki-laki berparas tampan dengan tinggi 182cm ditambah lesung pipit yang terlihat saat tersenyum membuat ketampanannya banyak membuat kaum hawa menyukainya.

Dialah Refan Adiatama. Seorang Dokter Spesialis Jantung sekaligus kakak ipar dari Hana.

"Mba, apa Hana sanggup menjalani permintaan mba" Ucap Hana sambil menatap nanar bingkai foto yang terdapat foto dirinya dengan Raya saat mereka sedang berlibur di Pulau Dewata Bali.

Jam istirahat berbunyi, membuat Hana segera melepas jas putih miliknya dan bergegas ke ruangan Refan atas permintaannya.

"Permisi suster, apa saya bisa bertemu dengan Dokter Refan?" Tanya Hana dengan sopan kepada suster yang selalu menjaga ruangan Refan.

Setiap dokter yang memiliki jam praktek pasti memiliki satu sampai dua suster yang membantu tugas dokter dalam  melayani pasien.

"Sebelumnya sudah ada janji dengan Dokter Refan?"

"Sudah sus, saya disuruh bertemu di jam istirahat"

"Baik Dokter Hana, mohon ditunggu sebentar saya akan memastikan kembali kepada Dokter Refan di karenakan 20 menit lagi Dokter Refan ada observasi ke ruangan"

"Baik suster, terima kasih"

Sambil menunggu, Hana membuka ponselnya untuk membalas beberapa pesan dari pasiennya yang menanyakan jam kosong untuk membuat janji temu dengan Hana.

"Permisi Dokter Hana, sudah ditunggu Dokter Refan di ruangannya"

"Terima kasih sus" Ucap Hana sambil masuk keruangan Refan.

"Duduk.." Ucap Refan dengan ketus.

"Makasih mas"

"Ada apa ya mas kalau boleh tau?" Tanya Hana sambil duduk di sofa yang memang diperuntukan bagi tamu yang ingin bertemu dengan Refan.

"Jujur.."

"Mas belum siap menikah dengan Hana, karena sampai kapanpun hanya Raya yang mas cintai" Ucap Refan sambil menunduk.

"Hana paham mas, kalau sampai kapanpun Mba Raya tidak akan tergantikan dihati Mas Refan" Ucap Hana dengan pelan.

"Mungkin nanti malam, Hana akan bicara dengan ayah dan bunda untuk mengundur waktu pernikahan ini sampai mas siap untuk melaksanakannya" Ucap Hana kembali sambil membuka ponselnya mencari kontak bundanya.

Refan menggelengkan kepalanya. "Jangan..."

"Udah ketiga kalinya kita mengundurkan waktu pernikahan ini, mas takut Raya diatas sana sedih karena permintaan terakhirnya belum dilaksanakan" Ucap Refan.

"Hana ikut saja mas, karena diposisi ini Hana yang salah karena menerima permintaan Mba Raya sedangkan Hana tahu mas adalah suami dari Mba Raya, kakak Hana sendiri" Ucap Hana sambil menundukkan kepalanya agar Refan tidak melihat dirinya meneteskan air mata.

"Tidak ada yang perlu disesali Hana, semua bukan salah Hana tetapi Raya saja yang tidak ingin mas susah dalam mengurus Danaya sendirian" Ucap Refan dengan pelan.

Tok...

Tok...

Tok...

"Permisi dokter"

Refan segera melihat jam yang berada ditangannya dan waktunya dirinya untuk observasi ke ruangan pasien.

"Masuk Suster Eka"

"Permisi dokter, sudah waktunya untuk observasi keruangan pasien"

"Baik, saya siap-siap dulu"

"Dan tolong siapkan berkas pasien yang hari ini akan kita observasi" Ucap Refan sambil tersenyum.

"Baik dokter, mari saya tinggal dulu Dokter Hana" Ucap Suster Eka yang akan membantu Refan untuk observasi keruangan pasien.

"Silahkan Suster Eka" Ucap Hana sambil tersenyum.

"Mas, observasi sebentar ya"

"Nanti selesai mas observasi, kita pulang bareng ya sekalian kita jemput Danaya "

"Mas ingin ajak Danaya jalan-jalan sambil beli perlengkapannya yang belum sempat mas beli" Ucap Refan sambil tersenyum.

"Boleh mas, Hana juga sudah kangen banget sama Danaya"

"Sekalian ada yang Hana ingin beli" Ucap Hana sambil berdiri dan berjalan mengikuti Refan dari belakang.

"Nanti mas jemput keruangan ya"

"Baik mas" Ucap Hana sambil tersenyum.

Refan membuka pintu ruangan sambil diikuti Hana dari belakang.

"Suster Eka, saya diluan ya" Ucap Hana.

"Silahkan Dokter Hana" Ucap Suster Eka sambil membalas senyum Hana.

Setelah meninggalkan ruangan praktek Refan, Hana tidak kembali ke ruangan praktek karena dirinya ada janji temu dengan pasien yang setiap hari selalu ingin bertemu dengannya di ruang bermain anak tetapi Hana menyempatkan kembali keruangan untuk mengambil tas dan perlengkapan kerjanya agar Refan langsung menjemputnya diruangan bermain anak.

Hana juga tak lupa mengirimkan pesan kepada Refan.

-Mas, nanti jemput Hana diruangan bermain anak ya, soalnya Hana ada janji temu sama pasien Hana-

Setelah selesai mengirimkan pesan ke Refan, Hana kembali memeriksa semua barang yang akan dibawanya agar tidak ada yang tertinggal.

Hana segera bergegas keruangan bermain anak untuk bertemu dengan pasien kesayangannya yang ternyata sudah menunggunya.

"Hallo Gerald" Sapa Hana sambil tersenyum.

Melihat dokter kesayangannya memanggilnya, Gerald langsung berlari kecil menghampiri Hana dan langsung memeluknya.

"Dokter kok lama banget?" Tanya Gerald sambil menatap Hana dalam gendongannya.

"Maaf ya sayang"

"Dokter kira Gerald masih dijalan tadi waktu mama kirim pesan sama dokter" Ucap Hana sambil menurunkan Gerald.

"Sore mam"

"Sore dok, bagaimana kabarnya?" Tanya mama dari pasiennya yang bernama Gerald.

"Kabar baik mam"

"Syukurlah kalau dokter kesayangan Gerald dalam keadaan baik"

"Oiya dok, ini ada kue dari Gerald"

"Katanya dokter suka banget saya kue pai buah dan kue sus vanilla cokelat"

Hana tertawa kecil melihat Gerald sangat tahu bahwa dirinya menyukai kue pai buah dan sus vanilla cokelat.

"Wah, jadi merepotkan ini ya mam"

"Tidak dokter"

"Tadi juga Gerald bawakan es susu strawberry yang selalu Gerald lihat saat main diruangan dokter katanya" Ucap Mama Gerald sambil memberikan dua plastik berisi kotak kue dan beberapa gelas minuman dingin.

"Terima kasih ya mam"

"Sama-sama dokter" Ucap Mama Gerald sambil mengabadikan beberapa momen Gerald dengan Hana dalam ponselnya.


Kuterima Dengan IkhlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang