Di saat yang sama,Kafe orang tua Deva.
"Deva lagi ngapain ya sekarang?" Indah memangku dagu dengan kedua tangan.
"Jelas mereka lagi seneng-seneng" Angga menjawab,menyeruput es teh miliknya.
Saat ini jam istirahat kerja. Kafe ditutup sementara. Indah dan Ardi tengah bersantai,duduk bersama 3 karyawannya di salah satu meja kafe, menikmati minuman masing-masing. Es teh emang cocok untuk saat ini yang lagi panas-panasnya.
"Nanti dibawain apa ya?" Laki-laki disamping Angga berkata.
"Kamu tuh ngarep oleh-oleh terus yog" Angga menggelengkan kepalanya, menanggapi omongan Yoga.
"Iya dong,lagian masak nggak bawa oleh-oleh. Di Disneyland kan mereka?"
"Loh mereka ke sana?" Ardi balik tanya.
"Eh,nggak" Yoga menutup mulut.
"Nggak tau maksudnya" Lanjutnya nyengir.
"Oleh-oleh nggak penting,yang penting Deva sama temennya nggak kenapa-kenapa selamat sampe tujuan ya kan mamih?" Angga berkata,tersenyum sembari sengaja mengedip-ngedipkan matanya.
"Iya nak Anggaa" Indah menjawab sedikit tertawa.
Ardi dan Indah memang memperlakukan karyawan mereka seperti anak sendiri,bercanda seperti sekarang ini merupakan hal biasa. Tanpa memandang mana bos mana anak buah.
"Kamu sudah makan Aril?" Ardi bertanya pada laki-laki di seberangnya. Sedari tadi diam, memperhatikan pembicaraan.
Aril menggangguk sopan,dia memang pendiam dan jarang ngomong. Namun, kegesitannya saat bekerja jangan ditanya. Seimbang sama Deva. Dia baru bekerja di sini 2 bulan yang lalu. Mungkin masih beradaptasi.
Tapi kalo ditanya,jujur ia suka lingkungan kerja di sini,bos dan teman kerjanya baik banget, apalagi Deva. Orang pertama yang menurutnya paling baik yang pernah ia temui. Nggak nyesel sama sekali ia kerja di sini.
"Bohong,gue nggak liat lo makan. Ayok makan bareng" Yoga menawari.
"Lah lo kan udah makan" ucap Angga.
"Tinggal makan lagi" Yoga berkata enteng.
Ardi dan Indah tertawa.
"Iya,makasih mas Yoga" Ucap Aril, tersenyum.
Ting.
Suara bel lonceng pintu kafe berdenting, memberi tanda bahwa ada yang masuk. Seorang laki-laki dengan tudung Hoodie yang menutupi kepalanya membuka pintu kafe.
Ia melihat sekeliling, kemudian beralih melihat papan tanda di pintu. Matanya bertemu dengan Ardi, mengangguk sekali kemudian berjalan hendak keluar. Sepertinya ia salah mengira kalau kafe buka.
"Kayak pernah liat gue" Yoga berkata, alisnya mengerut mencoba mengingat.
"Eh,kamu tunggu!" Ardi mencoba menghentikan langkah laki-laki itu.
Yang dipanggil menoleh, menghentikan gerakannya. Ardi menghampiri, mengajaknya untuk masuk ke dalam. Menuntunnya duduk di meja yang hanya terdapat 2 kursi, berjauhan dengan Indah dan lainnya.
"Kamu yang tadi ngasih uang ke Deva kan?" Ardi bertanya sopan pada orang di hadapannya.
Laki-laki itu mengangguk sekali, tersenyum tipis, berusaha sopan.
"Ini uangnya saya ganti, makasih ya tadi" Ardi menyerahkan uang sebesar 700 ribu.
"Nggak usah pak,saya ikhlas ngasih ke anak bapak" Ia menolak, menyerahkan kembali pada Ardi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Noah Deva
Teen FictionDeva. Remaja 17 tahun,kelas 11 SMA. Laki-laki berkepribadian ceria dan murah senyum,di kelilingi teman dan keluarga yang menyayanginya menjadikan kehidupannya bahagia dan penuh warna. Optimis serta penuh mimpi, ia bercita-cita membahagiakan orang t...