"shit panas"
Teriakan kecil terlihat dari seorang pria yang membawa beberapa bungkusan ditangannya,keluar dari sebuah minimarket 24 jam.kemudian duduk menghampiri dua wanita yang sudah lebih dulu duduk terlihat sedang memakan mie cup dengan lahap.
"Kebiasan nyomot duluan,kena kan lu" sahut perempuan blonde membantu mengeluarkan belanjaan yang laki laki itu beli.
"Sosis gue bangsat Loli,udah gue tiup tiupin itu" laki laki itu merebut sosis yang sudah berada ditangan temannya, telat sedetik saja sosis hasil mendinginkannya pasti akan habis dalam sekejap.
"Pelit lu dion anjing sama sahabat sendiri" perempuan yang di panggil loli itu melirik sinis pada laki laki yang tengah asik mengunyah sosis dengan nikmat.
"Ini masih ada sosis lol" sahut perempuan yang sedari tadi hanya sibuk makan dan fokus hanya mendengarkan.
"Yakan Ai gue enggak tau itu sosis dia,gue kira sama aja" bela loli mengadu pada perempuan yang dipanggil dengan sebutan Ai itu.
"Kita sahabatan udah dari orok,lu tau gue kagak suka makanan panas lol" sahut dion dibarengi suara seruputan keras kuah mie yang sudah mendingin.
Loli hanya mendengus sinis sebagai balasan,karena dirinya tau Antara dia dan dion tidak akan pernah ada yang mau mengalah jika sudah berdebat soal makanan,kecuali temannya yang satu lagi sudah angkat suara,maka dia dan dion akan diam seperti anjing yang dicucuk majikannya.
"Wey Aurora" teriak dion heboh sambil kemudian berdiri dari duduknya untuk melihat ke arah langit yang malah ini memunculkan bias warna hijau yang memanjang.
"Kayak pertama kali aja liat Aurora lu Yon" sahut loli yang melihat dion heboh dengan mata takjub melihat Aurora.
"Ratusan kali pun kita kesini,ngeliat Aurora tuh hal yang paling indah yang gue syukuri kalau ke islandia" sahut dion dengan cengiran khas nya.
Loli hanya menggeleng pelan melihat kelakuan absurd sahabatnya itu.
"Ayo berangkat" sahut perempuan yang sedari tadi hanya diam memperhatikan kedua sahabat nya.
"Biar gue yang nyetir Yon,lu fokus aja liat Aurora sepanjang jalan"sahut loli meminta kunci mobil kepada dion,dion tentu saja dengan senang hati memberikan kunci mobilnya kepada loli.
"Lu tidur aja Ai" sahut loli melihat kaca spion tengah menatap sahabatnya yang sudah tidak tidur tiga hari ini dengan nyenyak.
"Gue baik baik aja" sahut perempuan itu dengan pelan.
"AILANA"
Bentakan penuh kemarahan itu terdengar dari loli,menatap kembali sahabat nya dengan penuh pengertian agar dia menurut untuk tidur.
Ailana hanya menghela napas pendek dan mulai memejamkan matanya pada sandaran kursi mobil.
Mobil pun mulai melaju dengan kecepatan sedang membelah dinginnya malam.
"Teriakan lu super" sahut dion yang tangganya sibuk memutar mutar audio mobil mencari lagu yang pas untuk menemani perjalanan mereka.
"Kita tau kalau gak kayak gitu,Dia gak pernah mau" sahut loli pelan melihat sahabatnya itu memejamkan mata dari kaca spion tengah, meskipun dirinya tau semua indra respon sahabatnya itu gak bakalan ikut tidur.
Dion menganguk tanda setuju dengan loli.
"Terimakasih lu sama kita Ai" monolog Dion
"Terimakasih" sahut Ai dengan mata terpejam.
Dion dan loli saling tatap dan tawa pun pecah di antara mereka berdua,Ailana hanya diam memejamkan mata seolah dia tidak pernah berkata apapun.
Deringan telpon jadul menginterupsi tawa mereka dengan cepat menjadi hening,mereka saling lirik sesaat dan menyiapkan telingan dengan siaga.
Ailana mengerutkan dahinya dalam mendengar dering ponsel yang tidak asing selama 23 tahun hidupnya.
Tanpa melihat nama sang penelepon Ailana mengangkatnya tanpa suara.
"Bagaimana" tanya suara diseberang sana
"Clear"
Terjadi keheningan panjang diseberang sana.
"Ana"
Mata Ailana terbuka lebar dengan sedikit bingung.
"Uncle ayah" jawab Ailana
"Ayah enggak tau posisi kamu dimana sekarang, seperti 3 bln lalu ayah bilang ke Ana Ayah ketemu perempuan yang menurut ayah,dia bisa mengurus ayah dan menjadi ibu yang baik buat kamu.Ana..." ada jeda sedikit saat laki laki yang menyebut dirinya sebagai ayah.
"..ayah izin menikah dia 3bln lagi" lanjutnya
Senyum lebar terbit di bibir Dingin Ailan,dadanya sesak penuh dengan rasa bahagia menurutnya, Ailana rasa dia bahagia karena laki laki yang mengorbankan hidup untuk dirinya akhirnya menemukan salah satu sumber kebahagiaan lagi dalam hidupnya.Ailana bersyukur bahwa tuhan masih menjawab doanya agar Laki laki yang mendeklarasikan dirinya sebagai Ayah dari seorang Ailana mau menikah dan mempunyai kehidupan rumah tangga hidup bahagia seperti orang lain.
"Menikahlah ayah,bahagialah" sahut Ailana dengan menahan haru.dion dan loli yang mendengar itupun tersenyum bahagia.
"Pulanglah Ana,ayo kita buat Poto keluarga" sahut ayahnya serak, sepertinya ayahnya pun menahan rasa haru yang mendalam.
Mendengar kata poto kelurga air mata yang coba Ailana tahan akhirnya jatuh, meskipun dia hapus dengan cepat,tapi tentu saja loli dan dion melihat itu semua,sebuah keajaiban seorang Ailana menangis walaupun hanya setetes.
"Saya membiarkan kamu berbicara bukan untuk membuat nya pulang dan tidak melakukan tugas " terdengar sayup suara terdengar diseberang suara ayah nya.
"Papah tolong" suara ayahnya terdengar memohon.
"Mark Arnault cukup,kita sudah membicarakan ini" bentak seorang yang dipanggil papah dengan lantang.
Sabungan telpon pun terputus,Ailana menatap kosong layar handphone yang di genggamannya dengan erat, perasaan sesak yang selama ini dirinya rasakan menyeruak kembali, membawa kenangan buruk yang membuat hidupnya kelam.
Suara mesin faks yang memang berada didalam mobil berbunyi,memecah keheningan sementara mesin kotak berwarna putih itu mengeluarkan selambar kertas yang berisi tugas selanjutnya untuk mereka.
"Tua Bangka itu kapan mati ya ckck"