Harapan, hanyalah sekedar harapan. __Chandramaya Gavesha Alin
___________________________________
Vesha terduduk seraya menatap ke arah jendela dengan pandangan kosong, ia terus begumam lirih dengan air mata yang terus mengalir.Tak lama terdengar suara dering ponsel miliknya yang terdengar nyaring. Saat ia melihat sang pemanggil, tertera nama Anta di sana. Ia tersenyum tipis, lalu mengangkat panggilan itu.
"Anta?"
"Vesha, Aku di depan."
Vesha terdiam dengan wajah bodoh, dia terkejut saat tiba-tiba mendapat panggilan seperti ini. "Serius?" ucap Vesha ragu-ragu.
"Serius. Cepet sini!" titah gadis di seberang telephone.
Dengan tergesa Vesha mengganti pakaiannya dan dengan cepat keluar dari kamarnya. Saat melewati ruang tamu, dapat ia lihat dari arah tangga seorang pria paruh baya tengah duduk bersama seorang wanita berpakaian minim bahan.
Vesha menghela napas pelan, lalu ia berjalan melewati mereka tanpa menoleh. Ia berjalan dengan tergesa-gesa. Tetapi, baru saja tangannya menyentuh handel pintu, pria itu memanggilnya dengan nada kasar dan ketus.
"Chandramaya! Mau kemana kamu jam segini?!" Gadis itu mengambil napas perlahan, dengan tangan yang agak bergetar ia menjawab pria itu, "Anta menjemput aku pah.... "
Mendengar itu, sang ayah menampilkan wajah tak senang, "kamu gak boleh keluar!" sentaknya dengan wajah menggelap.
Brak!
Pintu itu di dobrak dari luar, untungnya Vesha sudah berjarak beberapa langkah kala instingnya mengatakan 'mundur, ada bahaya!'.
Bisa ia lihat wajah gelap milik Anta, tatapan angkuh itu ditujukan untuk ayahnya. Anta mendengus sombong, "hei pria tua! Kau menghalangi acara kencan ku dengan Vesha!" sentaknya dengan nada kasar.
Wajah pria itu semakin hitam, ia berjalan menghampiri Anta, lalu ia bersiap untuk melayangkan tinjunya ke wajah gadis itu. Akan tetapi suara dering ponsel miliknya terdengar, pria itu lantas mengurungkan niatnya dan pergi untuk mengangkat panggilan itu.
Anta mendengus kasar seraya melirik sinis wanita berpakaian tak pantas itu, lalu ia menarik Vesha untuk pergi dari sana, "kita harus cepat pergi dari sini sebelum terkontaminasi virus jalang dari wanita kotor itu!" sarkasnya dengan suara keras agar wanita di seberang sana mendengarnya.
Dapat Vesha lihat wajah wanita itu memerah menahan amarah dan malu. Rasanya Vesha tak bisa menahan tawanya melihat wajah wanita itu semakin jelek.
***
"Anta?" Vesha memanggil gadis yang kini tengah sibuk menyesap puntung rokok miliknya, tampaknya gadis itu tak terusik sama sekali dengan panggilan dari Vesha.
"Anta!" panggilnya sekali lagi, tapi kali ini dengan suara yang cukup keras.
"Hm? Ada apa Vesh?" Anta menatap Vesha dengan senyum lembutnya, lalu ia terkekeh pelan melihat wajah sahabatnya yang sudah tertekuk itu.
"Ngapain jemput aku dan ngajak aku keluar kalau cuman Mau diemin aku huh?!" Gadis itu mendengus kesal.
Anta tersenyum tipis, lalu menggiring Vesha masuk ke dalam pelukannya, sebelum itu ia telah mematikan dan membuang puntung rokok miliknya. "Maaf hm? Jangan marah... Anta cuma ingin bertemu denganmu." Anta dengan lembut membelai surai panjang milik Vesha.
"Jangan abaikan Vesha lagi! Vesha gak suka terabaikan!" dengusnya lagi dengan rengekan manjanya.
"Iya... Maaf hm.... " Anta mengecupi pucuk kepala Vesha. Ia terkekeh pelan dengan tingkah menggemaskan sahabatnya itu.
Vesha memeluk erat tubuh Anta, Ia bergumam seraya terus menyamankan diri di pelukannya.
"Vesha, Anta minta maaf karena gak bisa selalu sama kamu."
Alis gadis itu mengkerut, "maksud Anta?"
"Pokoknya aku minta maaf. Maaf Vesha, maaf... Aku gak tau sampai kapan Aku bisa bersama kamu.... " gumamnya dengan suara lirih.
TBC
Penasaran gak napa si Anta minta maaf? Kalau enggak sih, yaudah... Gak maksa 🗿
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Untuk Bangkit
RandomCover by pin . Bulan selalu membutuhkan matahari untuk mendapatkan sinarnya. Akan tetapi matahari tidak, dia tak butuh bulan untuk bisa mempertahankan sinarnya. Bulan, dia selalu berharap menjadi yang paling berharga untuk matahari. Tetapi, dia ba...